Keesokan harinya Rai menemui Rin di kampusnya. Dia ingin menanyakan jawabannya apakah dia diterima atau tidak.
Rin yang sedang menunggu Ken untuk pulang bareng di kejutkan dengan kedatangan seseorang di belakangnya. Rin mengira itu Ken, ternyata bukan.
"Ehem."
"Ken." Rin menoleh ke belakang ternyata itu Rai. Wajah Rai yang semula tersenyum berubah menjadi masam.
"Rai,, maaf aku kira kamu itu Ken karena tadi aku sedang menunggunya untuk pulang bersama."
"Iya tidak apa-apa. Biar aku saja yang mengantarmu."
"Tapi.."
"Aku ingin membawamu ke suatu tempat yang indah hanya kita berdua."
"Baiklah, aku telepon dulu Ken."
Rin menelponnya. Setelah itu dia langsung pergi bersama Rai.
Rai membawanya pergi ke suatu tempat yang belum pernah dia datangi. Rai membawanya ke Hitsujiyama Park, dia membawanya untuk melihat Bunga Shibazakura.
Tanpa di sadari Ken yang bersamaan keluar melihat mereka dan mengikuti mobil Rai dari belakang. Ken takut jika Rai akan membuat Rin menangis lagi seperti kemarin saat di toko ponsel.
Rin terkejut Rai akan membawanya ke sini. Baru pertama kali Rin ke tempat ini dan pertama kali juga melihat hamparan Bunga Shibazakura. Dia melihat bunga-bunga indah yang berwarna ungu, putih, biru dan pink. Indah sekali..
Rin sangat suka bunga yang berwarna ungu. Dia tidak menyangka dapat menikmati pemandangan hamparan Padang bunga yang indah itu..
"Kamu senang Rin?" Tanya Rai yang dari tadi tersenyum melihat Rin yang takjub melihat bunga-bunga yang indah.
"Iya Rai, aku senang. Terima kasih sudah membawaku ke tempat ini."
"Lalu apa sekarang kita sudah resmi menjadi sepasang kekasih?"
Rai menatap lekat mata Rin. Rin menjadi kikuk karena tatapan Rai yang lembut. Lalu dia memeluk Rin. "Biarkan aku menjadi bagian dari hidupmu Rin."
"Aku.."
"Izinkan aku membahagiakanmu Rin, aku sangat mencintaimu."
"Baiklah Rai, aku akan memberimu kesempatan untuk menjadi seseorang yang sangat berarti untukku."
"Terima kasih Rin."
Hati Rai berbunga-bunga, indah bagai bunga yang sedang bermekaran di situ. Dia teramat sangat bahagia. Saking senangnya Rai sampai membuat pengumuman kepada semua pengunjung taman itu bahwa mereka sepasang kekasih.
"Rai, kau norak sekali aku malu."
"Biar semua orang tau kalau kita sepasang kekasih yang bahagia."
Hari itu bunga Shibazakura menjadi saksi bersemi nya cinta mereka di musim semi ini. Mereka berfoto ria mengabadikan momen terindah dalam hidupnya.
***
Tapi ada satu hati yang terluka mengetahui hal itu, Ken. Dia terluka melihat Rin berada dalam pelukan pria lain membuat Ken tidak berhenti menatap kedua insan yang sedang berbahagia itu.
Hatinya bagai tersayat-sayat pisau. Ken merasa bahwa dia hanyalah seorang pengecut yang membiarkan gadis yang di cintainya menjadi milik pria lain.
Apalah daya Ken hanya butuh waktu untuk mengenalnya. Bukan membiarkannya jatuh ke pelukan orang lain, tapi sepertinya takdir tidak berpihak kepada Ken.
Ken meninggalkan taman itu dan dia duduk bersandar di bawah pohon. Tangannya bertindih berada di atas lutut dan menopang kepalanya yang tertunduk. Dia menangis!! Ya seorang Ken yang kuat, arogan, dan pemberani menangis karena cinta, karena seorang gadis yang bernama Rin.
***
Ken pulang ke rumah dengan wajah lesu, dia tidak bersemangat sama sekali setelah mengetahui Rin menerima cinta Rai. Dia tidak tau harus berbuat apa lagi tapi bagaimana pun itu hak Rin dan dia tidak bisa untuk melarangnya.
Saat di tangga Kania datang. "Ken, kamu kenapa? Wajahmu sembab? Apa kamu sudah menangis?" Kania melihat wajah Ken dengan serius tapi Ken tidak menjawabnya. Ken terus menaiki tangga sedangkan Kania terus mengikutinya.
"Ken, jawab. Aku khawatir, kamu kenapa?"
Ken menghentikan langkahnya. "Aku tidak apa-apa Kania, aku hanya sedikit pusing. Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku ". Ken berlalu meninggalkan Kania yang masih di liputi tanda tanya.
"Sepertinya Ken sudah menangis, tapi mana mungkin sih! Aku jadi bingung, nanti saja lah aku temui dia lagi. Aku harus bicara dulu dengan Tante." Gumam Kania
Kania pun turun ke bawah lagi dan pergi keluar, entah mau kemana dia. Kania menaiki taksi untuk pergi ke apartemen Kimi. Dia ingin curhat mengenai Rai yang terus saja menolaknya.
Sampailah dia di apartemen Kakaknya. Dia langsung menuju lantai 8 nomor 127. Dia ketuk pintunya tidak ada yang membuka. Dia buka paksa tapi di kunci, lalu dia menelpon Kakaknya itu.
Terdengar nada dering panggilan di dalamnya. Dia merapatkan telinganya di pintu. 'Eh, kenapa bunyi nada dering nya ada di dalam? Berarti Kakak ada di dalam.' batin Kania
"Kak, ini Kania. Buka pintunya." Dia terus menekan bel. Pintu terbuka dan betapa terkejutnya Kania melihat seorang pria berada di dalam apartemen milik Kakaknya dan dia hanya memakai kaos dalam dan celana boxer saja.
"Sayang itu siapa?" Terdengar suara Kimi yang keluar dari kamar mandi hanya memakai lingerie. Kimi terkejut ternyata Kania yang datang.
"Kakak, apa yang sudah kakak lakukan?" Kania tidak percaya dengan apa yang di lihatnya sekarang.
"Kakak bisa jelaskan Kania. Kakak mohon jangan bilang Kak Rio ya. Sekarang kamu pulang dulu nanti Kakak akan pergi ke rumah Ken."
Kania tidak menjawabnya dan langsung pergi begitu saja. Dia tidak menyangka Kakaknya bisa berbuat sejauh itu dan mengkhianati Kak Rio.
Dia berlari dan naik taksi untuk segera berlalu dari tempat itu. Dia berhenti di sebuah taman kota dan dia sudah lupa tujuannya untuk membicarakan perihal Rai.
Dia duduk di kursi taman sambil melamun menatap kosong ke arah jalan. Kania baru menyadari bahwa perkataan Rai itu benar adanya kalau Kakaknya itu selingkuh dengan pria lain.
'Apa aku harus mengatakan ini kepada Kak Rio atau tidak? Aku bingung harus bagaimana.' pikir Kania.
Rin yang melewati taman kota melihat Kania yang sedang duduk di kursi taman itu. "Bukankah itu Kania ya?" Gumam Rin.
"Kamu bilang apa Rin?"
"Oh tidak Rai, tidak apa-apa."
Rin tidak mengatakan apapun kepada Rai. Karena dia pikir Rai tidak akan mengenal Kania. Rai celingukan melihat ke arah jendela Rin yang dari tadi terus melihat ke arah luar.
"Kamu lihat apa Rin?"
"Emh, sepertinya aku tadi melihat temanku tapi sudah tidak ada. Mungkin aku salah lihat."
"Oh ya sudah, kita jalan lagi ya."
Rin menganggukkan kepalanya.
Kania yang mendapatkan telepon dari Kakaknya segera pergi ke rumah Ken. Katanya dia sudah menunggunya di rumah Ken. Saat Kania tiba Kimi langsung membawa Kania ke taman belakang rumah, mereka berbicara di tempat itu.
"Kania, ingat ya. Jangan sampai kau bilang apapun kepada Rio karena kalau sampai Rio tau, Kakak tidak akan membantumu untuk mendapatkan Rai. Ngerti kamu!!"
"Tapi Kak, aku sudah ikhlas jika Rai tidak mau denganku."
"Apa kamu bilang? Enak saja kamu bilang begitu, bagaimana pun caranya kamu harus mendapatkan Rai." Senyum licik menyeringai di wajah Kimi.
******
Kania masuk ke kamarnya setelah berdebat dengan Kimi. Entah apa yang ada di pikirannya Kimi, dia tidak tau dan rencana apa yang akan Kakaknya buat pun dia tidak tau menau. Kania melihat ibunya Ken baru pulang dari kantor dan menghampirinya. Dia berkata bahwa Ken sepertinya sedang ada masalah. Ibunya langsung pergi ke kamar Ken, terlihat Ken sedang melamun menghadap ke jendela kamar. "Ken, apa kamu ada masalah? Mengapa wajahmu menjadi sendu begini?" "Aku sudah kehilangannya Bu, dia sudah menerima cinta pria lain." Ucapnya dengan nada dingin dan datar tanpa ekspresi apapun. Ibunya memandang Ken cukup lama tapi Ken masih saja melihat ke arah jendela kamar. Ibunya menatap ke jendela yang sama lalu berkata, "Jangan bersedih Nak. Walaupun dia bukan milikmu tapi kamu masih bisa menjadi sahabatnya. Suatu saat nanti kamu yang akan mengenalnya lebih baik di bandingkan dengan pasangannya saat ini."
Mentari bersinar cerah pagi ini, bunga-bunga yang bermekaran terlihat sangat indah ketika angin sejuk menggoyangkan bunga-bunga cantik dan menebarkan aroma wangi yang khas. Pria tampan dan dingin itu sedang termenung sendirian di taman rumahnya. Berdiri menghadap sinar mentari di ufuk timur. Di temani secangkir teh hangat dan kue kesukaannya. Datanglah wanita cantik yang selalu mengejutkannya. "Hei Ken." Tangan Kania dari belakang menyentuh pundak Ken hingga membuatnya terkejut. "Kamu sedang apa?" "Kamu selalu mengejutkanku Kania, ada apa?" Ken menghadapkan tubuhnya ke depan Kania. "Kamu itu, memang harus ada perlu dulu untuk mengobrol denganmu? Tapi memang begitu sih kenyataannya.. Hehe." "Ada apa?" Tanyanya datar. Kania menanyakan tentang Rai yang sudah menjalin cinta dengan Rin. "Kau mengenal Rai?" Mengerutkan keningnya karena terkejut. "Ya pasti dong aku mengenalnya. Rai itu pria yang aku ceritakan kepadamu, yang me
Ken vs Rai "Tuan muda, ada yang ingin bertemu denganmu di luar." Ucap pelayan wanita itu menghampiri Rai yang sedang memandang foto Rin di kamarnya. "Siapa? Pagi-pagi begini ada yang bertamu." Rai sedikit malas untuk keluar. "Namanya Ken, Tuan. Dia yang ingin menemui mu." "Ken?" Rai langsung beranjak dari tempat tidurnya dan keluar untuk menemui Ken. Di luar teras, Ken berdiri membelakangi pintu sambil memasukkan tangan ke kantong samping celananya. "Ada apa kamu kemari sepagi ini?" Ken berbalik dan berkata, "Aku ingin bicara kepadamu." "Apa?" "Tentang Rin." Ucapnya dengan nada datar dan dingin, khas suara Ken. "Sekarang kamu sudah menjalin cinta dengannya, aku peringatkan jangan pernah kamu menyakitinya. Jika itu terjadi aku tidak akan membiarkanmu hidup dengan tenang." Ancam Ken. "Kamu itu kenapa? Jelas aku tidak akan menyakitinya karena aku sangat mencintainya. Aku ingatkan juga padamu j
Sejak saat itu Rai tidak pernah lagi melarangnya berteman dengan Ken. Tapi hubungan Rin dengan Ken tidak seintens dulu. Sekarang Ken lebih pendiam dari biasanya, bahkan lebih pendiam daripada saat pertama kali Rin mengenalnya. Sekarang setiap hari Rin di antar jemput oleh Rai sehingga membuatnya jarang bertemu dengan Ken. Walaupun Rin tau dia sibuk dengan pekerjaannya dan sudah melarangnya jangan mengantar jemput tapi dia tetap ingin melakukannya. Semakin hari sikap Rai semakin lembut dan perhatian. Rin mulai menyayangi dan mencintainya dalam waktu 3 bulan pacaran. Rai mampu membuatnya mencintai sepenuh hatinya walaupun di relung hatinya yang paling dalam masih terukir nama Ken di sana. Hari ini Rin tidak ada jadwal kuliah, dia membawa Rin ke kantornya. Betapa malunya Rin di sana karena semua wanita di kantor Rai sangat cantik, seksi dan menawan. Mereka melihatnya dengan tatapan sinis seperti tidak menyukai kehadirannya. Rai merangkul pinggang Rin mem
"Apa aku cocok pakai gaun ini Rai?" "Kamu tetap cantik memakai apapun sayangku." "Gombal! Aku serius Rai, aku kan pertama kali bertemu Kakak mu." "Ambil saja yang kamu sukai, Kamu tetap cantik." "Yang ini bagus tidak? Tolong kasih pendapat." Rin memperlihatkan gaun berwarna ungu muda polos tidak ada motif apapun, panjangnya selutut dan berlengan pendek sangat sederhana sekali. "Baik, biar aku pilihkan ya. Menurutku gaun ungu muda ini terlalu polos sayang. Kamu harus terlihat berbeda dari biasanya." Rai memilih gaun yang berjejer. Dia menemukan gaun merah marun dengan model Sabrina yang mengekspose bagian pundak dan dada Rin membuat otak mesum nya beraksi. Dia menyerahkan gaun itu kepada Rin. "Coba pakai ini." Rin mengambil baju itu tanpa melihatnya terlebih dahulu, dia memasuki ruang ganti dan betapa terkejutnya dia melihat dirinya yang sedang memakai baju itu. Pundak yang putih mulus dan dadanya yang terlihat s
"Kania," "Kania," "Kania," "Kamu dimana?" Teriakan Kimi menggema di seluruh ruangan tengah rumah Ken. Satpam yang berjaga bahkan hendak mengeluarkan Kimi karena terus berteriak. Tapi mereka tak cukup nyali untuk mengusirnya. "Nona Kimi, di sini tidak ada nona Kania. Tadi dia pergi bersama seorang pria." "Apa? Siapa pria itu pak?" "Saya tidak tau yang jelas dia sangat tampan, sama seperti tuan muda Rai." 'Duh Kania, kamu menghancurkan rencana ku. Dasar bodoh.' Kimi menggerutu di hatinya. "Sejak kapan dia pergi?" "Dua jam yang lalu nona." Kimi tidak mau menunggu Kania terlalu lama karena suasana di rumah Ken sepi. Ken dan ibunya sedang di perusahaan sedangkan ayahnya sedang menghadiri rapat di kampus bersama jajarannya. 'Lebih baik aku balik lagi deh percuma di sini pun si Kania tidak ada.' Kimi kembali ke mobil, dia terlihat sangat kesal karena tiba-tiba saja Rio meminta putus darinya. Pas
"Sayang, aku tidak mau putus denganmu. Aku mohon, aku sangat mencintaimu." Kimi terus memohon kepada Rio yang sedang duduk di meja kerjanya. Rio bergeming. "Rio, please.. Jawab." Rio menarik nafas panjang lalu bertanya, "Aku bertanya sekali lagi, apa benar kamu selingkuh dengan pria lain?" Rio menatap mata Kimi dengan seksama membuat Kimi menjadi gugup. "Itu tidak benar sayang, siapa yang sudah menyebarkan fitnah itu?" "Tidak ada siapapun yang berkata itu. Hanya saja hatiku merasakan sesuatu yang berbeda akhir-akhir ini." "Kekasihku hanya kau Rio. Aku tidak akan mungkin berani melakukan itu. Percaya padaku, aku mohon beri aku kesempatan kedua untuk membuktikan bahwa aku tidak bersalah." Kimi terus mencoba meyakinkan Rio agar mempercayainya. Untuk sementara dia akan menjauhi kekasih gelapnya itu agar Rio dapat mempercayainya lagi seperti dulu. Perasaan ragu dan bimbang masih menyelimuti hati Rio. Tapi tidak ada alasan ba
Pesta ulang tahun Rio Rio menggelar pesta ulang tahunnya di sebuah hotel mewah bintang 5. Dia mengundang semua teman dan koleganya. Tak lupa Rio juga mengundang Ken untuk datang ke pesta karena Ken merupakan CEO baru yang akan menjadi rekan bisnisnya. Perusahaan Ken sangat mempengaruhi perusahaannya. Tamu undangan sudah mulai berdatangan. Mereka membawa para istrinya yang tampil sangat glamor. Menandakan bahwa mereka adalah orang-orang dari kalangan atas. Tak lupa Kimi pun ingin menjadi pusat perhatian. Tapi sayangnya wajah Kimi masih jauh dari kata cantik di bandingkan Kania. Apalagi jika di bandingkan dengan Rin, Kimi tidak ada apa-apanya. Padahal Kimi sudah berdandan dengan maksimal dan membeli gaun yang super mahal untuk penampilannya malam ini. Tapi tidak ada sedikit pun yang terpesona melihat Kimi. Ia kesal karena merasa tidak ada yang memandangnya sama sekali. Bahkan Rio pun ta
Rio terlukaPOV RaiSetelah aku mengantar Rin pulang, aku segera pulang ke rumah untuk memberitahu masalah ini kepada Kak Rio. Aku benar-benar sangat geram dengan kelakuan Kimi kali ini.Dia sudah mengibarkan bendera perang denganku. Lihat saja, aku akan menemukan bukti bahwa dia telah menyelingkuhi Kak Rio.Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan bagaimana caranya untuk membalaskan dendam kepada Kimi.Aku harus bagaimana agar dia sadar dan tidak berbuat jahat lagi?Sampai di depan rumah, aku segera memarkirkan mobil dan langsung menuju kamar Kak Rio. Tapi ketika aku buka pintu, Kak Rio tidak ada di sana.Kemana dia?Aku mencoba menghubungi ponselnya tapi tidak aktif. Aku semakin bingung Kak Rio tidak datang ke kantor tapi tidak ada juga di rumah.Aku pun bertanya kepada pelayan di rumahnya, "Bi, kemana Kak Rio pergi?""Tadi tuan muda Rio pergi bersama nona Kimi, tuan Rai." Jawab bibi pelayan."Sejak kapan
Hari ini sepulang kerja, Rai menjemput ku untuk mau pergi ke kantornya dan melihat cctv di kantor masalah itu. Aku juga penasaran, apa yang sebenarnya terjadi?Saat aku sudah ada di kantor, tidak lama kemudian datang Kania dan Brian. Kania berlari ke arahku dan menunjukkan bukti yang membuatku dan Rai terkejut."Rin.. Aku ada info tentang siapa yang sudah menjebak Rai kemarin." ucap Kania sambil terengah-engah mengatur nafasnya."Kau tahu Kania?" Tanyaku."Ya, tadi Brian memberitahuku tentang masalahmu dan sekarang aku punya buktinya bahwa Rai tidak bersalah." Ucap Kania sambil melirik ke arah Rai.Kania menyerahkan ponselnya kepadaku, dan ku lihat di video itu Kimi dan Vita sedang membicarakan masalah video.Flashback Kania.Saat aku pergi dari apartemen Kak Kimi, aku terus saja kepikiran masalah video apa yang mereka bicarakan. Jadilah aku kembali ke apartemennya dan menguping di balik pintu.Aku mendengar kalau Vita sudah be
Setelah aku melihat isi dari flashdisk itu, aku di antar pulang oleh Brian. Ku lihat ponselku ada banyak sekali pesan dari Rai."Sayang, kenapa tidak ada kabar darimu?""Sayang, balas pesanku.""Sayang, aku telpon kenapa tidak di angkat?"Itulah beberapa pesan dari Rai dan 100 panggilan yang ku abaikan.Hatiku masih belum terima dengan kenyataan ini, hatiku masih sakit melihat Rai menikmati berciuman dengan Vita. Aku mengacuhkan panggilan dan pesan dari Rai, dia pasti merasa heran dengan sikap ku.Aku ingin menenangkan hatiku dulu untuk sementara. Dan sekarang pun sudah tengah malam, waktunya untuk istirahatkan tubuhku yang lelah dan pikiranku yang kacau.Kalau suasana hatiku sudah membaik, aku akan mengabari Rai untuk bertemu langsung. Saat ini aku sudah tidak bisa berpikir jernih. Aku ingin sekali bercerita kepada Ken, tapi itu tidak mungkin dan aku tidak mau melibatkannya dalam masalahku lagi.Aku harus bisa mengatasi
Rin POVPagi itu, aku sudah bersiap untuk pergi melamar ke salah satu perusahaan besar. Aku ingin berjuang sendiri tanpa bantuan siapapun agar aku bisa mandiri.Tapi saat aku hendak pergi ponselku berdering, dan ku lihat itu panggilan dari Rai. Aku mengangkat telepon dan mengatakan bahwa aku akan melamar pekerjaan hari ini.Awalnya Rai melarang ku, tapi aku tidak bisa berpangku tangan dan menikmati harta Rai begitu saja. Aku tidak mau menjadi wanita yang bergantung kepada kekasihnya. Berbeda kalau aku sudah menikah, aku pasti menuruti perintah suamiku. Akhirnya Rai setuju dan tidak melarang ku untuk melamar pekerjaan.Aku pun pergi dengan perasaan nervous dan tidak percaya diri. Berkali-kali aku menarik nafas panjang. Aku menghentikan bus menuju perusahaan tersebut, tapi bus nya penuh dan terpaksalah aku harus berdiri. Daripada terlambat dan semuanya menjadi kacau.Semua penumpang pria menatapku dari atas ke bawah, membuatku menjadi tidak nyaman. A
Pagi itu sinar mentari bersinar cerah. Secerah hati Rai yang berbunga-bunga telah mendapatkan cinta yang tulus dari Rin. Cintanya yang sudah terbalas oleh ketulusan yang sama membuatnya semakin bersemangat menjalani hari-harinya. Bunga sakura bersemi dengan indah dan mengeluarkan aroma yang khas dan unik. Menambah kebahagiaan yang di rasakan oleh insan yang sedang di mabuk cinta. Cinta yang membuatnya tidak bisa berhenti untuk mencintai gadis impiannya, gadis yang akan selalu di hatinya. Pria tampan dengan bola mata biru, hidung mancung, kulit yang putih bersih dan rambut hitam lurus yang sedikit berantakan, menambah level ketampanan yang di milikinya. Pria tampan itu sudah bersiap untuk pergi ke kantor, aroma wangi parfum menyeruak di seluruh ruangan yang ia lewati. Aroma yang semakin menggoda untuk membuat para wanita di mabuk kepayang. Ia melewati anak tangga satu demi satu dan berjalan menyusuri ruang demi ruang. Ia pergi dengan mobil sport mahal
Di sepanjang perjalanan, Rai tidak bersuara sama sekali. Dia hanya diam saja dan itu membuat Rin semakin merasa bersalah kepadanya. Walau bagaimanapun Sekarang Rai adalah kekasihnya. Dia pasti cemburu melihat kekasihnya di peluk oleh pria lain. Akhirnya Rin meminta maaf kepada Rai dan berjanji akan menjaga jarak dengan Ken. Agar Rai tidak selalu cemburu kepadanya. "Rai." Panggil Rin lirih. Rai tidak menjawabnya bahkan menoleh pun tidak. Dia tetap fokus mengemudikan mobilnya. "Rai." Panggil Rin untuk yang kedua kalinya. Tapi Rai tetap bergeming tidak peduli. "Rai...." Kali ini Rin meninggikan suaranya. Dan Rai menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Dia turun dari mobilnya dan membuka pintu satunya lagi agar Rin turun juga. Rai menarik tangan Rin agar dia turun bersamanya. Dan bicara empat mata di tempat itu, di pinggir jalan yang sepi. Rai menoleh kepada Rin dengan tatapan dingin tak bersahabat. Rin tau bahwa Ra
Flashback ulang tahun Rio. Malam itu Rio mengajak Rai untuk menandatangani perjanjian yang telah di sepakati oleh mereka berdua dan para bawahannya. Rai mengajak Rin untuk pergi bersamanya tapi Rin menolak karena dia ingin pergi ke toilet. "Sayang, apa kamu mau ikut denganku?" "Tidak Rai. Aku sudah tidak tahan ingin pergi ke toilet." "Oh ya sudah kalau gitu, aku pergi sebentar ya. Setelah kembali dari toilet, kamu tunggu aku di sini lagi." Rin menganggukkan kepalanya tanda dia menyetujui perkataan Rai. Akhirnya Rai pergi bersama Rio dan staf ahli di perusahaannya untuk ke ruang tempat menyimpan dokumen penting di hotel itu. Sedangkan Rin pergi ke toilet. Saat dia sudah kembali dan menunggu Rai, Kimi datang dengan sikap angkuhnya. Dia menghina Rin dengan semena-mena membuat Rin merasa kesal dengan tingkahnya. Dan kali ini Rin tidak akan diam di tindas oleh orang lain. Dia melawannya yang membuat Kimi menjadi naik
Kimi pergi meninggalkan tempat itu, mood nya sudah jelek sejak Rin berani melawannya. Apalagi ada Ken yang membelanya. Kimi merasa ada yang aneh dari sikap Ken. Dia sangat paham betul bagaimana sifat sepupunya itu. Kimi tidak mengerti apa Ken mencintainya? Kimi tau sepupunya itu tidak pernah peduli dengan siapapun. Ken memang baik tapi untuk membela seseorang yang tidak penting sepertinya sangat mustahil. Apa sebenarnya Ken mencintai Rin? Kalau memang benar ini tidak boleh di biarkan, jangan sampai lepas dari Rai malah jatuh ke pelukan Ken. 'Aku tidak akan membiarkannya. Aku ingin dia hidup menderita.' Ucap Kimi dalam hati. Kimi memilih untuk pulang ke apartemennya menyusun rencana untuk menghancurkan gadis sialan itu. Dia teramat sangat benci kepadanya, kalau sampai Rai menikahinya sudah pasti dia akan di singkirkan oleh Rio. Karena Rai dan gadis itu pasti bekerjasama untuk menyelidiki apa yang sudah di perbuatnya. Dan ketika itu terjad
Pesta ulang tahun Rio Rio menggelar pesta ulang tahunnya di sebuah hotel mewah bintang 5. Dia mengundang semua teman dan koleganya. Tak lupa Rio juga mengundang Ken untuk datang ke pesta karena Ken merupakan CEO baru yang akan menjadi rekan bisnisnya. Perusahaan Ken sangat mempengaruhi perusahaannya. Tamu undangan sudah mulai berdatangan. Mereka membawa para istrinya yang tampil sangat glamor. Menandakan bahwa mereka adalah orang-orang dari kalangan atas. Tak lupa Kimi pun ingin menjadi pusat perhatian. Tapi sayangnya wajah Kimi masih jauh dari kata cantik di bandingkan Kania. Apalagi jika di bandingkan dengan Rin, Kimi tidak ada apa-apanya. Padahal Kimi sudah berdandan dengan maksimal dan membeli gaun yang super mahal untuk penampilannya malam ini. Tapi tidak ada sedikit pun yang terpesona melihat Kimi. Ia kesal karena merasa tidak ada yang memandangnya sama sekali. Bahkan Rio pun ta