Madeline menggunakan pandangan tepinya untuk melirik pria yang bahkan tidak ingin memandangnya itu. "Aku tidak punya pilihan lain."Dia berhenti menatap Jeremy dan menelan air matanya ke perutnya.Karen juga tak tahu harus berbuat apa lagi, jadi dia membantu Madeline berbaring di sofa dengan perlahan.Ketika Karen melihat ada dua pengawal lain di ruang tamu, dia mengusir mereka dengan marah. "Keluar! Keluar! Keluar kalian semua!"Dia menatap pria yang berdiri di dekat jendela besar, sedang menatap ponselnya."Jeremy, bahkan jika kau tidak mengenali Eveline, apa kau benar-benar begitu berdarah dingin untuk mengabaikannya dalam kondisi seperti ini? Apa kau akan mengabaikan nyawa seseorang dan anaknya yang belum lahir?"Jeremy mengerutkan alisnya, dan ketika dia berbalik, dia jelas sangat tidak senang.Dia baru saja akan memperingatkan Karen ketika dia melihat sekilas Madeline yang sedang berbaring di sofa, berkeringat dan pucat.Entah mengapa, Jeremy tiba-tiba merasakan sakit yang menusu
Jeremy tiba-tiba mendengar Karen berteriak pada Madeline dengan sangat cemas, dan dia pun terkejut.Dia melihat Madeline hampir tertidur, lalu dia berjalan kembali ke arah wanita itu.Keringat mengalir deras di sekujur tubuh Madeline dan wajah wanita itu seputih lembaran kertas.Dia bisa melihat betapa kerasnya wanita itu berjuang melahirkan bayinya, tapi wanita itu sepertinya tidak memiliki cukup energi.Madeline melihat pria itu berdiri di sampingnya dalam keadaan linglung, dan dia dengan sekuat tenaga mengulurkan tangannya ke arah pria itu. "Jeremy..."Dia terengah-engah dan menatap Jeremy dengan harapan di sepasang matanya yang basah dan berkabut.Waktu berlalu dalam diam, dan ketika dia melihat Jeremy mengabaikannya, Madeline tersenyum pahit sebelum perlahan-lahan menarik kembali tangannya yang lemah.Pada saat itu, Jeremy tiba-tiba mengulurkan tangan dan meraih tangannya.Sentuhan pria itu seolah menyuntikkan gelombang kekuatan ke tubuh dan pikiran Madeline.Dia membuka matanya y
Madeline membuka bibirnya yang sangat pucat dan tersenyum kecil. "Selama bayi itu anakku dengan Jeremy, tidak masalah bagiku memiliki anak laki-laki atau perempuan."Eloise awalnya sangat gembira, tapi ketika mendengar jawaban Madeline, matanya kembali basah.Dia meremas tangan Madeline dan berkata, "Dulu, kau memegang keyakinan yang sama dan mempertaruhkan nyawamu untuk melahirkan anaknya juga, bukan?"Madeline tersenyum tanpa menyangkalnya.Dulu…Dulu, dia sangat mencintai Jeremy hingga dia tak keberatan jika itu berarti kematian untuknya.Dia pikir sekarang pun masih tetap sama.Dia masih sangat mencintai pria itu."Laki-laki," ucap Eloise sambil menangis dan tertawa. "Bayi laki-laki yang jelek."Madeline juga tersenyum. "Ketika dia dewasa nanti, dia akan tampan. Aku yakin Jack juga jelek saat dia lahir," katanya, tiba-tiba terdiam.Dia belum pernah melihat bagaimana rupa Jackson saat anak itu lahir...Madeline menghabiskan lebih dari setengah bulan di rumah sakit untuk memulihkan d
"Jeremy," kata Madeline dengan gembira, "Apa kau datang untuk melihat bayi kita?"Jeremy menatap Madeline yang tersenyum dan berjalan ke jendela kaca dengan acuh tak acuh. Dia melihat bayi yang baru lahir itu terbaring di inkubator. Bibir tipisnya sedikit terbuka saat dia bertanya, "Yang mana bayi mu?"Nada suara pria itu sangat lemah hingga orang tak bisa membedakan emosi apa pun yang keluar darinya.Madeline tersenyum dan berkata, "Yang kedua di baris terakhir, yang paling kecil."Ada seberkas kegembiraan di mata indahnya saat jari-jarinya yang ramping menunjuk ke bayi mungil yang tertidur lelap itu. "Laki-laki. Dia mungkin akan terlihat seperti kamu nanti.""Bagaimana bisa anakmu mirip denganku?" Kata-kata pria itu tiba-tiba terasa seperti baskom berisi air dingin yang disiramkan ke kepala Madeline.Dia menatap pria dingin itu dengan heran. "Jeremy?""Kau masih memimpikannya? Jeremy, suamimu yang sudah meninggal," kata pria itu terus terang tanpa ampun, kata-kata kasar pria itu menu
Dia menatap sedih pria itu dan berbalik dengan tegas.Sebelum dia bisa mengambil langkah, bagian belakang lehernya dicengkeram oleh telapak tangan hangat pria itu dan Madeline dipaksa untuk berbalik. Pria itu membuat wajahnya berada tepat di depannya.Mata bulat tak berdasar pria itu menyelubungi penglihatannya bagaikan malam yang dalam dan tak bertepi."Apa kau tahu kalau kau cari mati jika terus bertindak seperti ini?""Jadi, apa kau akan membunuhku, Mr. Zimmerman?" Madeline dengan tegas menyapa sepasang mata sedingin es yang tajam dan menakutkan itu.Sepasang mata indah, jernih, dan menawan Madeline yang tampak seperti musim gugur tercermin di kedua matanya. Seolah-olah penampakan wanita itu menarik hati sanubarinya, membuatnya linglung untuk sementara waktu.Dia segera kembali sadar dan fokus ke mata Madeline."Jangan khawatir, aku tidak akan membunuhmu, tapi aku akan menunjukkan kepadamu konsekuensi karena menyinggung seseorang yang seharusnya tidak kau singgung."Kata-kata pering
Lana menatap tubuh Jeremy dengan sorot mata lapar.Fisik pria itu ramping dan sempurna, sebanding dengan model papan atas.Hal pertama yang menarik perhatian Lana tentang Jeremy adalah penampilan fisik pria itu. Setelah itu, dia tertarik pada kasih sayang yang pria itu berikan dan aura yang pria itu pancarkan.Dalam beberapa bulan terakhir, dia telah menyisihkan biaya tak terbatas pada tenaga dan sumber daya hanya untuk mendapatkan pria ini.Malam ini, kesempatannya akhirnya ada di sini.Jeremy turun dari treadmill dan menatap wanita yang mendekatinya, tapi tak ada riak-riak gelombang di hatinya—apalagi perubahan pada detak jantungnya.Lana mematikan puntung rokok, berdiri di depan Jeremy, dan menatap genit pada pria itu. Dia perlahan memejamkan kedua matanya.Jeremy menatap Lana yang sedang menunggu dengan mata terpejam. Dia mengangkat tangannya dan menekannya di belakang kepala Lana, tapi dia tak bisa menundukkan kepalanya dan mencium wanita itu sekeras apa pun dia berusaha.Ciuman d
Ketika dia sampai, satu-satunya orang yang dia lihat duduk di kursi yang telah dipesan adalah Naomi Lionel.Naomi melihat Madeline yang berjalan ke arahnya dan memasang senyum di wajahnya. Namun, matanya diseduh dengan kecemburuan dan rasa iri.'Eveline Montgomery. Perempuan itu berasal dari latar belakang yang baik, menikah dengan keluarga baik-baik, dan punya anak serta ketenaran.’'Dia baru saja melahirkan seorang anak, namun tubuhnya telah kembali ke sosok yang begitu fantastis. Apalagi dengan wajahnya yang memesona. Aku mendengar kabar yang mengatakan kalau dia disebut sebagai wanita cantik nomor satu Glendale.'Madeline merasa Naomi sedang merencanakan sesuatu yang tidak baik begitu dia melihat gadis itu. Namun, demi Ryan, dia tetap duduk."Maafkan aku, Mrs. Whitman. Rye harus pergi pada jam sebelas karena ada beberapa masalah mendesak. Kuharap kau tidak mengingat apa pun yang terjadi pada hari itu di rumahku. Hari ini, niatku mengundang Mrs. Whitman kesini adalah untuk mengungka
"Jadi, ini ceweknya, ya?""Hmm tidak jelek.""Kalau begitu, mari kita mulai bersenang-senang!"Semua laki-laki itu mulai mengitari Naomi.Naomi tahu ada yang tidak beres, tapi dia tak bisa mengendalikan tubuhnya.Meskipun sebagian laki-laki itu terlihat jelek dan memuakkan, Naomi tak peduli dengan penampilan mereka. Yang paling penting baginya saat ini adalah mereka semua laki-laki.Apa yang sangat dia butuhkan untuk memenuhi hasratnya yang mendesak adalah seorang laki-laki.Saat Madeline keluar tadi, dia melihat beberapa laki-laki memasuki ruangan tempat Naomi berada.Indra keenamnya memberitahunya bahwa itu adalah jebakan yang dibuat oleh Naomi. Seperti yang dia duga, tidak lama setelah meninggalkan klub, ada banyak berita panas bermunculan di layar ponselnya. Berita itu mengklaim bahwa seorang selebritas Glendale sedang berbuat mesum dengan beberapa laki-laki di sebuah ruangan. Berita itu mencoba mengisyaratkan bahwa selebritas itu adalah Eveline.Madeline mengklik salah satu siaran