Ketika Madeline mengira ia tidak akan dapat menghindar, sosok tinggi dan ramping muncul di hadapannya.Kopi Meredith menciprati jas dan kemeja pria itu yang tersetrika dengan rapi.Kejadian itu berlangsung sangat cepat, membuat Madeline dan Meredith terkejut.“Miss, aku bisa menuntutmu dengan pasal penganiayaan hanya dengan aksimu menyiram kopi panas ke orang lain,” pria itu berkata. Suaranya dalam dan empuk, bagaikan anggur merah terdengar di telinga. Sikapnya tidak seperti orang sembarangan.Meredith menatap wajah pria itu sebelum akhirnya berkata dengan arogan setelah dia kembali ke alam sadarnya, “Cih! Kau mencoba menakut-nakutiku? Memang kenapa kalau aku menyerang perempuan ini? Aku memang mau menyerang pelacur ini. Kenapa kau tiba-tiba muncul?”“Miss Crawford adalah karyawan resmi perusahaanku. Sebagai atasannya, aku punya kewajiban untuk melindungi karyawanku.”Saat Madeline mendengar ini, ia lebih dari terkejut.Saat ia hendak mengatakan sesuatu, matanya bertemu dengan mata tak
APA?Madeline tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.Jeremy memanggilnya ‘istriku’ itu saja sudah merupakan sebuah fantasi, namun yang membuatnya benar-benar tercengang adalah bagaimana Jeremy memanggil atasannya.Uncle?Ia tidak mengetahui nama lengkap pria yang sudah dua kali menyelamatkannya. Ia hanya tahu kalau semua karyawan memanggilnya Mr. Whitman.Akan tetapi, saat itu Madeline tidak berpikir terlalu jauh. Lagi pula, di dunia ini banyak sekali orang dengan nama belakang sama. Maka dari itu, ia sama sekali tidak menyangka atasannya adalah paman Jeremy.Felipe Whitman perlahan keluar dari mobil, menatap Madeline dengan penuh tanda tanya. “Jadi, kau adalah istri Jeremy?”Madeline membuka mulutnya setelah beberapa saat terjebak dalam kebingungan. “Untuk sekarang.”Wajah Jeremy menjadi muram mendengar jawaban Madeline.“Untuk sekarang?” rasa ingin tahu Felipe yang terusik tergambar dari jawabannya. Pria itu menatap Jeremy dengan senyum kecil di wajahnya. “Kalau benar beg
Hari sudah sangat gelap, dan Madeline membantu Ava yang mabuk masuk ke dalam taksi.Saat mereka sampai, ia terkejut mendapati Jeremy sedang berdiri di depan.Dengan santai pria itu bersandar di mobilnya. Dia memasukkan salah satu tangannya ke saku celana sementara tangan yang lain memegang rokok. Ujung rokok itu menyala sebentar sebelum sedikit demi sedikit meredup dalam dingin malam. Dia terlihat kesepian.Jantung Madeline melewatkan satu detakan. Ia tidak tahu apakah dirinya gelisah. Ia ingin berada jauh-jauh dari pria itu, namun Jeremy sudah terlanjur melihatnya.Tatapan dinginnya mendarat di wajah Madeline. “Masuk.”Jeremy selalu memerintahnya, tidak pernah memberi Madeline kesempatan untuk memilih.Dengan tenang Madeline mengalihkan pandangannya dari pria itu. “Maafkan aku, Mr. Whitman. Sebaiknya besok saja kita bicara. Sekarang sudah terlalu malam.”Jeremy mengerutkan kening. Dia berdiri di depan Madeline dengan tatapan frustasi. “Aku menyuruhmu untuk masuk.”“Siapa itu? Kenapa b
Madeline menyadari kalimat terakhir Ava sudah benar-benar menyinggung Jeremy.Tiba-tiba pria itu mematikan rokoknya dan terlihat bagaikan setan dari bawah tanah. Lalu, dia menarik Madeline ke arah dadanya.Ava, yang baru saja kehilangan pegangan Madeline, limbung, dan terjerembab ke tanah dengan suara keras.“Ava!”Madeline berteriak dengan panik sembari mencoba berlari dan menolong Ava. Akan tetapi, Jeremy secara paksa mendorongnya ke dalam mobil.Pria itu sudah dirasuki kebencian. “Madeline, inikah yang kau lakukan? Kau berbohong pada sahabatmu bahwa aku mengecewakanmu dan menempatkan dirimu sendiri sebagai korban? Kau benar-benar luar biasa.”Jeremy menatap tajam-tajam Madeline dengan marah. Seakan-akan dia ingin menembus tubuh Madeline dengan matanya.“Janji di antara kita? Janji apa yang sudah aku buat untukmu? Bisakah kau berhenti bermimpi?”Sekali lagi, pria ini menghapus semua janji dan kesepakatan yang dia buat untuknya dulu.Madeline tidak lagi mengharapkan Jeremy untuk mengi
Suaranya dingin, membuat Madeline seketika menghentikan kegiatannya. Kemudian, ia berkata, “Mencuci.”Jeremy mendekat dan melirik kemeja hitam di tangan Madeline. Tiba-tiba badai sudah mengambil ancang-ancang di bawah kedua matanya. “Kau mencuci pakaian laki-laki lain di rumah ini?”Pria itu murka dan menendang ember di depan Madeline.Air mengguyur tubuh Madeline, seketika membuatnya basah kuyup.Madeline berdiri dalam ketakutan, sweater putihnya basah menempel di tubuhnya saat lekuk indah tubuhnya jatuh ke pandangan Jeremy.Seakan-akan es dan api bertabrakan di belakang mata Jeremy. Sebuah dorongan primitif menggelora di dalam tubuhnya.Jeremy mengulurkan tangannya dan menarik Madeline ke dalam dekapannya. Kemudian, dia mencubit dagu gadis itu, memaksa Madeline untuk menatapnya.“Sepertinya setelah tiga tahun dalam penjara, tidak hanya tidak belajar bagaimana bersikap, tapi kau juga belajar bagaimana memprovokasiku, hmm?”Nafas lembut pria itu menerpa wajah Madeline.Madeline tak bis
Jeremy menatap Madeline dalam-dalam sembari mengerutkan kedua alisnya. Api yang mengamuk di matanya seperti padam dengan tiba-tiba.Dia merendahkan tubuhnya agar lebih dekat dengan Madeline. Kemudian, pria itu mendorong beberapa rambut yang menjuntai di kening gadis itu ke belakang. Nada bicaranya kali ini lembut, sangat berbeda dari biasanya, saat dia berkata, “Kau bilang bahwa kau hamil anakku sebelum kau dipenjara. Bagaimana kau kehilangan anak itu?”Sebenarnya akan baik-baik saja kalau Jeremy tidak menanyakan hal itu. Tepat di saat dia bertanya, luka yang belum sembuh di hati Madeline kembali terbuka. Darah mulai deras mengalir dari luka itu.Ia menatap Jeremy yang tiba-tiba menanyakan hal itu dengan tatapan geli. “Seperti yang kau bilang, Mr. Whitman. Putriku sudah mati, jadi buat apa repot-repot bertanya? Apakah dia akan bisa hidup kembali?”“Madeline, jawab aku.”Jeremy menatap Madeline yang memasang seulas senyum palsu di wajahnya. Jantung Madeline seakan dijepit kuat-kuat oleh
Madeline tersenyum. Ketika ia hendak pergi, ia melihat Jeremy sedang menatapnya. “Ayo kita sarapan dulu.”APA?Madeline menghentikan langkahnya sembari bengong tidak percaya.Kapan pria ini bicara padanya dengan nada bicara yang begitu lembut dan kapan ia pernah makan berdua saja dengan Jeremy, terutama makan pagi yang terasa intim?“Madam, makanan Anda sudah siap.” Mrs. Hughes tersenyum ramah pada Madeline.Setelah agak ragu-ragu sejenak, Madeline berjalan mendekat.Ia menatap isi meja makan. Di situ sudah ada semangkuk sereal dan dua piring roti bakar bersama beberapa roti rumahan buatan Mrs. Hughes. Madeline menyukai menu makan pagi seperti ini.“Duduklah di sini.” Jeremy menarik sebuah kursi di sebelahnya.Sambil melihat sekilas ke arah pria itu, ia berkata, “Tidak, itu terlalu dekat. Aku takut nanti aku akan mengotorimu, Mr. Whitman.”Kemudian, ia duduk di seberang Jeremy.Seketika wajah Jeremy menggelap. Seakan-akan badai sudah hampir datang.Melihat itu, ia merasa gelisah. Ia me
Ketika Meredith mendengar jawaban Jeremy, dia tidak bisa menahan diri lebih lama lagi. “Jeremy, aku datang mencarimu langsung setelah aku bangun tidur. Aku bahkan belum sarapan. Apa yang harus aku lakukan kalau kau pergi?”Jeremy tidak berbalik. “Kau bisa menghabiskan waktumu dengan makan pagi.”“...” Meredith berdiri di tempatnya dengan tatapan kebingungan. Dia melihat ke arah Jeremy yang mengabaikannya dan malah berjalan menyusul Madeline. Dia mencengkeram tasnya kuat-kuat, merasa seolah-olah dia sudah hampir meledak.Madeline juga kaget dengan tindakan Jeremy. Namun, terlihat sepertinya pria itu serius melakukan itu. Saat Jeremy melewatinya, dengan sengaja pria itu memperlambat jalannya dan menatapnya dalam-dalam. “Ikuti aku.”Madeline tidak mengerti mengapa Jeremy melakukan ini, namun saat ia melihat wajah murka Meredith, ia tersenyum dan menurut. Ia masuk ke dalam mobil Jeremy.Untuk menghindari segala bentuk perdebatan yang tidak perlu, Madeline tidak mengucapkan sepatah kata pun
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka