“...” Yvonne syok saat mendengar itu.Karen ngeri dengan apa yang dilihatnya. Dia akhirnya kembali ke alam sadarnya setelah beberapa saat. “Yvonne!”Dia ingin membantu Yvonne, tapi dihalangi Madeline. Dia meraung marah. “Enyah kau, sampah!”“Sampah?” Madeline menatapnya dengan dingin.Karen tercengang. Tiba-tiba, dia melihat sebuah kilatan tajam dan menusuk di kedua mata Madeline. Kilatan yang sama seperti saat Madeline mengungkap identitasnya. “Madeline, k-kamu…”“Kenapa? Kau mencoba mengancamku saat Jeremy tidak ada di sini? Apa menurutmu aku Madeline yang dulu yang akan mengizinkan kamu melakukan apa saja padanya?”Apa?Karen melebarkan kedua matanya karena terkejut. Kemudian, dia melihat wajah Madeline dengan tercengang. Tiba-tiba, dia merasa gugup.Madeline menatapnya dengan dingin saat dia mengambil pisau dan garpunya. Kemudian, dia merapikan telur berantakan Karen ke tengah piring sebelum menyorongkan piring itu ke depannya.“Membuang-buang makanan adalah perbuatan keji, Ibu mer
Namun, Madeline setuju. “Oke, aku akan pergi dengan kalian.”“Ugh ugh ugh!” Old Master semakin emosional melebihi sebelumnya.Madeline berbalik dan berjalan ke arah lelaki tua itu. Tatapan tajam di matanya melembut. "Aku akan segera kembali. Jangan khawatir, aku bukan Madeline yang lama lagi.”Terlepas dari usaha Madeline menenangkannya, Old Master masih membuat suara protes dengan sekuat tenaga. Dia ingin menghentikan Madeline.Namun, Madeline tetap pergi bersama mereka.Mobil itu tiba di villa yang dibeli Felipe di pinggiran kota. Dia sudah membuat teh hitam favorit Madeline.Ketika melihat Madeline, dia menuangkan secangkir teh untuk wanita itu dengan hati-hati. Seperti biasa, dia menyunggingkan senyuman yang lembut dan elegan.“Maddie, ayo duduk dan minum teh. Aku akan menjelaskan kepadamu apa yang terjadi baru-baru ini.”Madeline tersenyum. "Tidak usah. Aku juga tidak minum teh.”Felipe membeku saat dia memegang cangkir teh itu. Kemudian, dia menatap Madeline dengan dingin.Sebali
Jeremy merasa ada yang tidak beres. Dia tahu Felipe tidak akan membiarkan Madeline kembali begitu saja.Dia khawatir jika Madeline ada di bawah ancaman. Setelah masuk rumah, dia pergi ke kamar Old Master untuk mencari Madeline.Ketika melihat pintu tertutup, dia ragu-ragu selama dua detik sebelum membuka pintu dan berjalan masuk.Setelah dia membuka pintu, dia melihat Madeline sedang merapikan tempat tidur untuk Old Master. Wanita itu tersenyum saat melihatnya.“Jeremy, kamu tepat waktu. Sekarang saatnya Grandpa beristirahat. Sebaiknya kau membantu beliau naik ke tempat tidur.”Jeremy melakukan apa yang Madeline perintahkan. Dia membantu kakeknya ke tempat tidur dengan nyaman dan menyelimuti beliau.“Beristirahatlah, Grandpa. Linnie dan aku akan menjagamu, biar kamu segera pulih.” Jeremy menghibur kakeknya dengan lembut. Di wajahnya tersungging seulas senyum lembut yang langka.Old Master tidak bisa bergerak, jadi beliau hanya bisa berkedip untuk memberi respons.Jeremy menggandeng tan
Karen bangga dengan 'rapor' ini. Dia merasa dirinya bisa menghancurkan semangat Madeline dengan ini.Namun, Madeline tidak merasa terganggu dengan hal itu. Dia hanya mengerjakan konsepnya secara diam-diam.Rutinitas hariannya cukup sederhana. Dia akan menggambar di pagi hari dan mengurus Old Master. Di malam hari, dia akan menghabiskan lebih banyak waktunya dengan Jackson.Dia akan membacakan cerita untuk bocah itu dan mengajarinya cara membaca. Kadang-kadang, mereka bahkan membuat beberapa karya seni dan kerajinan tangan. Mereka begitu menikmati hidup yang menyenangkan saat ini.Jeremy tidak membuang waktu. Meskipun akhir-akhir ini tidak ada gerakan dari Felipe, dia tahu pria itu pasti sudah membuat rencana jahat saat ini. Dia telah berjanji bahwa jika dia kehilangan Whitman Corporation, dia pasti akan mendapatkannya kembali. Dia tidak main-main dan dia sudah mengambil tindakan terkait hal itu.Ditambah lagi, dia tahu Felipe masih mengejar Madeline. Jika dia ingin tetap memiliki cint
Begitu Winston kembali, pria itu langsung memanggil Madeline. Hal ini menimbulkan keingintahuan Karen dan Yvonne.Namun, Yvonne merasa ini adalah peluang besar untuk mencuri rancangan Madeline!Menggunakan kesempatan ini, Yvonne memotret draf tersebut dengan ponselnya.Ketika Karen melihat itu, dia mendekat dengan rasa ingin tahu. “Yvonne, apa yang kau lakukan?”Otak Yvonne bekerja cepat setelah dia kedapatan memotret draf tersebut. “Aunty Karen, aku memikirkan cara untuk membuat Madeline tak akan pernah bisa mengangkat kepalanya tinggi-tinggi lagi! Dia akan segera berhenti bersikap sombong!”“Oh? ” Mata Karen berbinar. "Apa itu?”Yvonne menyeringai jahat dan mendekati telinga Karen sebelum menggumamkan sesuatu yang nyaris tidak terdengar.Setelah Karen mendengar itu, seringai jahat yang sama juga muncul di wajahnya.Setelah Madeline dipanggil ke pinggir oleh Winston, pria itu menyuruhnya untuk menyerah sebelum dia bisa menanyakan apa yang sedang terjadi.“Menyerah?" Madeline bertanya.
“Ya, Uncle Winston. Mungkin Madeline benar-benar tidak bersalah. Akan buruk jika ternyata kita salah menuduhnya." Yvonne juga berlagak memihak Madeline.Madeline tahu betul kalau keduanya hanya bertindak secara pragmatis. Mereka melakukan ini hanya karena ada Jeremy.Winston bangkit dengan ekspresi mengerikan di wajahnya. "Aku tak punya nafsu makan lagi.”“Win, Win!” Karen mengejarnya sambil berpura-pura khawatir.Lalu, Yvonne juga menemukan alasan untuk pergi.Setelah mereka bertiga pergi, Jeremy merasa jauh lebih baik. Dia menatap Madeline dengan rasa kasihan saat Madeline melanjutkan menyuapi Old Master. “Linnie, sebaiknya kamu makan dulu. Biarkan aku yang melakukannya.”“Tidak usah. Aku tidak lapar.”“Linnie, jangan pedulikan apa yang barusan diomongkan mereka. Aku akan mempercayaimu apa pun yang terjadi." Pandangan Jeremy lembut. “Karena Grandpa makan dengan lahap dan tidur nyenyak akhir-akhir ini, aku yakin bukan kamu pelakunya.”Madeline menatap sorot mata lembut Jeremy. “Dengan
Yvonne mulai berteriak. Segera saja, dia memberitahu semua orang di rumah.Namun, Madeline terkejut dengan kata yang baru saja Yvonne teriakkan.Dianiaya?Tak berapa lama kemudian Karen dan Winston tiba di tempat kejadian.Ketika mereka melihat memar dan luka di lengan Old Master, mata mereka membelalak.“A-apa yang terjadi?” Winston bertanya. Kemudian, dia bergegas ke depan untuk memeriksa kondisi beliau.Karen juga mendekat dengan wajah khawatir. Saat dia sampai, dia mendorong Madeline menjauh. “Oh, Old Master, apa yang terjadi padamu? Apa kau jatuh dari tempat tidur?”“Aunty Karen, luka dan memar itu sepertinya bukan karena jatuh. Jelas sekali ada seseorang dengan sengaja menganiaya Grandpa!" Yvonne dengan sengaja mengipasi api ke arah Madeline. "Madeline, kaulah yang mengurus Grandpa setelah beliau sampai disini. Apakah luka-luka pada Grandpa…’“Jaga mulutmu." Suara dingin Jeremy datang dari luar kamar.Yvonne spontan gemetar. Dia mengangkat kepalanya dengan takut-takut dan melihat
Luka-luka Old Master telah dibalut. Ketika melihat Yvonne, beliau melebarkan kedua mata beliau dan mulai merintih dan mengerang.Beliau ingin mengatakan sesuatu, tapi tak sepatah kata pun yang keluar.Ketika Yvonne melihat reaksi Old Master, dia mulai mengeluarkan tangisan palsu dan menyalahkan Madeline yang berdiri tidak jauh darinya. “Uncle Winston, Aunty Karen, lihat! Grandpa emosional sekali saat melihat Madeline. Dia pasti orang yang menyiksa beliau! Grandpa begitu menyedihkan!”Winston langsung terhasut. “Madeline, aku akan mencari buktinya dan menggelandang mu sendiri ke kantor polisi!”Madeline tersenyum dengan percaya diri. “Kurasa aku akan lebih cepat menemukan buktinya untuk membuktikan bahwa aku tidak bersalah.”“Aku juga akan membuktikan bahwa istriku tidak bersalah." Jeremy berjalan ke depan dan menghampiri Madeline. Dia tetap mendukung istrinya.“Jeremy, jika kau terus dibodohi oleh perempuan ini, keluarga kita akan hancur!" Winston menggelegar saat dia mendorong Old Mas