Mana mungkin Karen akan puas dengan itu? Namun, dia tak punya pilihan, jadi dia hanya bisa pergi dengan murka.Yvonne mengembungkan kedua pipinya dan menggertakkan gigi-giginya dalam amarah. Akan tetapi, dia hanya bisa mengikuti Karen keluar dari ruang rapat.“Aunty Karen, Vera itu sangat tercela! Tidak apa-apa kalau dia tak menghormatiku, tapi dia bahkan tak ingin menghormatimu di depan semua kepala departemen itu!”Yvonne merasa marah dan mulai memprovokasi Karen.“Aunty Karen, karena Jeremy sedang tidak ada, kau harus memadamkan semangat Vera dan memberinya pelajaran! Jika tidak, dia akan berpikir bahwa dialah bosnya.”Karen mendengus. “Kau benar. Malam ini, aku akan membiarkan dia tahu siapa bos yang sebenarnya.”Beberapa saat setelah rapat selesai, Madeline menerima sebuah telepon dari Whitman Manor. Si penelepon mengatakan padanya bahwa Old Master Whitman ingin dia mampir malam ini.Kalau ini terjadi enam tahun lalu, Madeline akan percaya bahwa memang benar Old Master yang ingin
Setelah Madeline mengatakan itu, wajah Karen menjadi pucat pasi. Dia melebarkan matanya karena syok saat menatap wajah cantik namun sedingin es di depannya dengan tak percaya.Ketika Yvonne melihat wajah Karen yang pucat dan tercengang, dia menjadi bingung. Dia bahkan semakin bingung dengan apa yang dikatakan Madeline barusan.“Aunty Karen, kau…”“A-apa kau bilang barusan?” Karen tak menghiraukan Yvonne. Dia mengulurkan jarinya dan menunjuk Madeline, berkata, “Bilang sekali lagi. S-siapa kau?”Madeline bersandar di kursinya dengan acuh tak acuh saat melihat Karen tergagap ketakutan.Dia mengangkat alisnya dan menatap lurus ke arah Karen. “Kejadian itu terjadi di sini pada hari itu. Kau bilang aku hanya bisa menjadi salah satu anggota Keluarga Whitman dan menikahi Jeremy jika orang mati bisa hidup kembali. Sekarang, sebagai 'orang mati', aku berdiri di depanmu. Bagaimana? Kau terkejut?”“...”Karen merasa seakan jantungnya melewatkan satu detakan. Dia berdiri dari kursi dengan ketakuta
Madeline tersenyum gembira saat melihat Karen menghindarinya.“Kalau aku tidak salah ingat, kau bilang bahwa semua orang akan senang jika aku mati. Tapi, dari yang terlihat sekarang, sepertinya cukup sulit bagimu untuk berbahagia saat ini.”“...” Karen tak bisa berkata-kata. Dia makin terlihat keok.Yvonne menatap Karen di belakangnya, lalu berteriak pada Madeline dengan ekspresi sombong di wajahnya, "Jadi, kau adalah Madeline, mantan istri Jeremy yang sudah mati. Jika kau tidak mati, kenapa kau berpura-pura mati untuk menakut-nakuti bibiku? Aku peringatkan ya, jika kau berani berbuat seenakmu, aku akan—”“Ini antara aku dan mereka. Sebaiknya kau tidak ikut campur." Madeline menyela dengan tatapan dingin. “Jangan bilang aku tidak memperingatkanmu. Jika kau tak ingin terbakar, sebaiknya kau menyingkir.”“...” Yvonne ingin membela Karen, tapi dia terpana saat melihat sikap Madeline yang mengesankan.Ketika melihat Madeline berjalan mendekat, Yvonne diam ketakutan dan menyingkir.Tanpa ad
Sebelum ini, Madeline sudah tahu bagaimana menghadapi semua orang.Namun, ketika dia menatap Old Master Whitman yang berambut putih di depannya, hatinya terasa sakit. Akan tetapi, dia tetap menatap sepasang mata beliau dengan tenang.“Kau benar, Grandpa. Aku Maddie.”Dia akhirnya mengaku kepada tuan tua itu. Dia bisa merasakan air mata menyengat kedua sudut matanya.“Grandpa, terima kasih telah percaya padaku dan mendukungku selama bertahun-tahun. Kau adalah satu-satunya orang yang baik padaku di keluarga ini. Aku akan mengingat itu untuk selamanya.”Old Master Whitman perlahan berjalan ke depan Madeline dengan dibantu tongkatnya. Sepasang matanya yang tua dan keruh menatapnya dengan penuh kasih dan pengertian.“Nak, kau akhirnya mengakuinya. Aku bahagia.”Melihat tatapan penuh kasih Old Master, Madeline tiba-tiba merasa menyesal. “Maafkan aku, Grandpa. Aku khawatir aku akan mengecewakanmu.”“Tidak perlu minta maaf, aku senang melihat dirimu yang baru." Tuan tua itu mengangkat tanganny
Apa Karen bilang pada Eloise tentang identitas aslinya?Mungkin tidak.Saat ini Karen tak akan membuat dirinya lebih bermasalah lagi.Sembari merenung, Madeline mengangkat telepon.“Miss Vera, ini Eloise Montgomery. Aku ingin tahu apa kau bisa datang ke rumah sekarang. Jack tak bisa tidur dan dia bilang dia ingin bertemu denganmu.”Ketika Madeline tahu itu karena Jack, dia setuju. “Aku akan kesana sebentar lagi.”“Bagus.” Suara Eloise terdengar riang.Mungkin, melihat wajahnya saat ini akan menjadi sesuatu yang membuat wanita itu dan suaminya bahagia.Setelah menutup telepon, Madeline makan dan pergi.Felipe duduk di kursinya, jemari rampingnya memegang gelas anggurnya. Dia menggoyangkan cairan di gelasnya dan menatap lurus ke depan.“Vera, dia tak semurah hati dan sebaik yang kau kira. Dia tak pantas mendapatkan ampunanmu.”…Sekitar 20 menit kemudian, Madeline tiba di Montgomery Manor.Eloise dan Sean menyambutnya dengan gembira saat melihatnya.Begitu Jackson melihat Madeline, waj
Meskipun Madeline terkejut melihat Jeremy kembali lebih awal, dia tetap tenang. Bahkan wajahnya menyunggingkan seulas senyum yang provokatif.Pria itu berjalan ke arahnya, aura sedingin es di sekelilingnya membuatnya terlihat mendominasi seperti seorang tiran. Segala sesuatu di sekitarnya sekarang hanya berfungsi sebagai pelengkap.Jeremy menatap lurus ke depan seolah dia tak bisa melihat orang lain di ruangan itu. Sepasang matanya yang gelap hanya memantulkan wajah cantik Madeline.Dia berjalan ke depan, dan dengan setiap langkahnya, detak jantungnya semakin cepat sampai dia tiba di depan Madeline.Setelah salah satu pemegang saham kembali tersadar, dia berkata, "Anda kembali tepat waktu, Mr. Whitman. Istrimu bilang—”“Semuanya, keluar.”Jeremy memotongnya dengan dingin, sepasang matanya masih terpaku pada wajah Madeline.Para pemegang saham saling berpandangan dengan bingung. Namun, mereka tetap keluar.Madeline dan Jeremy menjadi satu-satunya yang tersisa di ruang rapat yang besar i
“Jangan sentuh aku,” tukas Madeline dengan jijik, “Jangan sentuh aku dengan kedua tanganmu yang sudah menyentuh perempuan lain. Aku merasa jijik.”Jeremy merasa seolah-olah ada sesuatu yang menusuk hatinya setelah mendengar kata-kata Madeline yang penuh dengan kebencian.Ternyata kata 'jijik' bisa memiliki kekuatan yang begitu besar.Namun, dulu dia terus menggunakan kata ini sebagai senjata untuk menyerang gadis ini, lagi, dan lagi.Madeline menarik nafas dalam-dalam saat Jeremy tidak mengatakan apa-apa. Dia menatap Jeremy dengan kedua matanya yang dipenuhi amarah. Dia mengejek, berkata, “Kenapa? Kau tidak senang ya kuperlakukan seperti ini? Siapa kamu berani tidak senang dengan ini? Apa kau lupa bagaimana dulu kau memperlakukan aku? Kau bilang aku adalah pelacur tak bermoral. Kau bilang aku membuatmu jijik. Kau bilang aku tidak layak menjadi isteri Jeremy Whitman. Apa kau lupa semua itu?”Setelah Madeline selesai menanyainya, Jeremy mengerutkan kening.Madeline menceritakan semua yan
Madeline menyelesaikan kata-katanya tanpa ragu-ragu. Tatapan tajamnya memindai wajah Jeremy sebelum dia pergi.Jeremy meraih tangan Madeline, membuatnya menghentikan langkahnya. Dia menatap pria itu dengan tatapan dingin. "Ada apa? Kau ingin menghukumku dengan cara barbarmu? Jeremy, aku bukan lagi Madeline yang mengizinkan kamu menghina dan mempermalukan dia. Aku tidak takut padamu!”Dia menatap sepasang mata dalam pria itu tanpa rasa takut. Ada ekspresi tak terkalahkan di kedua matanya yang membuatnya terlihat mendominasi dan angkuh bagaikan seorang penguasa.Jeremy tidak marah. Sepasang matanya yang penuh gairah terpaku pada wajah sempurna Madeline saat dia menatap lurus ke arah gadis itu.Sebenarnya, dia sudah tahu semua hal yang gadis itu katakan padanya selama ini hanyalah kebohongan.Dia hanya akan memiliki kesempatan untuk berdekatan dengan gadis itu selama dia terus berbohong pada dirinya sendiri.Akhirnya, hari ini tetap datang menabraknya.Setelah berdiam diri, Jeremy berkat