Sementara itu, Fabian menghampiri Lilian, mengulurkan tangannya, lalu membelai kepala kecil Lilian yang menggemaskan untuk menghiburnya.“Jangan takut, Lilly. Aku di sini. Aku tidak akan pernah membiarkan siapa pun menggertakmu."Dengan Fabian di sisinya, Lilian tidak akan pernah takut.Meskipun usianya masih sangat muda, dia tidak pernah takut pada penjahat seperti itu bahkan ketika orang itu menggertaknya.Bahkan ketika dia menghadapi Lana si iblis betina dan dilemparkan ke dalam kolam, dia tidak pernah sekali pun memohon pada Lana untuk menyelamatkannya.Bisa dibilang kalau dia telah mewarisi gen Madeline sepenuhnya.Bahkan dalam menghadapi kritik dan tuduhan, dia diam hanya karena dia tidak bisa bicara. Meski begitu, sorot matanya jernih dan penuh dengan rasa percaya diri.Melihat ini, Julie segera maju untuk menengahi.“Mr. Johnson, bisa-bisanya An—”"Ya, aku barusan memukul seseorang, tapi itu karena dia pantas mendapatkannya." Ekspresi Fabian tidak pernah berubah. Matanya yang t
”Uuum…”Menatap mata kelam Fabian, pria itu langsung mengaku kalah.“Dasar anak brengsek, ini semua salahmu! Cepat minta maaf padanya!" Pria itu memarahi putranya yang berdiri di sampingnya dan mendorong putranya ke depan Lilian. "Cepat minta maaf!"Pria itu ketakutan, apalagi putranya.Fabian mengangkat matanya dengan dingin. “Apa menurutmu ini cukup? Apa kau pikir kau tidak bersalah sama sekali?"“Uuum…”“Orangtua adalah guru terbaik bagi anak. Dan kau, sebagai ayahnya, memiliki tanggung jawab yang tak bisa kau hindari untuk menentukan akan jadi apa anakmu nanti.”" ...ya, ya," jawab pria itu berulang kali. Dia sama sekali tidak berani membalas perkataan Fabian. "Kau benar. Aku, sebagai seorang ayah, memiliki tanggung jawab yang besar.”Dia dengan patuh menatap Fabian sambil menyunggingkan senyum yang bahkan terlihat lebih jelek dibandingkan dengan wajah orang yang sedang menangis. “Gadis kecil, ini salahku. Aku tidak memilih kata-kataku dengan bijak. Jika aku membuatmu kesal dengan
Setelah mereka kembali ke tempat semula, Julie lalu mengantarkan Fabian ke pintu masuk sekolah dan mengucapkan terima kasih."Terima kasih karena tadi telah membela saya, Mr. Johnson."Fabian mengabaikan perkataan Julie, tetapi ketika mendengar Julie mengungkapkan rasa terima kasihnya, dia berbicara dengan tenang."Santai saja. Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, Miss Charles. Aku masih harus merepotkanmu untuk menjaga Lilly selama sekolah berlangsung. Jika sesuatu terjadi pada Lilly, aku ingin dirimu memberi tahu aku sesegera mungkin.”Julie mengangguk sambil tersenyum. "Jangan khawatir, Mr. Johnson. Saya akan lebih memperhatikan Lilly.”"Terima kasih."Setelah berterima kasih pada Julie, Fabian berniat langsung pergi. Namun, ketika berbalik, dia melihat pria yang baru saja dia pukul berjalan ke arahnya dengan ekspresi marah dan membawa dua orang polisi.Pria itu mempercepat langkahnya ketika melihat Fabian sepertinya akan pergi dan menunjuk ke arah Fabian sambil memberi tahu po
Sikap polisi itu cukup sopan.Fabian melirik pria yang tadi bersikap arogan dan mengangguk dengan tenang."Baiklah," jawabnya acuh tak acuh. Dia kemudian menoleh lalu menatap Julie, yang tampak khawatir. “Miss Charles, silakan kembali ke kelas dan tolong jaga Lilly. Terima kasih."Julie khawatir dan ingin mengatakan sesuatu, tetapi merasa tidak berhak. Karena itu, dia hanya mengangguk."Mr. Johnson, Anda tidak perlu khawatir. Saya pasti mengurus semua siswa saya di kelas.”Fabian dengan ringan menarik kedua sudut bibirnya menjadi senyuman. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Kemudian, dia berjalan paling depan saat menuju tempat parkir.Kedua polisi itu mengikuti Fabian, lalu memanggil pria itu."Mr. Martinez, tolong ikuti kami ke kantor polisi lagi untuk membantu penyelidikan.”Pria itu mengerut saat melirik sosok tinggi dan ramping Fabian. Tiba-tiba, dia ingin membatalkan proses ini dan mundur.“K−kenapa kita tidak melupakan ini saja?” Pria itu ingin menyerah dan tidak mau lagi memper
Polisi itu mengernyit curiga. "Apakah Fabian memukul putramu?"Kedua polisi itu saling bertukar pandang dan merasa perlu untuk memberi perhatian pada masalah ini.Beberapa saat kemudian, polisi yang menginterogasi Fabian keluar dari ruang interogasi dengan ekspresi serius.Pria bernama Mr. Martinez itu segera menghampiri untuk menanyakan situasinya.“Pak, bagaimana hasilnya? Apa kau akan menangkap Fabian dan mengurungnya?”Polisi menatap pria itu dengan tatapan serius di matanya. “Dari awal Fabian dengan cepat mengakui bahwa dia memukulmu, dan dia tidak mencoba membela diri, tapi…”Jantung pria itu berkedut. "Tapi apa?""Mr. Martinez, sekarang Fabian akan menuntutmu dan putramu.”" ... apa?! Dia ingin menuntut aku dan putraku?”"Betul sekali." Polisi itu mengangguk setuju. "Dan dia juga telah memanggil pengacaranya yang sebentar lagi akan tiba di sini."“ … ”"Mr. Martinez, apakah putra Anda merundung seorang gadis kecil bernama Lilian Whitman? Dan apakah Anda secara verbal menyerang
Ketika mendengar undangan Fabian, Julie terkejut tetapi tidak menunjukkannya. Di permukaan, dia mempertahankan sikap lembut dan pendiamnya. "Saya bebas malam ini, tapi apakah itu tidak akan terlalu merepotkan?""Tidak. Selama kau merasa oke dengan undanganku, sama sekali tidak repot.""Baiklah kalau begitu." Julie mengangguk setuju. Jauh di lubuk hatinya, dia sudah merencanakan hadiah apa yang akan dia bawa ke rumah Fabian nanti.Beberapa jam kemudian, hari menjelang senja dan jam pelajaran pun sudah berakhir.Fabian tiba di pintu masuk sekolah tepat waktu. Julie menggandeng tangan Lilian dan membawanya menghampiri Fabian."Mr. Johnson, ada urusan lain yang harus saya tangani. Silakan membawa Lilly pulang dulu.""Oke, silakan saja." Fabian tidak banyak bicara. Dia hanya berbalik dan berjalan pergi sambil menggandeng Lilian.Sambil menatap punggung Fabian, Julie tenggelam dalam lamunan, tetapi pekerjaan di depannya sudah berebut untuk menarik perhatiannya.Dia mengantar anak-anak kembal
Selama dalam perjalanan, Fabian tidak mengatakan sepatah kata pun, jadi Julie tetap diam.Ketika mobil akhirnya berhenti, Julie diam-diam menghela nafas lega karena dia merasa seolah-olah akan mati lemas.Saat turun dari mobil, Julie mengambil inisiatif dengan mencoba membawa Lilian keluar dari mobil, tetapi Fabian selangkah lebih cepat."Biarkan aku saja." Fabian dengan sangat tegas melangkah maju dan dengan hati-hati membawa Lilian ke dalam gendongannya lalu memimpin jalan. "Silakan ikuti aku, Miss Charles."Julie sesaat membeku sebelum menyusul di belakang Fabian.Dia melihat ke sekeliling rumah itu dan memperhatikan bahwa meskipun rumah yang Fabian tinggali bukanlah vila yang sangat mewah atau megah, namun tempat ini masih tampak seperti rumah yang sangat mahal.Latar belakang Fabian muncul di benak Julie. Kakaknya, Yorick, dulunya adalah orang yang punya pengaruh besar di Negara F, tetapi belakangan diketahui bahwa dia terlibat dalam bisnis ilegal. Karena Fabian tidak ikut menjala
Malam ini seharusnya menjadi kesempatan langka yang tak terduga. Dia pikir dia akan bisa makan malam dengan Fabian sendirian dan paling banter mengajak seorang anak, tapi dia tak menyangka teman Fabian juga ada di sini.Kehadiran pria ini tampaknya telah merusak suasana, tetapi Julie tidak menunjukkan kekesalan di wajahnya.Dia terus menyunggingkan senyum sopan dan lembut di wajahnya sepanjang makan dan mencoba memperhatikan Lilian untuk menunjukkan kepada mereka sisi baiknya, tapi dia tak punya kesempatan untuk melakukannya. Sejak mereka mulai makan, Fabian sendiri yang mengurus Lilian hingga makan malam berakhir.Yang harus dilakukan Lilian hanyalah makan dengan patuh seperti gadis baik. Fabian yang menaruh semua makanan di piring Lilian, mengupas setiap udang untuknya, dan bahkan membuang semua duri ikan untuk anak itu. Selama makan dia sangat perhatian terhadap Lilian.Ketika melihat semua itu, Julie berharap bisa melakukan semua itu untuk Lilian. Dia merasa kalau pria yang bersika