Malam ini seharusnya menjadi kesempatan langka yang tak terduga. Dia pikir dia akan bisa makan malam dengan Fabian sendirian dan paling banter mengajak seorang anak, tapi dia tak menyangka teman Fabian juga ada di sini.Kehadiran pria ini tampaknya telah merusak suasana, tetapi Julie tidak menunjukkan kekesalan di wajahnya.Dia terus menyunggingkan senyum sopan dan lembut di wajahnya sepanjang makan dan mencoba memperhatikan Lilian untuk menunjukkan kepada mereka sisi baiknya, tapi dia tak punya kesempatan untuk melakukannya. Sejak mereka mulai makan, Fabian sendiri yang mengurus Lilian hingga makan malam berakhir.Yang harus dilakukan Lilian hanyalah makan dengan patuh seperti gadis baik. Fabian yang menaruh semua makanan di piring Lilian, mengupas setiap udang untuknya, dan bahkan membuang semua duri ikan untuk anak itu. Selama makan dia sangat perhatian terhadap Lilian.Ketika melihat semua itu, Julie berharap bisa melakukan semua itu untuk Lilian. Dia merasa kalau pria yang bersika
"Lilly, apa blueberry-nya manis?"Lilian mengedipkan matanya yang besar dan mengulurkan tangannya untuk mengambil blueberry kecil itu sebelum membawanya ke mulut Fabian.Fabian mengerti dan tersenyum ketika menundukkan kepalanya lalu memakan blueberry yang Lilly tawarkan.Entah mengapa, blueberry yang asam itu terasa manis.Hanya Fabian yang tahu mengapa rasanya jadi manis.Evan melihat pemandangan yang menyentuh itu dan mencondongkan tubuhnya ke bahu Fabian."Fab, apa kau bilang padaku kalau Miss Charles bukanlah wanita yang kau sukai?""Hentikan spekulasimu. Bagaimana mungkin aku menyukai guru Lilly?" Fabian membantah dengan ekspresi serius di wajahnya."Yah, sayang sekali. Padahal, itu akan menjadi situasi yang saling menguntungkan buat kalian dan bisnismu akan naik ke level yang lebih tinggi." Ekspresi kasihan muncul di wajah Evan, tetapi sedetik kemudian langsung berubah menjadi senyum lega. "Tapi menilai dari kepribadianmu, itu mungkin tidak akan membuat banyak perbedaan untukmu.
Ketika mendengar apa yang dikatakan Fabian, Evan mengerutkan keningnya dengan bingung. Di sisi lain, Julie tersipu, menunggu dengan penuh antisipasi apa yang akan dikatakan Fabian selanjutnya.Sudah jelas baginya sekarang. Fabian tahu kalau dia menyukainya dan sengaja mengundangnya ke sini untuk makan malam dengan pengetahuan itu.Adapun artinya? Itu sudah jelas.Julie merasa gugup, dan jantungnya berdebar sangat kencang.Dia menajamkan telinganya dan terus mendengarkan apa yang akan dikatakan Fabian selanjutnya dengan penuh semangat.Namun, dia tak pernah menyangka kalau kata-kata Fabian selanjutnya akan memadamkan semua harapan dan fantasinya dalam sekejap."Aku mengundangnya ke sini agar aku tidak berutang budi padanya."Jantung Julie yang tadi bersemangat berhenti berdetak. ‘Dia melakukan semua ini karena tidak ingin berutang budi padaku?’Dia menatap Fabian dalam keterkejutan. Dia tidak bisa dan tidak ingin membayangkan apa yang akan Fabian katakan selanjutnya.Untuk mencegah hal
Apa yang dikatakan Fabian sebelumnya masih terngiang di telinganya. Dia tak mengerti apa yang dimaksud Fabian dengan pertanyaannya, tetapi harapannya di awal tadi kembali melonjak di dalam hatinya."Saya tidak punya pacar." Tanpa ragu Julie pun menjawab, dan jantungnya mulai berdetak lebih cepat tanpa dia sadari."Itu bagus sekali. Aku benar-benar tidak ingin melewatkan wanita yang luar biasa, lembut, dan baik hati seperti kamu, Miss Charles."“ … ” Julie benar-benar bingung.Evan juga menatap Fabian dengan terperangah.Apa yang sedang terjadi?Bukankah Fab hanya bilang kalau dia tidak tertarik pada Julie? Mengapa dia bilang begini sekarang?Saat mereka bertanya-tanya, Julie dan Evan mendengar Fabian melanjutkan."Evan, sebagai temanmu, aku sudah melakukan yang terbaik. Aku sudah mengundang wanita baik-baik ke sini untukmu. Sisanya terserah padamu."" ... "" ... ""Jika bukan karena aku tidak punya niat untuk pacaran sekarang, aku benar-benar tidak akan mau memperkenalkan wanita hebat
Evan sangat blak-blakan. Dia memang tidak pernah bertele-tele dengan Fabian. Fabian juga tidak menyangkalnya, namun dia tak bisa menerima pilihan kata Evan. "Tak bisa dibantah kalau Julie adalah seorang wanita yang sangat berkualitas, jauh lebih baik daripada perempuan-perempuan liar yang selalu ada di sisimu. Belum lagi, kebetulan sekali kalian berdua sudah pernah bertemu sebelumnya. Kau bahkan tahu ayahnya. Mungkin kalian berdua benar-benar sudah ditakdirkan." Evan mengangkat kedua alisnya. "Tuan Muda Fabian, kau masih ingin jadi mak comblangku? Tapi kau harus tahu ini dengan jelas. Orang yang dia taksir adalah kamu." "Aku bahkan tidak begitu mengenalnya. Paling-paling, dia mungkin menyukai penampilanku,” kata Fabian dingin. Dia lalu memanggil seorang pelayan untuk membawa Lilian kembali ke kamar untuk mandi.Evan tidak sepenuhnya setuju dengan perspektif Fabian. "Hanya karena ketertarikan seseorang pada penampilan orang lain, seseorang kemudian akan cenderung mau belajar lebih b
Namun, Fabian tidak tertarik padanya. Fabian bahkan memperkenalkannya kepada pria lain. Ini membuat Julie merasa tertekan untuk sementara waktu. Sampai hari ini, dia tidak tahu apa kurangnya dirinya."Julie, wajar jika pasangan bertengkar. Jangan merasa terlalu tertekan. Jika dia sudah mencoba membujukmu, biarkan saja. Jangan terus-menerus memendam amarahmu pada pria." Rekan wanita lainnya mengingatkannya dengan ramah.Julie tertegun selama dua detik sebelum mengangguk."Tidak, kami tidak bertengkar." Dia tersenyum tipis dan berkata dengan agak malu.Tepat pada saat ini, notifikasi di ponselnya berbunyi, menunjukkan bahwa dia mendapat pesan. Julie mengangkat ponselnya dengan penuh antisipasi dan melihat dari dekat. Memang benar pesan dari Fabian, tapi setelah membukanya, dia hanya melihat empat kata yang sangat familier. [Terima kasih, Miss Charles.]Julie merasa sangat kecewa, tetapi dia tak bisa menuntut apa pun.Dia bukan pacar Fabian.Julie meletakkan ponselnya dan hendak menyibukk
Setelah menanyakan pertanyaan itu, Julie merasa bahwa dirinya mengajukan pertanyaan yang terlalu mendalam.Bagaimana mungkin anak yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak memahami definisi pacar?Benar saja, Lilian menatap Julie dengan tatapan penasaran seolah bertanya apa yang dia maksud dengan pacar.Julie merasa tidak perlu bertanya lagi. Saat ini, bel yang menandakan waktu istirahat berakhir pun berbunyi."Lilian, kelas akan segera dimulai. Cepat kembali ke kelasmu."Lilian mengangguk dan berjalan ke kelasnya dengan patuh.Sambil memperhatikan sosok mungil anak itu, pikiran berkecamuk di benak Julie.Dia benar-benar ingin tahu siapa yang ada di hati Fabian.Fabian masih muncul tepat waktu ketika sekolah berakhir untuk menjemput Lilian. Tentu saja, dia juga akan melihat Julie setiap kali dia ke sekolah.Seperti biasa, Julie membawa Lilian ke hadapan Fabian dengan senyum ramah dan lembut.Fabian dengan sopan mengucapkan terima kasih seperti biasa untuk menjaga jarak di antara mer
Fabian bangun pagi-pagi sekali dan memasukkan makan siang yang masih mengepul bikinan koki rumah ke dalam tempat bekal. Lalu, dia dengan cermat memeriksa semua barang yang harus dibawa Lilian hari ini.Ketika dia sudah hampir siap, Lilian turun ke lantai bawah setelah selesai mandi.Setengah jam kemudian, Fabian membawa Lilian ke sekolah.Saat mereka sampai, sekumpulan orangtua dan anak-anak mereka sudah berkumpul di pintu gerbang sekolah. Semua orang tampak dalam semangat tinggi.Fabian menuntun Lilian ke dalam. Sebaliknya, Julie sudah sejak tadi melihat orang yang dia tunggu-tunggu sepanjang pagi di tengah kerumunan.“Mr. Johnson.” Julie melambaikan tangannya pada Fabian.Fabian mendongak dan melihat Julie berjalan ke arahnya dengan senyum tersungging di wajahnya.“Miss Charles, pasti sulit bagimu untuk mengurus banyak sekali anak-anak hari ini.”“Yah, ini sudah menjadi pekerjaan saya. Mr. Johnson, ini rangkaian kegiatan tamasya musim semi hari ini, sekaligus beberapa hal yang harus