Madeline melirik jam di atas nakas. "Umm, ini sudah hampir tengah hari.""Apa? Sudah hampir tengah hari? Oh tidak!" Ava tiba-tiba seperti segar kembali. Dia tidak peduli dengan sakit kepalanya lagi saat mengulurkan tangan dan meraih pakaian yang tergantung di lemari sebelum berlari ke kamar mandi.“Ava, pelan-pelan. Kau baru bangun." Madeline mengingatkannya."Aku tahu. Aku tidak akan membuatmu khawatir,” jawab Ava lantang dari dalam kamar mandi.Madeline juga berbalik lalu turun ke bawah untuk menyiapkan sup ayam dan sarapan lain agar Ava sadar dari sisa-sisa mabuknya.Setelah mandi, Ava terlihat jauh lebih energik. Madeline kemudian mengetahui bahwa Ava telah meminta Daniel untuk menemui dokter hari ini.Dokter itu adalah ayah kandung Ava, Neil.“Aku harus cepat-cepat menemui Danny setelah makan. Danny seharusnya sudah meninggalkan rumah sekarang. Maddie, bisakah kau mengantarku ke sana sebentar lagi?” Ava berkata sambil melahap makanannya.Madeline tersenyum tipis. "Gadis bodoh. Ten
Suara yang dipenuhi dengan kesombongan dan keangkuhan ini terlalu familier bagi Ava.Ava mengepalkan tinjunya, mengetahui rencananya hari ini sudah hancur lebur.Dia mengambil nafas dalam-dalam, menenangkan diri, lalu berbalik dengan wajah acuh tak acuh.Naya mengenakan pakaian yang terlihat mewah dan membawa tas tangan mahal. Dia berdiri di depan Ava dengan angkuh.“Ava, ini terakhir kalinya aku memperingatkanmu. Berhentilah mendekati tunanganku lagi.”“Heh.” Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencibir. "Tunangan? Naya, kau benar-benar tidak tahu malu.”Ava langsung menjawab dengan nada sinis, membuat wajah Naya karam.“Ava, kau…”"Apa? Hah? Naya, kau tahu persis siapa tunangan Dan. Kau mengambil keuntungan dari amnesia-nya Dan dan kau ingin menanamkan kenangan-kenangan yang tidak benar sama sekali padanya. Dengarkan aku, itu tidak akan ada gunanya. Cepat atau lambat, Dan akan mengingat semuanya.”Setelah mendengar perkataan Ava, Naya mengertakkan gigi-giginya karena tidak setuj
Setelah memperingatkan Madeline, Naya mulai berjalan pergi tanpa berhenti lagi. Seolah-olah dia takut Madeline akan mengetahui isi pikirannya jika dia melambatkan langkahnya.Namun, Madeline sudah tahu yang sebenarnya. Hanya saja kebenaran itu masih tertutup kerudung.“Menilai dari sikap arogannya, aku pikir dia cukup yakin kalau penjahat yang menjadi kambing hitamnya tidak akan mengeksposnya.” Ava berjalan dengan perlahan.Madeline kemudian menoleh dan menyerahkan ponselnya kepada Ava. "Ava, kau harus menelepon Dan dulu dan bertanya di mana dia."“Kurasa itu tidak perlu lagi.” Ava menghela nafas sambil tersenyum. “Kemunculan Naya berarti Dan tidak akan bisa bertemu denganku lagi. Semua ini salah Naya.”“Kalau begitu, kupikir perlu untuk menemukan bukti kejahatan Naya sesegera mungkin.” Ekspresi Madeline juga menjadi sedikit lebih serius. “Bukti sebelumnya tidak bisa dibuktikan karena preman yang dibayar Chloe tiba-tiba mengaku bersalah. Itu pasti berarti seseorang telah berbicara deng
Ibu Daniel tahu ada sesuatu yang terjadi saat menatap mata Naya.“Apa yang ada dalam pikiranmu?” Ibu Daniel bertanya dengan rasa ingin tahu.Naya mengalihkan pandangannya dan memastikan Daniel sudah naik ke atas. Dia kemudian mendekati ibu Daniel dan berbicara dengan suara rendah."Mrs. Graham, saat ini Dan mengira aku bertunangan dengannya, jadi kita akan menggunakan ini untuk keuntungan kita dengan menetapkan tanggal pernikahan. Selama Dan dan aku sudah menikah, semua usaha Ava akan sia-sia belaka bahkan jika perempuan itu membuat keributan.”Setelah mendengarkan saran Naya, ibu Daniel tampak ragu-ragu.Dia memiliki rencananya sendiri di benaknya. Kenapa dia setuju untuk membiarkan Daniel pacaran dengan Ava saat itu adalah karena dia tahu ibu Ava adalah orang terkaya di Negara F.Tentu saja merupakan hal yang bagus jika memiliki besan kaya raya.Namun, Daniel mengalami kecelakaan mobil, dan dengan desakan Old Master Graham, ibu Daniel mulai menyalahkan Ava lagi. Sebaliknya, dia meras
Di dalam ruangan, Raegan dan Neil duduk saling berhadapan. Mereka menatap makanan di atas meja, tetapi tetap tidak mulai makan bahkan setelah waktu yang lama."Ava pasti sudah mendengar semua yang kita katakan di sini hari itu." Raegan memecah kesunyian.Neil menghela nafas pelan. "Aku pikir juga begitu. Ava sudah tahu bahwa aku adalah ayah kandungnya. Dia tidak mengatakan apa-apa karena mungkin tidak tahu bagaimana menghadapiku.”Saat berbicara, dengan perasaan bersalah Neil bertemu dengan tatapan Raegan.“Hubunganmu dengan Ava telah berubah menjadi lebih baik, tetapi kemunculanku membuat hubungan kalian kembali kaku. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa untuk meredakan situasi saat ini…”“Jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri.” Raegan menghiburnya. “Ava keras di luar tapi lembut di dalam. Bahkan, anak itu memiliki hati yang sangat baik. Dia biasanya terlihat seolah-olah acuh tak acuh, tapi dia sebenarnya sangat perhatian dan lembut.”Raegan berkata dengan ekspresi bangga
Ava tiba-tiba langsung ke pokok masalah. Raegan dan Neil sesaat membeku. Setelah keduanya bertukar pandang, mereka berdua menurunkan mata mereka dalam diam. Mereka sepertinya menyalahkan diri mereka sendiri dan merasa menyesal karenanya, tetapi pada saat yang bersamaan, mereka tidak tahu bagaimana harus mulai menjelaskan.Reaksi mereka membuat Ava semakin bingung. “Aku sudah hidup sendirian selama bertahun-tahun. Saat berangkat ke sekolah dan saat jam pulang, setiap kali aku melihat murid lain diantar dan dijemput oleh kedua orangtua mereka, aku bingung mengapa kedua orangtuaku meninggalkanku.”Ucapan Ava membuat Raegan dan Neil semakin merenung. Mereka kemudian jatuh ke dalam penyesalan yang lebih dalam lagi.“Selama bertahun-tahun, aku sangat membenci kalian berdua dan tak pernah punya pikiran untuk bersatu kembali dengan kalian. Kenapa kalian menelantarkan aku saat kalian ingin dan kemudian mengakuiku lagi saat kalian merasa suka dengan ide itu? Aku merasa seperti sebuah mainan yang
Apakah peristiwa tahun itu bisa dianggap sebagai pengabaian yang disengaja?Mungkin, begitulah yang terjadi.Madeline ingin pergi setelah selesai mengantar Ava pulang ke apartemen. Namun, dia mendapat telepon dari Jeremy, jadi dia mulai berbicara di telepon dengan Jeremy. Tanpa dia duga, beberapa saat kemudian dia melihat Ava berlari keluar dari apartemen sambil terisak-isak.Madeline dengan cepat mengakhiri pembicaraannya dengan Jeremy lalu keluar dari mobil dan berlari ke arah Ava.“Ava!”Ava tak menyangka Madeline masih ada di sini. Namun, ketika mendengar suara Madeline pada saat ini, kesedihan di hatinya pun langsung tercurah.“Maddie!”Ava langsung berlari ke pelukan Madeline dan mulai menangis.“Ava, apa yang terjadi? Kenapa kau menangis begitu keras?” Madeline merasakan jantungnya menegang. "Apa yang terjadi? Apakah ibumu tidak ada di rumah? Atau, apakah dia memberitahumu jawaban yang tidak ingin kau dengar?”“Mereka mengakui kalau mereka sama sekali tidak peduli ketika dengan
Tanpa ragu-ragu, Madeline dengan cepat menjawab panggilan itu.Suara Raegan terdengar pelan dan agak serak, “Mrs. Whitman, maaf mengganggumu. Aku ibu Ava.”“Aku tahu, Miss Xander. Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku?” Madeline bertanya dengan sopan, tahu bahwa Raegan mungkin meneleponnya karena Ava.Raegan menghela nafas. “Aku tadi melihatmu dan Ava di lantai bawah apartemen. Aku tidak berani mengganggunya lagi, jadi aku tidak menghampiri kalian. Aku hanya ingin bertanya apakah suasana hati Ava jauh lebih stabil sekarang?”“Ava tampak tenang sekarang. Dia baru saja mandi dan bilang kalau dia sedikit lelah, jadi dia ingin istirahat.”Madeline mengatakan yang sebenarnya."Baguslah kalau begitu." Raegan tampak lega. Kemudian, dia mengajukan permintaan dengan sopan. "Mrs. Whitman, jika aku boleh meminta bantuan, kuharap kau bisa meluangkan waktu untuk bertemu denganku besok.”Madeline mendengar ketidakberdayaan dan keputusasaan dalam kata-kata Raegan. Untuk menyelesaikan masalah