Madeline menggelengkan kepalanya. “Aku masih belum cukup baik menanganinya. Jika tidak, dia tak akan mencurigaiku lagi dan lagi sebagai mantan istrinya yang terkutuk itu.”Madeline membawa kegetiran dalam emosinya ketika mengucapkan lima kata terakhir, namun dengan cepat ia tersenyum pada Felipe.“Jangan khawatirkan aku. Aku bukan lagi Madeline Crawford yang konyol dan bodoh. Aku tidak akan mengecewakanmu lewat kesempatan kelahiran kembali yang kau berikan padaku.”Felipe melengkungkan kedua sudut bibirnya dan tersenyum. Ada sentuhan misteri di mata yang terang dan dalam itu.Madeline membantunya melepas mantel yang telah basah oleh air hujan dan memberinya perlengkapan mandi baru.Felipe mandi dan setelah selesai, mengenakan jubah mandi putih, menyeka beberapa helai rambutnya yang basah dengan handuk kering.Dia memasuki kamar Madeline dengan santai. Melihat gadis kecil imut itu tidur di atas tempat tidur, Felipe perlahan membungkuk dan mendaratkan ciuman penuh kasih di pipi Lilly.“F
Dalam kerumunan, tiba-tiba terdengar sebuah suara yang sangat akrab di telinga yang datang entah dari mana.Jantung Madeline langsung meloncat ke mulutnya dan debar jantungnya juga meningkat. Namun, wajahnya sama sekali tak menunjukkan reaksi apa-apa. Ia berjalan ke arah Jeremy tanpa keraguan sedikit pun.“Mr. Whitman, apa Anda sengaja membawaku ke sini untuk sarapan?” Ia tersenyum. Sinar matahari pagi setelah hujan mendarat di wajahnya yang lembut dan tanpa noda, bersinar dengan indah.Jeremy sepertinya melirik ke arah tertentu, lalu mengangguk. “Akankah calon bibi iparku menunjukkan perbedaan sikap di tempat umum? Atau kau khawatir Paman Felipe akan cemburu?”“Buat apa Felipe cemburu karena hal seperti ini?” Madeline tersenyum tenang, namun detak jantungnya tak terkendali.Ia masih bisa mendengar suara familier itu memanggil ‘Maddie’ lagi, dan lagi.Suara itu, ditemani dengan langkah kaki cepat, semakin mendekat dan mendekat.Namun, ia dengan tetap tenang mengikuti langkah kaki Jerem
Jeremy mencibir ringan, matanya yang menyipit dan berembun menatap punggung Madeline yang anggun. “Kau benar-benar mengira dia Madeline?”“Omong kosong! Tentu saja, dia itu Maddie!” Ava menegaskan tanpa ragu. "Jeremy, aku peringatkan ya, jangan berpikir untuk menyakiti Maddie lagi. Jika Maddie terluka lagi, aku akan melawanmu mati-matian kali ini!”Mendengar peringatan Ava, tiba-tiba Jeremy mengerutkan kedua bibirnya sembari mencemoh dirinya sendiri.Seorang teman yang akan berjuang mati-matian untuknya.Namun, bagaimana dengan suaminya?Jeremy tak mengatakan sepatah kata pun. Dia kemudian masuk ke mobil dan menyalakan mesin.Madeline duduk di dalam mobil. Ia melihat sekilas sosok Ava yang kehilangan harapan lewat penglihatan periferalnya. Gadis itu berangsur-angsur semakin mengecil dan mengecil di kaca spion, dan hatinya semakin sakit dan lebih sakit lagi.‘Maafkan aku, Ava.’‘Sekarang bukan waktunya untuk mengenalimu.’‘Aku akan menawarkan sebuah permintaan maaf yang tulus padamu se
Tepat ketika kecelakaan hendak terjadi, Jeremy bergegas maju dan meraih pergelangan tangan Madeline, menarik gadis itu ke dalam pelukannya dengan segala kekuatan yang dia miliki.Mobil yang melanggar lampu kuning itu melesat melewati sisi Madeline.Karena Jeremy terlalu banyak menggunakan kekuatannya, dia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke belakang. Orang yang ada di pelukannya pun jatuh ke pinggir jalan bersamanya, terjerembab dengan cukup keras.“Jangan takut, tidak apa-apa sekarang.”Madeline samar-samar mendengar Jeremy berkata.Ia ingin bangun namun dirinya dibungkus erat-erat oleh pelukan Jeremy. Tangan kanan pria itu menekan bagian belakang kepalanya seakan-akan itu adalah sebuah tindakan yang dilakukan tanpa sadar untuk melindunginya.Madeline hanya berbaring di tubuh Jeremy. Hidungnya mengenali sebuah aroma wangi yang unik di tubuh pria itu. Sebuah aroma yang sangat akrab di ingatannya.Ia merasakan detak jantungnya sendiri dan ia bernafas dengan sedikit panik. Ia tak tahu a
Meredith menyetujuinya dengan tidak sabar. “Jangan khawatir, Jeremy. Aku akan berada disana tepat waktu besok malam bersama kedua orangtuaku.”“Baguslah, kalau begitu.” Jeremy menutup telepon setelah mengatakan tiga kata itu.Dia menatap layar yang menggelap, kedua matanya yang menyipit dan berkabut memantulkan cahaya rahasia.Madeline langsung kembali ke apartemen. Setelah memasuki rumah, ia melihat Felipe sudah bangun.Pria itu duduk di meja dekat jendela, mengenakan pakaian santai yang longgar. Felipe menonton berita ekonomi di ponselnya sambil menggigit sepotong roti bakar sarapannya dengan anggun.Melihat Madeline telah kembali, dia memberi gadis itu seulas senyum lembut. “Performa penjualan Miss L.ady meroket. Setiap potong perhiasan yang kau desain sudah menjadi terkenal. Kupikir kau berpeluang besar untuk memenangkan hadiah utama pada Kompetisi Desain Perhiasan Internasional GMA tahun ini.“Oh ya, aku juga membawakanmu bahan-bahan wewangian yang kau perlukan. Kau bisa melanjutk
Di bawah tatapan bingung semua orang, Jeremy mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna biru tua dari saku celananya.Dia memegang kotak itu di hadapan Madeline dan membukanya. Di dalam kotak perhiasan beludru itu terdapat sebuah cincin berlian yang berkilau.Meredith langsung syok menatap kotak cincin yang dipegang Jeremy. Dia bergegas. "Jeremy, apa... Apa yang kau lakukan?" tanyanya gugup, berusaha mempertahankan seulas senyum. “Jeremy, kau meminta semua orangtuaku untuk datang hari ini. Apakah karena kau ingin melamarku? Cincin berlian ini juga untukku, ya?”Meredith memandang dengan penuh harap ke profil samping Jeremy yang tanpa ekspresi.Namun, Jeremy tak sedikit pun melirik Meredith bahkan dari sudut penglihatan periferalnya. Sebagai gantinya, dia mengeluarkan cincin itu dan meraih tangan kiri Madeline yang sedang digenggam oleh Felipe.Madeline dengan cepat menarik tangannya kembali. “Mr. Whitman, apa yang Anda lakukan?”Felipe juga melindungi Madeline. "Jeremy, walaupun Vera d
Meredith tersipu dan mencondongkan tubuhnya ke sisi Jeremy dengan penuh kasih. “Jangan khawatir, Mom dan Dad. Jeremy akan menjagaku dengan baik, benar, Jeremy?”Dia mengarahkan tatapan cerah dan jernihnya pada Jeremy dan kebetulan melihat pria itu menatapnya.Hanya saja sepasang mata Jeremy sangat dingin hingga membuatnya tertegun.“Je-Jeremy?”“Yang ingin aku umumkan adalah pembatalan pertunangan kita.”“…”“Apa?”Meredith langsung membatu. Eloise, Sean, dan kedua orangtua Jeremy semuanya tampak syok.Madeline terlihat tenang, namun di dalam dirinya dia juga merasa terkejut.Apakah Jeremy benar-benar mengatakan dia ingin memutuskan pertunangan dengan Meredith?Ini benar-benar mencengangkan.Jeremy memuja si muka dua Meredith. Dia telah memanjakan dan menyiramnya dengan kasih sayang tanpa batas selama bertahun-tahun.Bagaimana bisa keputusan seperti itu tiba-tiba dibuat?“Jeremy, apa maksudmu? Bagaimana bisa kau memutuskan pertunanganmu dengan Meredith ketika dia bahkan telah melahirka
Jeremy menatap Meredith, gadis yang pernah dia janjikan untuk dia jaga selamanya, dan seulas senyum sarkastik merayap ke wajah tampannya. “Aku bahkan tidak menemukan sopir itu.”“…” Tak seorang pun menyangka kalau Jeremy akan tiba-tiba mengatakan sebuah kalimat seperti itu.Udara di seluruh ruang tamu seketika seperti membeku saat kedua mata Meredith membelalak sebesar alas cangkir. Gadis itu menatap wajah tampan Jeremy yang penuh dengan kekecewaan dan cemooh, dengan tatapan syok.Pria itu benar-benar menjebaknya!Dirinya telah mengakui bersama-sama dengan Tanner menjebak Madeline karena ketakutan!Madeline duduk dengan anteng di sofa, namun jantungnya sama sekali tidak kalem saat ini.Hanya sehari sebelumnya, Jeremy telah memintanya untuk berdandan seperti Madeline untuk menjebak Tanner, namun usaha itu gagal.Ia awalnya mengira bahwa tak ada bukti manusia atau fisik yang dapat ditemukan untuk membuktikan fakta bahwa Meredith melakukan perbuatan keji saat itu. Namun, yang tidak ia dug