“Oh ya, Jeremy, sepertinya aku melihat Carter saat aku keluar dari lift tadi. Apa dia datang untuk mencarimu atau aku cuma berhalusinasi?” Madeline bertanya dengan serius.“Tidak. Dia datang untuk mencariku, dan dia pergi begitu saja,” kata Jeremy terus terang."Apa maunya?" Sepasang alis indah Madeline menyatu tanpa dia sadari. “Jelas-jelas dia yang menyebabkan semua ini. Dia bahkan secara tidak langsung menyebabkan kematian Adam dan Cathy. Mengapa dia terus berpikir bahwa dia tidak bersalah?”“Itu adalah problem dengan karakternya, dan kita tidak bisa mengubahnya. Carter adalah pria yang sangat percaya diri. Lebih tepatnya, sombong.”Jeremy bisa mengetahui watak Carter.“Dia punya pengetahuan luas, dan dia tahu psikologi dan hipnotisme. Ditambah lagi, dia bangsawan. Siapa pun akan sombong dan arogan kalau memiliki status seperti itu.”Ketika mendengar itu, Madeline menatap Jeremy dengan kekaguman di matanya.Jeremy menatap mata indah Madeline dengan rasa ingin tahu. Dia kemudian deng
Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Shirley terdiam.Madeline mendengar langkah-langkah kaki mendekatinya dari belakang, dan suhu tangan Shirley yang menggenggam tangannya turun drastis seolah-olah wanita itu ketakutan.Madeline, menyadari ada sesuatu yang tidak beres, menoleh untuk melihat siapa yang datang.Tangan Shirley yang menggenggam tangan Madeline perlahan terkulai, dan dia bergumam hampir tak terdengar. Pada akhirnya, dia tidak mengucapkan kata-kata terakhir. "Kau…"Madeline samar-samar bisa mendengar Shirley menggumamkan sepatah kata, tapi dia tidak bisa mendengarnya dengan jelas.Madeline berbalik dan melihat Carter yang tiba-tiba muncul di belakangnya, dia pun menenangkan dirinya.Ketika melihat Madeline, Carter tersenyum tipis padanya.Dia berjalan dengan acuh tak acuh ke depan Madeline dan menatap Shirley yang menatapnya dengan tatapan penuh dilema, lalu dia membuka mulutnya."Mrs. Whitman, bisa-bisanya kau begitu bebas mengunjungi musuh yang telah meracuni dan menyiksa di
Madeline kemudian tahu mengapa emosinya terpengaruh—itu karena hipnosis Carter lagi.“Carter, kau adalah viscount St. Piaf yang mulia, dan kau juga berpendidikan tinggi. Kenapa kau tidak bisa menjadi orang yang lurus dan jujur?” Madeline menatap pria itu dengan jijik.Meskipun tidak menunjukkan emosi apapun walau hipnotisnya terputus, Carter memelototi Shirley.Tapi Shirley balas menatap Carter tanpa rasa takut karena dia telah tahu semuanya. Jika dia tidak takut mati, apa lagi yang dia takutkan?"Apa hal yang benar-benar bisa dianggap lurus dan jujur?" Dengan jijik Carter bertanya pada Madeline. "Apakah semua hal yang telah dilakukan Jeremy padamu itu lurus dan jujur?"“Carter, jangan coba-coba mengalihkan perhatianku dengan hal-hal yang terjadi antara aku dan suamiku di masa lalu. Kami tidak butuh campur tanganmu. Kau seharusnya memikirkan urusanmu sendiri.”“Urusanku sendiri? Mrs. Whitman, tolong kasih tahu aku, apa urusanku yang membutuhkan perhatianmu?”Carter bertanya. Senyum tip
Dari cara Shirley mengusirnya, Madeline tahu apa yang dikhawatirkan Shirley.Wanita itu khawatir Carter akan menyakitinya.Namun, dia tentu saja telah mengambil beberapa tindakan pencegahan karena dia datang sendirian.Dia menggenggam tangan Shirley dan memberi wanita itu senyum yang tenang dan mantap.“Aku akan pergi, tetapi kamu juga harus berhati-hati. Tak peduli apa yang terjadi, kau tidak boleh menyerah pada hidupmu. Aku percaya Adam dan Cathy akan merasakan hal yang sama seperti aku. Kami semua berharap kau baik-baik saja.”Setelah mengatakan itu, Madeline menepuk punggung tangan Shirley dengan lembut, lalu mengangkat sepasang mata indahnya dan menatap Carter dengan dingin sebelum akhirnya pergi.Ketika melihat Madeline meninggalkan ruangan, Carter menatap Shirley selama beberapa detik sebelum berbalik.“Carter, biarkan dia pergi.” Shirley langsung memanggil Carter. "Jangan lakukan apa pun yang akan kau sesali nanti."Carter berhenti di jalurnya. “Hal yang paling aku sesali adala
“Glendale bukan satu-satunya jalan pintas untuk mendapatkan hak memerintah. Kau juga punya jalan pintas lain.”Sebuah kilatan pengalaman hidup ikut muncul di kedua alis anggun dan cantik Camille, yang menandakan bahwa dia berpikir ke depan.Carter bingung ketika mendengar apa yang dikatakan Camille. “Jalan pintas lain?”"Ya." Camille mengangguk, lalu berjalan ke arah Carter dan berbisik.Setelah mendengar itu, alis Carter berkerut makin dalam."Carter, aku tahu kau tak teryakinkan dan sulit untuk melepaskan ini, tapi mungkin anak itu tidak ditakdirkan untuk bersama kita, jadi berhentilah berpegangan pada anak itu."Camille menasihati putranya dan kemudian mengangkat tangannya lalu menepuk bahu Carter.“Bersiaplah dan siapkan juga Shirley. Kita akan pulang dalam dua hari ini. Kita tidak bisa membuang waktu lagi.”"Mungkin memang sudah waktunya untuk pulang," kata Carter tiba-tiba. Namun, ada sesuatu yang berubah di matanya.Dia melihat ke arah di mana Madeline pergi dan menyipitkan mata
Setelah masuk, Madeline melihat guru Jackson.Ketika guru mendengar bahwa Madeline tidak melihat Jackson, guru itu penasaran. "Apa dia pergi ke toilet? Jackson adalah anak yang sangat pintar, jadi dia tidak akan pergi dengan orang asing. Jangan khawatir, Mrs. Whitman.”Madeline juga yakin kalau putranya tidak akan pergi dengan orang asing, jadi dia berbalik dan berjalan ke toilet untuk mencari putranya.Dia tiba di pintu masuk toilet, tetapi karena tidak bisa masuk, dia berkali-kali memanggil nama putranya di pintu masuk."Jack, apa kau di dalam?”"Jack, kalau kamu ada di dalam, tolong jawab aku.”"Jack…"Saat Madeline memanggil-manggil Jackson, seorang guru laki-laki muda berjalan keluar dari toilet.Ketika melihat Madeline sedang mencari putranya, dia dengan sopan bertanya, “Madam, tidak ada orang lain di toilet. Anda tidak bisa menemukan putra Anda?"Madeline mengangguk dan jantungnya mulai berpacu.Mungkinkah Carter selangkah lebih maju darinya? Apakah pria itu sudah menyuruh seseo
Madeline tersenyum dan lanjut mengemudi. Namun, saat sedikit lagi sampai di perempatan jalan, dia melihat ada sebuah kecelakaan dan jalan di depannya terblokir.Jalan ini adalah jalan satu-satunya menuju rumah, namun sekarang mereka tak bisa melintasinya.Madeline awalnya berpikir untuk menunggu, tapi mobil-mobil yang ada di situ tetap tidak bisa bergerak bahkan setelah waktu yang lama. Dia kemudian hanya bisa memutar balik kemudinya dan melajukan mobil ke jalan lain sesuai dengan arahan polisi lalu lintas.Mereka juga bisa mencapai rumah lewat jalan ini, tapi harus memutar lumayan jauh.Namun, saat dia memasuki jalan itu, sebuah mobil terlihat mengebut ke arah mereka sambil menyalakan lampu jarak jauh yang sangat terang.Madeline buru-buru membelokkan kemudi sambil menginjak rem.Setelah menghentikan mobilnya dengan tergesa-gesa, dia keluar dari mobil dan membuka pintu belakang.“Jack, kau tidak apa-apa?” Apa kau terluka?” Madeline, khawatir, mengangkat putranya dan membawa anak itu k
Sepasang mata laki-laki itu membelalak. Dia tak pernah menyangka kalau Madeline akan menendangnya tanpa ragu.Dia berteriak kesakitan dan refleks melepaskan cengkeramannya pada Jackson.Madeline secepat kilat berlari mendekat lalu menangkap Jackson yang akan jatuh.“Jack!” Madeline memeluk bocah itu erat-erat.“Mommy, aku tidak apa-apa. Jangan khawatirkan aku,” kata Jackson menenangkan Madeline, tahu kalau ibunya mengkhawatirkannya.Madeline, tidak lagi memperdulikan kedua laki-laki itu, menggendong Jackson dan hendak masuk ke mobil.Namun, ketika dia membuka pintu untuk masuk ke dalam mobil, tiba-tiba sebuah moncong pistol berwarna hitam diarahkan ke belakang kepalanya."Eveline, kau harus ikut dengan kami meskipun kau tidak mau," ancam laki-laki di belakangnya.Sepasang mata besar dan jernih Jackson melebar, menatap laki-laki yang mengancam Madeline dengan pistol.Meskipun demikian, Madeline tidak gentar.Dia mengangkat sepasang mata arogan dan indahnya dan dengan tenang membuka bibi
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka