Adam menoleh dan memfokuskan tatapannya, menyadari kalau Shirley memegang barang yang tampak seperti botol kecil parfum. Di dalam botol itu berisi cairan yang terlihat hampir transparan.Shirley dengan riang menyerahkan botol itu kepada Adam. “Hirup baunya.”Adam merasa tidak ada hal baik yang akan terjadi. Dia menerima botol itu, melepas tutupnya, dan mengendusnya ringan. Ekspresinya langsung berubah.“Isi botol ini...”“Mm-hm.”“Tidak heran kondisi Jeremy tiba-tiba memburuk. Itu karena benda ini yang menyebabkannya!” Adam sampai pada satu pemahaman. "Shirley, tanggung jawab seorang dokter adalah untuk menyelamatkan nyawa manusia, bukan untuk menyakiti mereka!""Dokter? Ah, ha-ha…” Shirley mencibir, “Mereka telah mencurahkan begitu banyak upaya untuk menjadikanmu seorang dokter yang sempurna, tapi bagaimana denganku? Berkat mereka, aku hanyalah iblis yang menjadi lawan para malaikat seperti kalian.”“Shirley, kau salah paham soal Dad dan Mom. Saat itu―""Jangan membawa-bawa masa lalu
“Adam, abaikan saja orang ini. Ayo masuk ke rumah.” Amy berjalan ke sisi Adam dan memegang tangannya erat-erat.Adam tidak berniat untuk terus berdebat dan mengangguk ketika berbalik sambil memegang tangan Amy.“Cathy!”Felipe berteriak ke punggung Amy ketika wanita itu berbalikAmy berhenti ketika mendengarnya.Felipe sangat senang. "Cathy."Dia menantikan tanggapan wanita di depannya, tetapi justru melihat Amy tampak kesal ketika memalingkan wajahnya. "Ada apa denganmu? Aku sudah berkali-kali bilang bahwa aku bukan Cathy. Bisakah kau berhenti menggangguku? Kau benar-benar menjengkelkan!”Dia tidak mentolerir gangguan ini dan menegur Felipe. Kemudian, sambil memegang lengan Adam dia berbalik.Ekspresi antisipasi di mata Felipe lenyap, dan seolah-olah hatinya hancur berkeping-keping.Wanita itu bilang kalau dirinya sangat menjengkelkan.Namun, Cathy biasa mengatakan kepadanya kalau dia akan selalu menyukainya dan akan mengganggunya seumur hidup—bahkan jika dia hanya memperlakukan wanit
Merasakan pedihnya rasa bersalah yang menyerang hati nuraninya, dia meremas kertas di tangannya, tak ingin membuat Madeline tahu apa yang sedang dia pikirkan.Namun, mustahil Madeline melewatkan kilatan penghindaran di kedua mata Jeremy."Biarkan aku melihat itu." Madeline tidak bertanya apa-apa dan langsung mengulurkan tangannya.Jeremy tidak berani melawan Madeline dan dengan patuh menyerahkan kertas berisi janji temu yang baru saja dikeluarkan.Madeline mengambilnya dan menurunkan pandangannya untuk membacanya. Saat melihat isi janji temu itu, matanya berkilauan karena takjub dan rasa terkejut.Dia mengangkat mata indahnya dan menatap pria yang tenang di depannya. “Jeremy, kau…”"Linnie, aku sudah mengambil keputusan." Jeremy memegang tangan Madeline. “Ini akan menjadi yang terbaik untuk kita. Kau tidak akan keberatan, ‘kan?”"Bagaimana aku bisa menolak saat kau sangat memperdulikanku?" Madeline tersenyum tipis. “Jeremy, aku berharap di masa depan, hari-hari kita akan lebih manis. A
Madeline menjaga Eloise selama dua hari, dan mengikuti instruksi dokter, mereka membawa Eloise pulang untuk merawatnya di rumah.Tidak ada masalah besar dengan tubuh Eloise, kecuali bahwa dia hanya merasa lemah dan tidak memiliki kekuatan untuk berbicara. Ditambah dengan kondisi mentalnya yang tidak stabil, semua itu sungguh membuat Madeline khawatir.Jeremy menyaksikan semuanya, dan pemandangan itu membuatnya tidak ingin membuat Madeline tahu tentang kondisinya.Meski ada kalanya dia merasa frustasi, semua itu sirna saat melihat ketiga anaknya yang lucu dan aktif.Putri kecil yang hanya bisa tersenyum tapi tidak bisa berbicara adalah pengecualian karena anak itu membuatnya merasa menyesal.Pada saat ini, dengan posisi matahari yang miring pada sore hari di akhir musim gugur, Jeremy sedang menuju ke kantor. Sementara itu, Madeline menemani Eloise berjemur di halaman.Kedua bocah kecil itu, Jackson dan Lilian, sedang mengerjakan sesuatu sementara Pudding, yang masih belajar berjalan, me
Madeline tidak pernah benar-benar mengira bahwa di dunia ini, wajah seperti itu ada.Namun, dilihat dari kenyataan bahwa wanita itu bisa begitu tenang mendekatinya terlebih dahulu, Madeline tahu itu bukan hanya kebetulan tetapi sebuah skema yang telah direncanakan oleh orang lain.Wanita itu menyadari kalau Madeline sedang menatapnya dengan tatapan kritis. Hal itu membangkitkan minatnya saat melengkungkan kedua sudut mulutnya."Eveline, apa kau terkejut melihat wajahku ini? Atau mungkin, kau diam-diam senang? Bahwa di dunia ini, ada seseorang yang memiliki wajah yang sama persis dengan wajahmu?"Madeline dengan tenang menatap wajah sempurna di hadapannya yang mirip dengan wajahnya dan tersenyum. "Terima kasih telah memberitahuku kalau aku cantik tapi maaf, aku tidak akan percaya bahwa di dunia ini, akan ada orang dengan wajah yang sama persis dengan wajahku. Kau sengaja mendatangiku dan itu hanya menunjukkan kalau kau punya niat tersembunyi."Dia tersenyum, matanya berkilauan dengan je
Namun, dengan setiap langkah yang dia ambil, dia merasakan penglihatannya berputar-putar lebih cepat. Dia melihat ada wastafel di depan. Dia berpikir untuk membasahi dirinya dengan air untuk membuat dirinya bangun. Namun demikian, sebelum mencapai wastafel, semua kekuatannya terkuras dari tubuhnya.Tiba-tiba, dia jatuh begitu saja ke lantai. "Jeremy..."Dia bergumam saat kelopak matanya terkulai ke bawah. Pada akhirnya, dia hanya melihat wajah yang mirip dengannya, menyunggingkan senyum jahat…Begitu selesai bekerja, Jeremy segera pulang ke Whitman Manor. Saat memasuki rumah, dia melihat ketiga anaknya berkumpul dan bermain-main. Karen duduk di sofa menemani Eloise dan dari waktu ke waktu mencari topik untuk bahan obrolan.Meskipun Eloise sepertinya tidak mengerti, setidaknya suasananya tidak terlalu menyedihkan.Namun, yang paling mengganggunya adalah dia tidak melihat Madeline.Jeremy meletakkan kue yang baru saja dia beli di depan ketiga anak itu. Jackson mengedipkan matanya yang be
Jeremy mengangkat matanya dan melihat ke atas. Mata almondnya yang dalam memantulkan sebuah citra senyum cerah dan wajah mungil yang tampak secantik karya seni."Bukankah kau bilang kalau ada banyak urusan di tempat kerja yang menunggu untuk diselesaikan dan kau akan pulang terlambat? Kenapa kau sudah pulang?" Madeline membawa tas belanjaan yang berisi bahan-bahan makanan. Dia melepas sepatunya dan berjalan ke arah Jeremy. "Kalau aku tahu kau akan pulang lebih awal, aku tidak akan pergi ke mall. Aku mungkin juga akan memintamu untuk membelikan barang-barang yang kuperlukan."Jeremy melihat wanita di depannya perlahan mendekatinya dan linglung sejenak sebelum tersenyum lembut."Kau selalu bisa menyuruh pelayan keluar untuk membeli barang-barang ini. Kau nyonya Keluarga Whitman. Kau tidak harus melakukan semua hal sepele ini sendiri.""Bagaimana bisa? Aku ingin diriku sendiri yang menyediakan semua keperluan anak-anak," kata Madeline sambil tersenyum dan menatap Eloise dan Karen. "Mom, a
Matanya yang cantik berkaca-kaca dan memerah, bercampur dengan kecemasan."Jeremy, apa kau akan menyalahkanku?""Bagaimana bisa aku menyalahkanmu, gadis konyol?" Jeremy menghiburnya, tetapi melihat air mata yang akan keluar dari dua mata besar di hadapannya itu tidak membuatnya merasa patah hati.Biasanya, dia akan merasa tidak tenang bahkan jika Madeline hanya mengerutkan kening saja.Namun, dia tidak merasakan perubahan emosi bahkan ketika Madeline hampir menangis sekarang.Jeremy merasa terganggu, tetapi tanpa berpikir lebih jauh, dia terus menghiburnya dengan lembut. "Jangan terlalu sedih, itu hanya sebuah cincin. Nanti, aku akan membelikanmu lagi. Sekarang, mari kita membuat kue bersama-sama."Madeline tiba-tiba tersenyum. "Kau benar-benar memperlakukanku dengan sangat baik, Jeremy.""Kau istriku. Jika aku tidak memperlakukanmu dengan baik, siapa yang akan aku perlakukan dengan baik?" Jeremy tersenyum. Tepat ketika akan memanggang kue, ponselnya berdering. "Linnie, aku akan menjaw
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka