Madeline mengeraskan hatinya dan menarik tangannya ke belakang saat berbalik lalu berjalan kembali ke mobilnya.Angin laut bertiup, mendorong air mata di pelupuk matanya mengalir ke kedua pipinya.'Kau telah kembali ke duniaku, Jeremy, hanya untuk pergi lagi.’'Di mana salah kita? Aku hanya ingin mencintaimu, begitu sulitkah itu?’Madeline menelan ludahnya dengan susah payah.Dia mengira kalau jarak di antara mereka makin jauh, namun dia baru mengambil beberapa langkah ketika pria itu tiba-tiba berjalan mengejarnya dan menariknya ke pelukannya dari belakang."Jangan pergi, Linnie."Dia mengangkat satu lengannya dan melingkarkannya di leher Madeline saat lengan yang lain melilit pinggang wanita itu. Keinginan dan cintanya yang besar untuk wanita itu meledak dalam dirinya.“Kau mengatakan padaku kalau kau akan mencintaiku tak peduli bagaimana aku telah berubah. Aku merasakan hal yang sama, Linnie. Asalkan kau masih menjadi Linnie-ku, aku tidak akan pernah melupakanmu sampai tarikan nafas
Madeline masuk. Dia hendak naik ke atas ketika tiba-tiba mendengar suara Jeremy dari kamar mandi.“Aku sudah mati sekali. Apa kau pikir aku peduli? Tidak usah mengajariku bagaimana melakukan sesuatu. Hubungan kami, jika ada, hanyalah hubungan bisnis.”Madeline merasakan hatinya mengepal saat diingatkan pada 'kematiannya'.Namun, 'bisnis' macam apa yang dimaksud Jeremy?Madeline berbalik dan berjalan menuju pintu kamar mandi.Suara bariton serak Jeremy terdengar lagi. “Dia adalah batas toleransiku. Mundur atau tidak akan ada negosiasi sama sekali.”Insting bawah sadarnya mengatakan bahwa orang yang dibicarakan Jeremy adalah dirinya.Madeline tidak ingin menguping panggilan telepon itu, tapi sepertinya dia tak bisa mengabaikan percakapan itu.Saat ini, pintu kamar mandi terbuka.Madeline mendongak dan dipertemukan dengan tatapan tak berdasar Jeremy. "Kau sedang bicara dengan siapa, Jeremy? Apakah terjadi sesuatu?”“Jangan khawatir soal itu. Cuma pekerjaan.” Dia menepis sambil tersenyum t
Karena lengah, Madeline berhasil diseret ke kamar mandi oleh Jeremy. Dia akhirnya kehilangan keseimbangan dan mendarat di pelukan pria yang menahannya tepat waktu sebelum dia jatuh.Tetesan air jatuh dari rambut basah pria itu, membasahi pakaiannya. Madeline hendak mengangkat tangannya untuk menyeka matanya, tapi pergelangan tangannya ditahan."Apa kau mau mandi denganku?" Suara bariton Jeremy yang dalam membelai telinganya dengan memesona.Madeline merasakan sanubarinya bergetar, tidak tahu apakah Jeremy telah mengetahui motifnya yang sebenarnya.Dia mendongak, hendak menatap ekspresi yang tampak di wajah pria itu, tapi tetesan air yang jatuh membuat matanya terus terpejam."Aku hanya ingin cuci tangan." Madeline memberi alasan, merasa bersalah."Begitu, ya?" Jeremy merendahkan suaranya. Suara serak dan dalam pria itu memicu sesuatu di dalam dirinya. "Jika kau mau cuci tangan, sebaiknya kau juga sekalian mencuci yang lain, hmm?"“…”Tertegun, Madeline merasakan pipinya menghangat.Mer
Saat ini, Madeline tiba-tiba menerima telepon dari ibu Ryan yang menyuruhnya datang ke Jones Manor.Madeline pergi karena ini adalah sesuatu yang harus ditangani cepat atau lambat.Setelah masuk ke ruang tamu, dia bertemu dengan Mr. dan Mrs. Jones yang duduk dengan tegang di sofa.Melihat Madeline masuk, Mrs. Jones mengambil majalah di sampingnya dan melemparkannya ke Madeline yang tidak siap."Ambil dan lihat apa yang tertulis di sana, Eveline Montgomery!" Mrs. Jones mendengus.Madeline tidak ambil hati atas perlakuan Mrs. Jones. Menunduk lalu mengambil majalah, judul sampulnya berbicara tentang bagaimana dia kembali bersama mantan suaminya, Jeremy Whitman, dan bagaimana mereka berdua membeli rumah baru di mana mereka sekarang tinggal.Gambar sampulnya adalah mereka berdua berpegangan tangan saat berjalan-jalan dengan mesra di bawah sinar bulan.“Pernahkah kau mempertimbangkan perasaan Rye, Eveline? Kamu istri Ryan!" Mrs. Jones menuduh.Ekspresi Mr. Jones tegas saat mulai menegur Made
Jeremy yang tiba-tiba serius membuat Madeline merasa gelisah.“Ada apa, Jeremy?”“Ryan pasti sudah bilang soal aku yang bergabung dengan IBCI, ‘kan, Linnie?” Dia bertanya.Madeline mengangguk, sepasang matanya memancarkan sakit di hatinya karena keputusan Jeremy. “Dia menceritakan bagaimana kau menyamar untuk menjebloskan Lana ke penjara.”“Lalu apakah dia bilang padamu apa syarat-syarat yang harus aku penuhi untuk bisa bekerja dengan IBCI?” Tatapan lembut Jeremy jatuh ke wajah mungil Madeline.Ini sesuatu yang Madeline tidak ketahui.Dia menjawab lugas, “Ryan tidak bilang padaku.”“Tentu saja tidak.” Noda cemoohan bernada mencela diri sendiri muncul di fitur-fitur Jeremy yang bagaikan pahatan.“Jeremy?”“Aku baru tahu situasi yang harus aku hadapi saat mereka merekrutku untuk pertama kalinya. Aku takut tidak akan bisa melindungimu atau menjagamu lagi, jadi aku menuntut IBCI menyediakan perlindungan menyeluruh untukmu dan anak-anak. Terutama mengingat bagaimana Lana Johnson pada dasarn
Ryan terkejut dengan kedatangan Madeline yang begitu tiba-tiba. “Apakah sesuatu terjadi, Eveline? Ada yang bisa aku bantu?"Madeline meletakkan surat cerai yang sudah dia susun dan tanda tangani di depan Ryan.“Aku sudah menyusun suratnya, Rye. Kau hanya perlu menandatangani di bagian bawah.” Madeline menyerahkan sebuah bolpoin. “Aku berterima kasih kepada IBCI yang telah mengurus keluarga anggota mereka. Bagaimanapun juga, keluargaku seharusnya Jeremy.”Ekspresi tenang Ryan sesaat membeku."Jeremy sudah mengatakan padaku kalau syarat yang diajukan untuk bergabung dengan organisasi investigasi kriminal internasional ini adalah adalah agar kau melindungiku dan anak-anak."Madeline memperhatikan wajah Ryan untuk melihat apakah ada perubahan ekspresi di sana.“Menikah denganku pasti atas perintah dari atasan, dan sekarang setelah misi selesai, kurasa kita harus mengakhiri hubungan yang dari awal memang tidak pernah ada sama sekali. Terima kasih telah melindungi kami selama setengah tahun
Ekspresi Ava berubah gelap, dan ini pertama kalinya Madeline melihat ekspresi yang begitu ironis, putus asa, dan kesepian pada temannya.Madeline memikirkan kedua orangtuanya dan bagaimana mereka juga telah menyakitinya dengan begitu kejam sebelumnya.Namun, darah lebih kental dari air.Belum lagi Eloise dan Sean benar-benar menyesali perbuatan mereka dan merasa tidak enak dengan tindakan mereka setelahnya. Namun, mereka sekarang…‘Mom dan Dad.’Mata Madeline panas saat memikirkan mendiang kedua orangtuanya.Ava mendongak dan bertemu dengan mata merah Madeline. Dia juga teringat dengan Eloise dan Sean. Dia buru-buru mengubah topik pembicaraan. “Jangan memikirkan hal-hal yang menyedihkan lagi, oke, Maddie?”“Bukankah kau bilang ingin membelikan Ryan hadiah ulang tahun? Ayo pilih sesuatu dari toko merek terkenal itu. Aku juga ingin membeli sesuatu untuk Dan.”Madeline tersentak kembali ke dunia nyata dan menatap Ava dengan tatapan serius. “Tidak ada alasan mengapa ibu mana pun tidak menc
Naya perlahan duduk dan membiarkan pelayan itu memakaikan sepatu.Tak ingin menyia-nyiakan waktunya untuk Naya, Ava berbalik meninggalkan wanita itu hanya untuk mendapati wanita itu mengejeknya lagi.“Kau mau pergi, Miss? Apakah barang-barang di sini terlalu mahal untuk kau beli? Tidak apa-apa. Daniel dan aku adalah teman masa kecil yang akrab. Aku bisa meminjamimu uang jika kau tidak mampu membelinya sekarang. Jangan terus memakai barang palsu, oke? Bayangkan betapa memalukannya jika seseorang sampai tahu.”Ekspresi Naya adalah salah satu pertunjukan arogansi yang unggul saat dia memamerkan gelang di pergelangan tangannya.Melihat Ava menatapnya, Naya mengangkat pergelangan tangannya. “Cantik, ‘kan, gelang ini? Maksudku, tentu saja, ini cantik. Bagaimanapun juga, ini adalah gelang seharga enam digit. Ini adalah gelang koleksi Miss L.ady edisi terbatas dari dua tahun lalu. Bahkan uang pun tidak bisa membelikan mu satu sekarang.”Ava tersenyum dan memuji saat melihat Naya membual. “Tida