Ryan tiba-tiba menjangkau tangannya. Madeline refleks menepis tangan Ryan dan membebaskan tangannya dari pegangan pria itu.Melihat tatapan bingung Ryan yang ditujukan padanya, dia baru sadar kalau tanggapannya sedikit berlebihan. "Maaf, Ryan," katanya."Tidak apa-apa. Aku bertindak dengan sembrono," kata Ryan sambil menopang berat tubuhnya dengan lengannya. Dia berdiri dengan susah payah."Aku tahu ini sulit bagimu untuk menerima apa pun yang telah terjadi di antara kamu dan aku. Aku tahu kalau satu-satunya pria yang kau cintai adalah Jeremy Whitman. Ini akan tetap menjadi rahasia kita berdua. Aku tidak akan membocorkan kepada siapapun," katanya.Madeline mengerti apa yang pria itu maksud dan tahu kalau Ryan bersikap baik. Namun, apa yang terjadi benar-benar terjadi. Tidak ada gunanya menyangkal.Orang lain tidak perlu tahu tentang ini, tapi dia tak mungkin membohongi hati nuraninya.Dia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengangguk sebelum akhirnya pergi.Madeline pulang ke Whitman Mano
Jeremy berhenti ketika mendengar pertanyaan Madeline.Dia mengangkat mata almond sipitnya dengan perlahan. Kilatan dingin dan keras terpantul di sepasang mata amber-nya.Sorot matanya sepertinya tidak beres. Madeline merasa sangat penasaran. Dia berjalan ke arah Jeremy untuk melihat apa yang sedang dilihat pria itu.Namun, Jeremy buru-buru menyimpan foto-foto itu dengan memasukkannya ke dalam amplop. Dia kemudian mengangkat matanya dan tersenyum tipis pada Madeline.“Hanya beberapa foto dari kolaborator kami. Tidak banyak yang bisa dilihat," katanya. Dia melemparkan file itu ke dalam laci dan menguncinya. “Kenapa kau tiba-tiba datang? Apa kau kangen aku?" Dia bertanya.Sepasang mata Madeline berkerut saat dia tersenyum. “Aku kebetulan lewat setelah mengantar anak-anak ke sekolah,” jawabnya."Jadi kau ke sini hanya karena pas kebetulan lewat?" Dia bertanya."Ya, hanya karena aku ada di sekitar sini." Dia tertawa terbahak-bahak. Sebenarnya, dia tidak datang hanya karena kebetulan lewat.
Begitu Mrs. Jones mendengar apa yang Jeremy katakan, dia tahu kalau pria itu merujuk padanya.Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi Ryan segera menghentikannya. "Mom, kembalilah ke kamarmu," katanya."Rye, jangan lupa bahwa kau adalah suami Eveline!" Mrs. Jones mengingatkannya. “Jangan pedulikan putra keluarga terkaya Glendale ini. Apa menurutmu Keluarga Jones takut padanya?” Dia bertanya. Jeremy menatap Mrs. Jones dengan dingin. "Sebaiknya memang kau tidak perlu takut," katanya.“…” Tatapan garang Jeremy membuatnya takut, dan dia tidak berani mengatakan apa pun."Cepat pergi ke kamarmu," kata Ryan padanya.Mrs. Jones tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia berbalik dan segera naik ke atas.Namun, dia mendeteksi adanya rasa agresivitas pada Jeremy. Sepertinya pria itu ke sini untuk mencari masalah dengan Ryan. Dia berjalan ke tangga lantai dua dan menyaksikan peristiwa yang terjadi di ruang tamu.Begitu dia berbalik, Jeremy melemparkan sebuah amplop ke depan Ryan.Sekitar sepuluh foto jatuh d
Jeremy mengabaikan Mrs. Jones dan memasukkan peluru sebelum mengaitkan jari rampingnya pada pelatuknya. "Apa kau pikir dengan kematian Yorick, tidak ada lagi yang kau takuti, Ryan?"Sebentuk riak akhirnya melintasi ekspresi elegan Ryan saat Jeremy menyebut Yorick Johnson.Tatapan tajam Jeremy menangkap sedikit perubahan dalam ekspresi pria itu, dan dia menempelkan moncong pistol ke jantung Ryan. "Kau benar-benar pandai menyembunyikannya."Ryan tampak bingung seolah tidak mengerti apa yang Jeremy bicarakan.Dia membalas, “Tidakkah menurutmu ada yang salah denganmu, Jeremy? Sepertinya racun itu tidak hanya mengubah penampilanmu, tapi juga mengacaukan pikiranmu.”Ekspresi Jeremy menjadi gelap. "Kau benar. Pikiranku kacau, dan pikiran kacauku ini memberitahuku kalau aku ingin kau menghilang.”Jari-jarinya yang ramping melingkari pelatuk.Ryan hendak mengangkat tangannya untuk menghentikan Jeremy ketika sosok Madeline melintas di penglihatan tepinya.“Jangan lakukan itu! Jeremy!”Madeline b
Langkah kaki Jeremy terhenti saat mendengar suara Madeline sebelum melanjutkan lagi langkahnya.Melihat pria itu pergi, Madeline memutuskan untuk menyalakan mobilnya dan mengikuti mobil Jeremy.Jeremy akhirnya menghentikan mobilnya setelah tiba di tepi pantai tempat mereka pertama kali bertemu bertahun-tahun yang lalu.Menghentikan mobilnya, Madeline menatap dari jauh saat Jeremy berdiri di tepi laut. Dia terkejut mendapati Jeremy merokok. Dia tidak akan pernah melupakan rokok itu!Lana awalnya adalah orang yang memberi Jeremy rokok itu, dan racun yang bekerja lambat yang ada di dalamnya-lah yang hampir membunuh Jeremy pada akhirnya. Kenapa dia masih merokok rokok itu?Madeline merasa jantungnya melompat saat bergegas ke arah Jeremy dan meraih tangan pria itu. “Apa yang kau lakukan, Jeremy? Kenapa kau masih merokok ini?”Tatapan gelap Jeremy terkunci pada tatapan khawatir Madeline. Dia tidak menjawab, hanya mengangkat tangannya lalu menghisap rokoknya lagi.Hati Madeline makin kalut me
Madeline mengeraskan hatinya dan menarik tangannya ke belakang saat berbalik lalu berjalan kembali ke mobilnya.Angin laut bertiup, mendorong air mata di pelupuk matanya mengalir ke kedua pipinya.'Kau telah kembali ke duniaku, Jeremy, hanya untuk pergi lagi.’'Di mana salah kita? Aku hanya ingin mencintaimu, begitu sulitkah itu?’Madeline menelan ludahnya dengan susah payah.Dia mengira kalau jarak di antara mereka makin jauh, namun dia baru mengambil beberapa langkah ketika pria itu tiba-tiba berjalan mengejarnya dan menariknya ke pelukannya dari belakang."Jangan pergi, Linnie."Dia mengangkat satu lengannya dan melingkarkannya di leher Madeline saat lengan yang lain melilit pinggang wanita itu. Keinginan dan cintanya yang besar untuk wanita itu meledak dalam dirinya.“Kau mengatakan padaku kalau kau akan mencintaiku tak peduli bagaimana aku telah berubah. Aku merasakan hal yang sama, Linnie. Asalkan kau masih menjadi Linnie-ku, aku tidak akan pernah melupakanmu sampai tarikan nafas
Madeline masuk. Dia hendak naik ke atas ketika tiba-tiba mendengar suara Jeremy dari kamar mandi.“Aku sudah mati sekali. Apa kau pikir aku peduli? Tidak usah mengajariku bagaimana melakukan sesuatu. Hubungan kami, jika ada, hanyalah hubungan bisnis.”Madeline merasakan hatinya mengepal saat diingatkan pada 'kematiannya'.Namun, 'bisnis' macam apa yang dimaksud Jeremy?Madeline berbalik dan berjalan menuju pintu kamar mandi.Suara bariton serak Jeremy terdengar lagi. “Dia adalah batas toleransiku. Mundur atau tidak akan ada negosiasi sama sekali.”Insting bawah sadarnya mengatakan bahwa orang yang dibicarakan Jeremy adalah dirinya.Madeline tidak ingin menguping panggilan telepon itu, tapi sepertinya dia tak bisa mengabaikan percakapan itu.Saat ini, pintu kamar mandi terbuka.Madeline mendongak dan dipertemukan dengan tatapan tak berdasar Jeremy. "Kau sedang bicara dengan siapa, Jeremy? Apakah terjadi sesuatu?”“Jangan khawatir soal itu. Cuma pekerjaan.” Dia menepis sambil tersenyum t
Karena lengah, Madeline berhasil diseret ke kamar mandi oleh Jeremy. Dia akhirnya kehilangan keseimbangan dan mendarat di pelukan pria yang menahannya tepat waktu sebelum dia jatuh.Tetesan air jatuh dari rambut basah pria itu, membasahi pakaiannya. Madeline hendak mengangkat tangannya untuk menyeka matanya, tapi pergelangan tangannya ditahan."Apa kau mau mandi denganku?" Suara bariton Jeremy yang dalam membelai telinganya dengan memesona.Madeline merasakan sanubarinya bergetar, tidak tahu apakah Jeremy telah mengetahui motifnya yang sebenarnya.Dia mendongak, hendak menatap ekspresi yang tampak di wajah pria itu, tapi tetesan air yang jatuh membuat matanya terus terpejam."Aku hanya ingin cuci tangan." Madeline memberi alasan, merasa bersalah."Begitu, ya?" Jeremy merendahkan suaranya. Suara serak dan dalam pria itu memicu sesuatu di dalam dirinya. "Jika kau mau cuci tangan, sebaiknya kau juga sekalian mencuci yang lain, hmm?"“…”Tertegun, Madeline merasakan pipinya menghangat.Mer
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka