Madeline mendengar tangisan putranya dan buru-buru keluar tanpa alas kaki.Dia langsung mengangkat bayi mungil itu untuk menenangkannya lalu mengulurkan tangan untuk mengambil botol susu. Namun, ketika tangannya menyentuh botol itu, dia merasa botol itu telah digunakan sebelumnya dan jumlah susu di dalam botol sekarang sedikit berkurang.Dia melirik putranya yang masih menangis dengan ekspresi bingung.Tidak mungkin bayi kecil ini mengambil botol dan meminumnya sendiri.Dia pikir mungkin Karen yang barusan masuk, jadi dia tidak terlalu memikirkannya. Setelah dengan sabar menidurkan bayi kecil itu, dia kemudian mengeringkan rambutnya dan berbaring di tempat tidur.Dia sangat lelah hingga membiarkan lampu menyala, tapi tetap tidak bisa tertidur untuk waktu yang lama.Madeline membuka laci lemari samping tempat tidur dan mengeluarkan dua cincin kawin serta kerang dan pembatas buku.Setelah melihat dengan cermat untuk beberapa saat, dia memasukkan benda-benda itu ke dalam kotak perhiasan d
"Kau mau menemaniku?" Lana tampak kaget. "Sungguh?"Jeremy mengangguk. "Aku pacarmu sekarang. Bukankah sudah menjadi kewajibanku untuk menemanimu menangani hal-hal yang tidak terlalu serius?"Mendengar itu, senyum Lana semakin lebar. "Oke, kau bisa ikut denganku."Tempat pertemuan mereka adalah sebuah restoran bintang lima, dan Jeremy berjalan di samping Lana saat mereka memasuki sebuah ruangan privat.Orang yang mereka temui adalah seorang pria yang tampaknya bukan seseorang yang akan terlibat dalam transaksi ilegal, tetapi penampilan bisa saja menipu.Jeremy mendengarkan dengan acuh tak acuh seolah-olah dirinya hanyalah pasangan pajangan yang menemani Lana.Tidak butuh waktu lama menyelesaikan permasalahan mereka dengan lancar. Ketika mereka hendak pergi, pria itu bahkan menggoda dengan mengatakan, “Miss Johnson, pacar baru Anda lumayan juga. Tampaknya bisnis geng Stygian Johnson hanya akan tumbuh semakin besar.”Lana mengeluarkan sebatang rokok dengan sok. "Tentu saja. Aku akan meny
Jeremy tidak menyangka Madeline akan menikah dengan Ryan.Dia pikir Madeline berbohong padanya, tetapi setelah membuka surat undangan, dia memang melihat nama Madeline dan Ryan di situ."Cepat juga ya pernikahan keduamu?" Jeremy bertanya sambil tersenyum.Madeline menatapnya dengan dingin. "Tidak, kau salah, ini yang ketiga.""...""Aku telah berkali-kali berpisah dan bertemu kembali denganmu, bahkan menikah dua kali dan bercerai denganmu dua kali. Ketika aku putus asa untuk mendapatkan surat cerai denganmu untuk kedua kalinya, kupikir kau akan menjadi satu-satunya pendukungku selama sisa hidupku, tetapi kebenaran telah membuktikan bahwa kita tidak akan berhasil."Madeline memandang pria itu dengan senyum di bibirnya, melirik acuh tak acuh."Aku benar-benar lelah. Saat masih muda, aku berharap kedua orangtuaku akan mencintai dan memujaku. Setelah hampir 30 tahun kemudian, aku akhirnya mendapatkannya, tetapi mereka sekarang telah meninggalkanku untuk selamanya. Saat aku dewasa, aku meni
Namun, Jeremy tidak memberi Karen kesempatan untuk bertanya. Dia bangkit dan langsung pergi.Agar tidak mengganggu Madeline, Karen tidak memanggil Jeremy lagi.Melihat Jeremy memasuki kamar Jackson dan Lilian, dia tidak mengikutinya agar tidak mengganggu mereka.Jeremy memeluk kedua anak kecil yang sedang tertidur itu. Melihat dua wajah anteng itu, hatinya dipenuhi dengan kebencian pada dirinya sendiri dan rasa bersalah.Dia menatap wajah tidur Lilian, sepasang matanya yang dalam lembut dan berair."Lilian, aku tidak akan pernah punya kesempatan lagi untuk mendengarmu memanggilku 'Daddy', tapi kau satu-satunya putri kecil di hatiku."Dia menundukkan kepalanya dan ingin mencium pipi kecil yang lucu itu, tetapi memikirkan darah yang baru saja dia keluarkan karena batuk, dia merasa bahwa dirinya bahkan tidak memenuhi syarat untuk memeluk anak itu.Jeremy pergi dengan sedih, menatap pintu kamar Madeline dalam diam untuk waktu yang lama sebelum bersiap pergi. Namun, ketika berbalik, dia mel
Setelah mendengar apa yang dikatakan putranya, sesuatu tampaknya menarik-narik kesadaran Madeline dengan keras.Dia kembali ke akal sehatnya dan menjadi tenang, bertanya sambil tersenyum, "Jack, apa ayahmu benar-benar bilang begitu? Kapan dia memberitahumu?""Daddy datang mengunjungi Lilly dan aku tadi malam, tapi dia cepat sekali pergi." Sepasang mata besar Jackson dipenuhi dengan kesepian dan keengganan. Orang bisa melihat bahwa perasaannya terhadap Jeremy sangat dalam.Detak jantung Madeline menjadi sangat tidak beraturan setelah mendengar kata-kata putranya.Seolah-olah tidak ada apa-apa, dia mencium pipi kecilnya yang menggemaskan dan menghiburnya. "Jack, kamu sarapan dulu. Lihat, bahkan Lilly hampir selesai makan."Ketika mendengar Madeline menyebut-nyebut namanya, Lilian mengangkat kedua matanya yang besar dan tersenyum.Patah hati Madeline sedikit terobati dengan senyum hangat itu, tapi dia masih merasa terganggu dengan apa yang dikatakan putranya barusan.Usai mengantar kedua
Madeline melirik Lana. "Aku bilang, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu."Senyum tipis muncul di wajah tampan Jeremy. "Tidak ada orang luar di sini. Urusanku juga urusan pacarku. Jika Miss Montgomery ingin mengatakan sesuatu, katakan saja."Sikap Jeremy yang meremehkan membuat hati Madeline benar-benar mati.Tepat ketika dia akan berbicara, Lana berjalan santai lalu mencondongkan tubuhnya ke sisi Jeremy. Nada suaranya terdengar centil ketika berkata, ”Jeremy, sebagai pacarmu yang resmi, aku tidak akan mengganggu pembicaraanmu dengan Miss Montgomery ini. Aku akan pergi ke kafe di lantai bawah untuk membuat reservasi. Aku akan menunggumu turun dan minum teh denganku nanti."Jeremy tersenyum lembut pada Lana. "Baiklah, kau pergi dulu. Aku akan segera turun dan menemanimu.""Oke." Lana melengkungkan bibir merahnya dan berjalan melewati Madeline dengan senyum puas. "Miss Montgomery, kudengar kau akan segera menikah dengan Ryan Jones. Karena kau langsung bisa menemukan seorang pria yang
Kata-kata yang dia ucapkan dari bibirnya dipenuhi dengan ketidaksenangan yang intens.Sepasang matanya yang dingin memiliki sikap meremehkan yang sama seperti dulu.Madeline menatap wajah tegas dan kaku itu tanpa harapan ataupun cahaya di matanya."Jangan khawatir, aku tidak akan pernah menemuimu lagi. Kau bukan lagi orang yang aku cintai. Begitu kau memilih Lana, aku sudah melepaskanmu.""Itu yang terbaik," cibir Jeremy dengan sudut bibirnya yang menggoda, "Aku tidak ingin kau memikirkanku lagi. Tahukah kau bahwa dalam beberapa tahun terakhir, aku benar-benar bosan dengan keterikatan mu padaku?”Bosan.Ternyata dia sudah lama bosan dengan cinta dan keterikatannya padanya.Hati dingin Madeline kembali bergetar.Pada saat ini, ponselnya berdering. Ryan menelepon.Madeline mengangkat panggilan telepon itu dan suara lembut Ryan terdengar. "Aku di lantai bawah Whitman Corporation. Apa kau masih perlu waktu lama?"Madeline menyesuaikan emosinya lalu menjawab, "Ryan, aku akan segera turun. T
Madeline duduk di mobil Ryan. Melihat jari manis tanpa cincin di tangan kirinya, dia mau tak mau teringat dengan perpisahan dan pertemuan kembalinya dengan Jeremy selama bertahun-tahun ini.Dia tiba-tiba bingung. Bertahun-tahun bersamanya, apakah Jeremy pernah benar-benar mencintainya?Pasti pernah.Itulah mengapa pria itu dulu bisa melindunginya dengan segala cara.Itulah kenapa ketika pria itu memeluknya hingga dia tertidur sebelumnya, Jeremy menunjukkan senyum kekanak-kanakan yang murni.'Tapi Jeremy, langkah salah apa yang telah kita ambil hingga semua menjadi seperti ini di antara kita...'Hatinya sakit dalam diam. Ryan tiba-tiba mengulurkan tangannya dan dengan lembut menggenggam tangannya. Pria itu tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatap Madeline dengan hangat."Aku ingin membuat acara pernikahan kita sedikit lebih sederhana. Bagaimana menurutmu?" Ryan dengan lembut meminta pendapat Madeline.Keluarga Jones adalah keluarga terkemuka di Glendale. Sekarang Ryan akan menikah, pe