Namun, Jeremy tidak memberi Karen kesempatan untuk bertanya. Dia bangkit dan langsung pergi.Agar tidak mengganggu Madeline, Karen tidak memanggil Jeremy lagi.Melihat Jeremy memasuki kamar Jackson dan Lilian, dia tidak mengikutinya agar tidak mengganggu mereka.Jeremy memeluk kedua anak kecil yang sedang tertidur itu. Melihat dua wajah anteng itu, hatinya dipenuhi dengan kebencian pada dirinya sendiri dan rasa bersalah.Dia menatap wajah tidur Lilian, sepasang matanya yang dalam lembut dan berair."Lilian, aku tidak akan pernah punya kesempatan lagi untuk mendengarmu memanggilku 'Daddy', tapi kau satu-satunya putri kecil di hatiku."Dia menundukkan kepalanya dan ingin mencium pipi kecil yang lucu itu, tetapi memikirkan darah yang baru saja dia keluarkan karena batuk, dia merasa bahwa dirinya bahkan tidak memenuhi syarat untuk memeluk anak itu.Jeremy pergi dengan sedih, menatap pintu kamar Madeline dalam diam untuk waktu yang lama sebelum bersiap pergi. Namun, ketika berbalik, dia mel
Setelah mendengar apa yang dikatakan putranya, sesuatu tampaknya menarik-narik kesadaran Madeline dengan keras.Dia kembali ke akal sehatnya dan menjadi tenang, bertanya sambil tersenyum, "Jack, apa ayahmu benar-benar bilang begitu? Kapan dia memberitahumu?""Daddy datang mengunjungi Lilly dan aku tadi malam, tapi dia cepat sekali pergi." Sepasang mata besar Jackson dipenuhi dengan kesepian dan keengganan. Orang bisa melihat bahwa perasaannya terhadap Jeremy sangat dalam.Detak jantung Madeline menjadi sangat tidak beraturan setelah mendengar kata-kata putranya.Seolah-olah tidak ada apa-apa, dia mencium pipi kecilnya yang menggemaskan dan menghiburnya. "Jack, kamu sarapan dulu. Lihat, bahkan Lilly hampir selesai makan."Ketika mendengar Madeline menyebut-nyebut namanya, Lilian mengangkat kedua matanya yang besar dan tersenyum.Patah hati Madeline sedikit terobati dengan senyum hangat itu, tapi dia masih merasa terganggu dengan apa yang dikatakan putranya barusan.Usai mengantar kedua
Madeline melirik Lana. "Aku bilang, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu."Senyum tipis muncul di wajah tampan Jeremy. "Tidak ada orang luar di sini. Urusanku juga urusan pacarku. Jika Miss Montgomery ingin mengatakan sesuatu, katakan saja."Sikap Jeremy yang meremehkan membuat hati Madeline benar-benar mati.Tepat ketika dia akan berbicara, Lana berjalan santai lalu mencondongkan tubuhnya ke sisi Jeremy. Nada suaranya terdengar centil ketika berkata, ”Jeremy, sebagai pacarmu yang resmi, aku tidak akan mengganggu pembicaraanmu dengan Miss Montgomery ini. Aku akan pergi ke kafe di lantai bawah untuk membuat reservasi. Aku akan menunggumu turun dan minum teh denganku nanti."Jeremy tersenyum lembut pada Lana. "Baiklah, kau pergi dulu. Aku akan segera turun dan menemanimu.""Oke." Lana melengkungkan bibir merahnya dan berjalan melewati Madeline dengan senyum puas. "Miss Montgomery, kudengar kau akan segera menikah dengan Ryan Jones. Karena kau langsung bisa menemukan seorang pria yang
Kata-kata yang dia ucapkan dari bibirnya dipenuhi dengan ketidaksenangan yang intens.Sepasang matanya yang dingin memiliki sikap meremehkan yang sama seperti dulu.Madeline menatap wajah tegas dan kaku itu tanpa harapan ataupun cahaya di matanya."Jangan khawatir, aku tidak akan pernah menemuimu lagi. Kau bukan lagi orang yang aku cintai. Begitu kau memilih Lana, aku sudah melepaskanmu.""Itu yang terbaik," cibir Jeremy dengan sudut bibirnya yang menggoda, "Aku tidak ingin kau memikirkanku lagi. Tahukah kau bahwa dalam beberapa tahun terakhir, aku benar-benar bosan dengan keterikatan mu padaku?”Bosan.Ternyata dia sudah lama bosan dengan cinta dan keterikatannya padanya.Hati dingin Madeline kembali bergetar.Pada saat ini, ponselnya berdering. Ryan menelepon.Madeline mengangkat panggilan telepon itu dan suara lembut Ryan terdengar. "Aku di lantai bawah Whitman Corporation. Apa kau masih perlu waktu lama?"Madeline menyesuaikan emosinya lalu menjawab, "Ryan, aku akan segera turun. T
Madeline duduk di mobil Ryan. Melihat jari manis tanpa cincin di tangan kirinya, dia mau tak mau teringat dengan perpisahan dan pertemuan kembalinya dengan Jeremy selama bertahun-tahun ini.Dia tiba-tiba bingung. Bertahun-tahun bersamanya, apakah Jeremy pernah benar-benar mencintainya?Pasti pernah.Itulah mengapa pria itu dulu bisa melindunginya dengan segala cara.Itulah kenapa ketika pria itu memeluknya hingga dia tertidur sebelumnya, Jeremy menunjukkan senyum kekanak-kanakan yang murni.'Tapi Jeremy, langkah salah apa yang telah kita ambil hingga semua menjadi seperti ini di antara kita...'Hatinya sakit dalam diam. Ryan tiba-tiba mengulurkan tangannya dan dengan lembut menggenggam tangannya. Pria itu tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatap Madeline dengan hangat."Aku ingin membuat acara pernikahan kita sedikit lebih sederhana. Bagaimana menurutmu?" Ryan dengan lembut meminta pendapat Madeline.Keluarga Jones adalah keluarga terkemuka di Glendale. Sekarang Ryan akan menikah, pe
Dia baru saja berjalan ke pintu kamar ketika lampu di dalamnya tiba-tiba padam.Untuk sesaat, dia merasakan bayangan hitam melintas di matanya, tapi itu hanya sesaat.Dia langsung bereaksi dengan menyalakan lampu, tapi setelah lampu menyala, tak ada seorang pun di ruangan itu—hanya album foto pernikahannya yang terbuka yang ada di tempat tidur.Dia masuk, samar-samar mencium aroma dingin tipis melewati hidungnya. Dia tiba-tiba mengerti sesuatu.Melihat dirinya menyunggingkan senyum terpaksa berdampingan dengan wajah pria yang dingin dan tidak ceria di foto pernikahannya, dia perlahan mengambil album foto itu sebelum dengan sekuat tenaga merobek foto pernikahan itu menjadi dua.Jeremy yang berdiri di balik tirai balkon melihat pemandangan itu. Hatinya bagaikan ditusuk sebilah pedang tajam.Dia melihat Madeline meletakkan kotak perhiasan yang dipegangnya dengan perlahan sebelum pergi tanpa menoleh lagi.Setelah melihat Madeline pergi, dia kembali ke kamar.Foto-foto pernikahan yang telah
"Jeremy, apa yang kau lihat? Lampunya sudah hijau," ujar Lana memberi tahu. Saat dia hendak melihat ke arah Jeremy menatap, mobil mulai melaju.Jeremy mengambil tisu untuk menyeka noda darah dari sudut mulutnya.Lana tidak menyadari kalau Jeremy batuk darah, hanya menopang pipinya dengan satu tangan saat menatap Jeremy yang sedang mengemudi dengan ekspresi kasmaran di wajahnya."Jeremy, kau sangat menawan. Aku dulu sering bermain-main dengan banyak pria, tapi kau berbeda. Aku benar-benar ingin berada di sisimu selamanya."Jeremy melirik ke samping. "Apa kau benar-benar sangat menyukaiku?""Tentu saja." Mata Lana dipenuhi dengan tatapan tergila-gila, dan dia tampak percaya diri. "Aku akan membuatmu perlahan-lahan jatuh cinta padaku dan melupakan si Eveline itu karena aku percaya cinta kita akan bertahan lama."Jeremy menarik sudut bibirnya dan tersenyum penuh arti. "Aku juga percaya itu."Lana puas dengan jawaban Jeremy, tapi masih melihat dengan sedikit khawatir ke arah yang baru saja
Byuur, byuur!Lilian spontan berjuang di dalam air.Sementara itu, Lana berdiri di tepi kolam dan menikmati pemandangan. Dia melihat Lilian akhirnya berhenti berjuang, perlahan-lahan tenggelam ke dasar kolam. Lana kemudian mengepulkan asap, tatapannya menjadi lebih psikotik dan puas."Eveline, sepertinya aku akan bisa segera melihat seperti apa dirimu saat dalam kesakitan."Dia tersenyum, lalu berbalik dan pergi. Dia memutuskan akan membuang mayat Lilian saat pulang nanti.Fabian, yang keluar dari rumah untuk menjawab telepon, samar-samar mendengar suara-suara aneh. Dia berjalan menuju kolam renang tempat suara-suara itu berasal.Awalnya, dia mengira itu hanya seekor burung yang terbang di permukaan kolam renang, tetapi setelah melihat lebih dekat, dia menyadari kalau itu adalah seorang anak!Dia tak tahu kenapa ada seorang anak di dalam air. Dia bergegas melompat ke dalam air tanpa ragu-ragu.Ketika melihat kalau ternyata gadis kecil itu adalah Lilian, pikiran Fabian sesaat menjadi ko