Nathan sedang duduk dikafetaria dengan cemberut dia sangat tidak senang sekarang, sudah tiga jam Novita pergi untuk membeli beberapa barang yang dia suruh, tapi sekarang dia belum datang juga, Nathan hanya duduk dia tidak memesan makanan atau minuman karena suasana hatinya sedang kesal sekarang, mana mungkin dia mau makan untuk membuat pikiranya tenang, dia hanya bisa menunggu dengan sabar, padahal dia sendiri saja tidak sabar sekarang.
Sampai seorang gadis mendatanginya, dia adalah Shakila, dia duduk disebelah Nathan dan dengan centil mengedipkan matanya kearah Nathan, saat melihat gadis yang dia anggap sangat menjengkelkan dia ingin sekali menendangnya, dia sedang dalam mood yang buruk sekarang, tapi dia tidak menendang Shakila dia hanya memandang kearah depan menatap dengan kosong dan tidak tau apa yang dipikirkannya.
Shakila yang melihat Nathan tidak mengusirnya secara kasar, membuat matanya berbinar dia berpikir Nathan pasti sudah menerimannya dan tidak memarahiny
Tapi Novita tidak terlalu mau terlibat lebih banyak dengan mereka, dia hanya penasaran tentang latar belakang kedua pria yang berbicara itu dan sepertinya mereka punya latar belakang keluarga yang cukup kaya bisa membuat mereka memecat seseorang dari kantor ini?.Mungkin orang tua mereka lebih kaya dari keluarga Adrian?, Novita terus berpikir seperti itu, tetapi dari apa yang dia lihat dan juga dia sudah tinggal lama dikota ini, dia pikir tidak ada seorang keluargapun yang lebih kaya dari keluarga Adrian, bahkan keluarga Novita saja hanya dianggap orang kaya kedua dari keluarga Adrian dan tentu saja keluarga Adrian yang pertama.Novita melihat kedua orang itu sudah berhenti berbicara dan berjalan jauh meninggalkan Novita yang masih saja sibuk berpikir. Sampai tidak lama Novita tersadar dari lamunanya karena suara ponselnya yang terdengar sangat keras, tanpa menunggu lebih lama lagi, Novita mengangkat telpon dan berkata dengan terges-gesa."Halo?"Terdenga
Shakila masih merasa sangat bahagia karena memikirkan Novita yang sebentar lagi akan pergi dari kantor ini, tetapi dia dengan cepat menyembunyikan kebahagiaannya dengan tersenyum mengejek, dia masih ingin membully Novita biar dia tau siapa bosnya. "Aku sarankan kamu cepat pergi dari kantor ini!, jika tidak lihat saja besok kamu tidak akan bisa hidup tenang". Beberapa orang masih saja mencibir dengan berbisik "Aku tebak dia akan mengundurkan diri besok" "Yah, dia pasti tidak akan tahan, apa kalian ingin menebak beberapa hari dia akan tahan dikator ini?" "Aku rasa, hanya beberapa minggu" "Kalau aku satu bulan" "Kalau aku satu tahun" "Selamanya mungkin". Beberapa orang yang berbisik itu langsung menatap seorang lelaki separuh baya, seperti umur 23 atau 24, dengan wajah yang masih muda, dia memilki mata yang terlihat jernih, suka tersenyum tipis, cukup tampan dan lembut, beberapa orang yang melihat wajahnya tercenga
Kirana masih mencoba tenang, suasana mereka sangat hening , mereka berdua saja tidak berbicara hanya terus diam, sampai-sampai hanya terdengar suara air yang mengalir deras terus menerus dibawah mereka, sampai tidak lama suara Nathan memecahkan keheningan. Nathah masih berdiri disisi jembatan sambil melihat pemadangan didepanya, padahal didepannya hanya ada pohon yang menjulang tinggi dan beberapa rumput, yang cukup tinggi seperti hutan, sebenarnya itu adalah hutan yang tergenang air sungai. Terlihat biasa-biasa saja , tapi entah kenapa Nathan merasakan suasana hatinya sedang baik hari ini. Nathan berkata tanpa menatap atau melirik Kirana yang ada disebelahnya, dia terus menatap kearah depan, tapi entah kenapa suasana hatinnya menjadi lebih baik, bahkan dia merasakan sangat bahagia sekarang, tapi dia tidak tau kenapa dia merasa sangat bahagia. Walaupun suasana hatinya sedang bagus sekarang, dia masih saja berkata dengan dingin, "Apa kamu mengingat masa
Setahun kemudianNathan sudah mengenal Kirana cukup lama bahkan dia sudah tau sifat kirana yang mungkin dikatakan lembut, tapi dia tau sebenarnya Kirana sangat licik, dia tau bahwa Kirana ingin memanfaatkannya untuk menguasai hartanya, tapi dia masih saja dengan bodohnya mempercayai Kirana, dia tidak peduli sama sekali mau kirana memanfaatkannya, dia masih saja ingin Kirana berasamannya dia tidak apa dimanfaatkan, asal Kirana mau bersamannya Karena dia sudah memikirkannya sejak lama, apapun yang terjadi dia masih akan tetap dengan keras hati dan dengan tekat yang keras dia akan menerima apapun.Tapi dia tidak tau beberapa hari setelah dia memutuskan hal itu, dia sendiri akan menerima sesuatu hal yang sangat membuatnya sangat tidak percaya dengan pikirannya dan dia ingin sekali memukul dirinya dimasa lalu karena terlalu bodoh.Beberapa hari setelah dia memutuskan hal itu, Nathan melihat Kirana disebuah kafe sedang duduk bersebelahan dengan seseorang lelaki, Kiran
Novita sudah sampai dirumahnya, dia bergegas berjalan menuju ke kamarnya, dia masih sangat mengkhatirkan Diana sekarang, Kirana berjalan menuju kamarnya dengan cepat, dia mengetuk pintu dengan ringan, dia mengetuk beberapa kali dan tidak ada yang menjawab, dia kira Diana sedang istrirahat sekarang, dia pikir mungkin Diana lelah, jadi dia mendorong pintu dengan lembut, tapi yang dia lihat hanya kasur yang kosong hanya terlihat sedikit berantakan, membuat Novita terkejut, dia langsung berjalan keluar dari kamar untuk mencari Diana disekitar rumah, beberapa kali dia berkeliling tetapi tidak menemukan Diana bahkan jejaknya saja tidak terlihat, Novita tampak putus asa dan semakin merasa khawatir terjadi sesuatu hal yang tidak menyengangkan kepada Diana, sampai seorang pelayan datang kepadanya, pelayan ini adalah seorang wanita yang cukup tua sekitar umur awal lima puluhan, dia adalah pelayan yang bekerja paling lama dirumah Novita, dia pelayan yang lembut dan cukup sopan dia berdiri dide
Keesokan harinya di pagi hari yang cerahDiana membuka perlahan kedua kelopak matanya, sebelum dia bisa membuka matanya lebar, dia melihat sepasang mata yang menatapnya dengan lembut, Diana terkejut sampai detak jantungnya menjadi semakin cepat, tapi untung saja dia dengan cepat mencoba menenagkan dirinya.Dan tidak lama lelaki yang ada dihadapannya berkata dengan nada lembut, "Bangun?"Diana mengangguk dengan lembut, tapi jantungnya masih saja berdetak dengan cepat, dia gugup sekaligus terkejut saat melihat wajah suaminya dipagi hari, walaupun suaminya tampan dan juga menjadi sangat lembut, tapi siapa yang tahan jika dipagi hari saat bangun dari tidur tiba-tiba melihat wajah seseorang yang dekat sekali dengan wajahnya bahkan hanya berjarak satu jari kelingking.Nathan tidak menyandari keterkejutan Diana, dia semakin mendekati tubuh Diana dan Diana langsung mundur, dia tidak tau apa itu karena tubuhnya atau pikirannya sekarang yang masih bingung. Nathan m
Novita berbicara dengan gagap, "Itu...d...dia...sebenarnya hanya temanku bu".Novita menghela nafas panjang hanya untuk menyelesaikan semua kata-katanya, Ayu tau anaknya berbohong, ibu mana yang tidak tau sifat anaknya bahkan saat anaknya melakukan kesalahan sedikit saja dia tau, sebenarnya Ayu menanyakan ini dia hanya penasaran dengan lelaki yang dia tidak tau kapan, lelaki itu sudah sangat dekat dengan anaknya bahkan sampai memeluknya, dia waktu itu tidak sengaja melihat anaknya dipeluk oleh seorang lelaki awalnya dia berpikir itu agak tidak bisa dipercaya, dia kira anaknya yang bisa dibilang sedikit dingin, cukup galak bahkan terkadang jika dia kesal dia akan memarahi orang itu, tapi dia tau anaknya tidak pernah memarahi bosnya, karena dia juga tau bos anaknya terlalu dingin acuh tak acuh.Tapi dia juga merasa sangat bahagia saat tau ada seorang lelaki yang sangat dekat dengan anaknya, walaupun dia hanya melihat lelaki itu sekilas atau hanya sebentar dia merasakan b
Novita mendengar nada dering ponselnya dari dalam tas kantornya, dia takut itu adalah panggilan atau pesan penting, jadi dia langsung mengambil ponselnya dari dalam tas, dan menatap nama Diana yang ada dilayar ponselnya dan tanpa pikir panjang lagi dia langsung mengangkatnya, tapi sebelum itu dia berdiri dengan perlahan dan berkata, "Aku mau mengangkat telpon terlebih dahulu, ibu dan Billy bisa lanjutkan makannya ya, aku pergi dulu". Setelah berbicara Novita langsung pergi keluar rumah dengan terburu-buru, dia bersandar ditiang depan rumah dan langsung menjawab telpon Diana, "Halo Na, kenapa kamu meneleponku?". Diana yang masih saja merasakan mual dan tidak nyaman mencoba menahan semua itu sambil berkata, "Nov, bisa kita bertemu hari ini, aku ingin bertanya tentang sesuatu kepadamu". Novita memikirkan sesuatu selama beberapa menit tapi dia tidak bisa menebak apa yang dipikirkan Diana sekarang dan untuk apa dia ingin bertemu dengannya, sebelum Novita bisa menj