Share

Pesan Balasan

Author: euremius
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Di usianya yang sudah menginjak hampir kepala tiga, Rachel belum pernah menjalin hubungan serius, jangan menertawakannya karena ini adalah benar adanya, hubungan terakhir yang ia punya hanya cinta monyet selama ia sekolah dan beberapa ketika ia berkuliah, tak ada yang serius. Semua berakhir hanya dalam waktu singkat.

Perempuan itu menyeka mulutnya yang belepotan oleh taburan gula dari kue kering yang dimakannya, menatap layar laptopnya hingga matanya kering dengan lengan baju piyamanya yang tergulung asal, Rachel meletakkan cangkir airnya di meja samping tempat tidurnya untuk melanjutkan penelitiannya. Sepulang dari apartemen Gideon, pikirannya dihinggapi banyak pertanyaan.

Oh, Rachel tentu tahu dia bisa menarik siapa pun untuk menjadi pacarnya jika dia menginginkannya. Dia mungkin terlihat angkuh dari luar, tapi Rachel tahu kalau dia cantik, Anggun, menarik, lucu, menawan, dan disukai oleh orang-orang di sekitarnya (haters-nya adalah pengecualian tentunya). Ia jadi teringat dengan pe
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pernikahan di Balik Layar   Pesta Dimulai

    Sekarang adalah hari di mana pesta pembukaan Lavier, salah satu sponsor acara realita televisi yang akan Gideon dan Rachel bintangi di mulai. Rachel tak merasa gugup sama sekali, daripada gugup tentang dirinya sendiri ia lebih gugup memikirkan Gideon. Saat perempuan itu berjalan melewati ruangan dengan langkah percaya diri seperti biasanya, dia memastikan untuk tersenyum, menyapa semua orang, mengangkat dagunya sedikit, dia mungkin memperhatikan semua orang yang dia tahu. Rachel sedikit mencoba melihat sekeliling, tanpa membuatnya tampak seolah-olah dia sedang mencari Gideon, perempuan itu menemukannya dengan mudah, tentu saja, dia sulit untuk dilewatkan, mengingat tinggi lelaki itu yang di atas rata-rata menjadikannya sorotan di setiap ruangan yang dia masuki. Gideon juga tampak menyadari keberadaannya, pesonanya memang sulit untuk ditolak, ia merupakan salah satu dari kelompok orang-orang yang begitu cantik dengan rasa percaya diri yang alami, sehingga ketika dia masuk ke aula pesta

  • Pernikahan di Balik Layar   Sedikit Lelah

    Pesta pembukaan sekaligus penyambutan berjalan dengan lancar, tak ada hal menarik yang terjadi selain Gideon dan Rachel yang dicecar pertanyaan media menyoal hubungan mereka. Esoknya Gideon berjalan kembali ke ruang kerjanya di agensi setelah pertemuan singkat dengan Rachel untuk melakukan beberapa fitting. Lelaki itu sedikit terkejut dengan beberapa staf pekerja dari departemen lain yang memberinya selamat terkait hubungannya dengan Rachel. Apakah agensi tidak memberitahu kalau semuanya hanya bohongan? pikir lelaki itu, tapi masuk akal juga jika mereka menutupi rahasia kontrak mengingat semakin sedikit orang yang tahu semakin kecil kemungkinan untuk ketahuan, siapa tahu ada salah satu staf yang membocorkannya ke publik meski hal seperti ini sudah seperti rahasia umum di agensi.Pada saat ini, yang mengganggu dan membuat Gideon kesal dengan situasi ini adalah ia bahkan tidak bisa melarikan diri dari pertanyaan terkait Rachel bahkan di dalam agensinya sendiri, sudah cukup dia menjawab

  • Pernikahan di Balik Layar   Ketidaktahuan

    Alih-alih menanggapi pertanyaan Rachel, Gideon malah menatapnya dengan raut bingung. Perempuan itu berdeham canggung sebelum mencoba mengalihkan topik pembicaraan."Karena kau sudah jauh jauh datang kemari kenapa kita tidak sekalian makan di luar? Aku bisa mentraktirmu," ucapnya yang direspon dengan gelengan cepat oleh Gideon."Biarkan aku yang membayar kali ini, kau tunjukkan saja di mana restoran tempat kau biasa makan," tukas lelaki yang lebih muda sementara Rachel dengan santainya hanya mengendikkan bahu."Baiklah kalau begitu, tunggulah aku harus mengambil barang-barangku.""Hm... aku akan menunggumu di Basement," ucap Gideon sembari mengangkat kunci mobilnya, perempuan yang lebih tua hanya mengangguk setengah hati.***Rachel dan Gideon memasuki restoran dan langsung disambut oleh resepsionis dengan senyum ramah. Beruntungnya, mereka bisa mendapatkan meja meskipun mereka melakukan reservasi secara mendadak. Restoran ini cukup ramai pada malam sabtu, terlihat dapat dipercaya kred

  • Pernikahan di Balik Layar   Es Krim

    Setelah mengobrol selama beberapa saat dan menghabiskan hidangan mereka, Rachel dan Gideon segera kembali ke mobil Gideon untuk pulang. Itu adalah makan malam yang menyenangkan, tak dapat dipungkiri bahwa Rachel bersenang-senang menghabiskan waktu bersama Gideon di luar hubungan kerja, meskipun saat ini juga mereka sedang menjalani kontrak, tapi setidaknya alasan mereka makan awalnya bukan karena itu. Ketika mereka berhasil keluar dari lingkungan resto, Rachel memutuskan untuk memecah keheningan di dalam mobil.“Gideon. Kau mungkin perlu mengetahui ini sebagai pacar maksudku partner kontrakku.”"Mengetahui tentang apa?" tanya Gideon tanpa mengalihkan pkaungannya dari jalan. Rachel diam-diam mengamati alis Gideon yang berkerut saat dia mengantisipasi apa yang akan dia katakan.“Aku alergi udang.”Butuh waktu beberapa detik untuk pesan itu sampai pada lelaki yang lebih muda, dan Rachel terhenyak ketika realisasinya mencapai Gideon. Mata lelaki itu melebar dan rahangnya ternganga. Dia be

  • Pernikahan di Balik Layar   Dalam Masalah

    Di setiap pemotretan Rachel selalu memperhatikan bagaimana industri model bekerja, meskipun menjadi model bukan pekerjaan utamanya ia tak bisa menyembunyikan ketertarikannya pada pekerjaan itu. Perempuan itu bahkan sempat berpikir untuk beralih sepenuhnya menjadi model tapi ia tak jadi melakukannya, karena ia masih membutuhkan naungan agensinya saat ini.Rachel memperhatikan bagaimana setiap model memiliki estetika dan style yang berbeda satu dengan yang lainnya, gaya rambut, warna rambut serta tatanannya, lensa mata yang berbeda warna, cat kuku, bahkan estetika bawaan alami seperti bentuk wajah, warna kulit dan tinggi badan. Perbedaan gaya di antara mereka sangat menarik untuk dilihat, Rachel banyak terinspirasi dari mereka."Kau terlihat seperti berhenti bernapas, apa yang kau lihat?" tanya seseorang di sampingnya sembari menyiku pelan lengannya, Rachel menoleh perlahan sebelum memutar bola matanya jengah."Bukankah mereka keren?" balas perempuan itu sebelum kembali mengalihkan perh

  • Pernikahan di Balik Layar   Menghindar

    Hera menyandarkan sikunya ke meja, lalu menempelkan tangannya ke wajahnya sembari menatap lurus Rachel yang mengunyah sarapannya dengan tatapan kosong. "Ada apa? kenapa kau bersikap aneh? apa ini soal Gideon?" tanya perempuan itu setengah berbisik. Rachel yang sempat memejamkan matanya sejenak, lantas membuka matanya dan melihat tatapan Hera beralih dari wajahnya ke lengannya."Apa?" tanya Rachel balik.Alis manajer sekaligus sahabatnya itu membentuk lipatan tajam di matanya. Kembali fokus pada wajah Rachel. "Kau punya mata panda, tidak biasanya."Rachel melirik ke bawah, lalu mengangkat bahu. "Oh itu? Ya, itu hal biasa terjadi kalau jadwalku ketat, jadi normal saja kalau aku susah tidur bukan." Perempuan itu meminum kopi di cangkir dengan canggung sementara kernyitan di dahi Hera semakin dalam."kau tidak pandai berbohong tahu, kau pikir sudah berapa lama aku mengenalmu? ayo lah beritahu aku," goda perempuan itu sembari menggoyang-goyangkan lengan Rachel sementara perempuan bersurai

  • Pernikahan di Balik Layar   Pers

    Cahaya matahari pagi itu sangat menyilaukan sehingga untuk sesaat, Rachel bahkan tidak bisa melihat. Perempuan itu hampir jatuh tersandung ketika berjalan keluar dari mobil vannya kalau saja seseorang tidak mencengkeram lengan atasnya dan mengangkatnya berdiri. Sebelum perempuan itu bisa mengucapkan terima kasih, dia menyadari bahwa orang itu adalah Gideon.Lelaki itu menegakkan tubuh, melepaskan Rachel dari rengkuhannya dan sedikit menjaga jarak darinya. Entah mengapa Rachel merasa pada saat itu, lelaki itu berubah total. Tidak ada kalimat godaan, tidak ada senyuman jahil mengejek seperti biasanya, bahkan ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Lelaki itu hanya mengangkat kepalanya dan melihat ke arah kerumunan dengan tatapan yang tak bisa ia artikan, ia tidak tersenyum, tapi ekspresinya tidak cemberut—terlihat cukup percaya diri, dan sombong dalam cara yang paling menarik. Ada sesuatu yang mengundang dalam dirinya, memikat, bahkan ketika seseorang memanggil namanya dan dia nyaris tid

  • Pernikahan di Balik Layar   Kebingungan

    Gideon melirik ke arah Rachel melalui sudut matanya. "Aku juga tidak percaya kami bisa berkencan," ucapnya santai."Benar kan," ucap reporter itu setuju, "Kalian bahkan tidak pernah berada dalam projek ataupun sinetron bersama, mendengar kalian berteman pun akan cukup mengejutkan apalagi mendengar kalau kalian berkencat," lanjutnya."Takdir yang membawa kita bersama," ucap Gideon, Rachel merutuk dalam hati. Alasan yang sangat-sangat kuno dan membosankan, pikirnya."Sebenarnya kami sudah cukup sering bertemu meski tidak berada dalam projek yang sama, di ... pesta? bahkan di acara fashion week seperti itu, teman kami juga banyak yang saling mengenal jadi bukan hal yang tidak mungkin untuk kami bertemu dengan satu sama lain, itu takdir bukan? seperti yang dibilang Deon," ucap Rachel sembari mengelus pelan lengan atas Gideon, tersenyum palsu, sementara reporter itu hanya mengangguk mengerti.Reporter itu tersenyum pada mereka, "aku sangat menantikan program k

Latest chapter

  • Pernikahan di Balik Layar   Insiden

    Gideon, yang masih terkejut dan terpaku pada kenyataan bahwa sepupunya mengenal Rachel, menghindari pertanyaan itu. “Kau mengenal pacarku?”“Tentu saja tidak, duh. Tapi kami masuk universitas yang sama, dia satu tahun di atasku. Aku tidak mengenalnya secara pribadi tetapi aku melihatnya di kampus dan di pesta-pesta. Dia sangat populer. Banyak orang yang tertarik padanya, termasuk aku. Bahkan ketika dia belum menjadi seorang aktris. Tak kusangka kau akan berkencan dengannya.”Ekspresi tidak senang pasti terpancar di wajahnya, karena sepupunya itu cepat membela diri. Rafi mengangkat kedua tangannya seolah mencoba menenangkannya, dan tertawa terbahak-bahak."Jangan khawatir! Semua orang naksir dia, oke? dan itu dulu. Ia adalah orang terpintar di Fakultasnya. Ia juga merupakan kapten tim Cheerleaders. Bukankah itu sangat diminati? Tapi aku rasa Kau sudah mengetahui semua ini.”Gideon tentu saja tidak mengetahui semua ini. Perasaan resah menguasainya saat Gideon menyadari bahwa dia tidak t

  • Pernikahan di Balik Layar   Reaksi Keluarga

    Ketika dia yakin keponakan Gideon sedang sibuk dan anak Gideon—Luna masih fokus pada kartu mainannya, Rachel menggunakan kesempatan ini dan menoleh ke Gideon di sofa sambil berbisik dengan marah, “Hei! Kau menyuruhku untuk berpura-pura kalau aku sangat mencintaimu, tapi kau bahkan tidak berpura-pura kalau kau sangat mencintaiku!Gideon mengangkat alisnya, “Apa maksudmu?! Aku memegang tanganmu tadi!” Lelaki yang lebih muda mendesis membela diri.“Lalu perkenalan membosankan apa tadi? Sebenarnya kau ini ingin aku ada di sini atau tidak?”Gideon melirik ke sekeliling ruangan untuk memastikan tidak ada yang bisa mendengarnya dan berbaring ke bantal sofa, seolah menyembunyikan dirinya. “Aku tidak bisa memaksakan diri untuk bersikap mesra. Kupikir aku bisa melakukannya, tapi itu sangat memalukan di depan keluargaku sendiri!”Rachel benar-benar tidak bisa mempercayai lelaki itu. “Hei, berusahalah lebih keras, kau kan aktor!” gertak perempuan itu, “Aku tidak bisa terlihat seperti orang yang l

  • Pernikahan di Balik Layar   Diperkenalkan

    Gideon menuntun mereka menyusuri lorong yang menghubungkan pintu masuk ke area utama rumah tempat pesta diadakan. Ujung lorong terbuka ke dapur, yang terhubung dengan ruang makan dan ruang tamu.Saat mereka mendekati ujung lorong, Rachel mendengar banyak suara yang semakin keras hingga mereka akhirnya memasuki dapur untuk menunjukkan kedatangan mereka yang sangat dinantikan. "Kami tidak terlambat kan?" Gideon menyapa dengan santai. Dan saat mendengar suara Gideon, semua mata di ruangan itu langsung tertuju padanya, disertai senyuman cerah dan seringai jenaka.“Gideon! akhirnya, kau di sini!” Seorang wanita yang lebih tua bergegas menyambut mereka terlebih dahulu, yang Rachel asumsikan adalah ibu Gideon. Gideon melepaskan genggamannya di tangan Rachel untuk memeluk dan mencium pipi ibunya. Setelah dia menarik diri, dia mengalihkan kembali perhatiannya ke arah Rachel. "Dan ini adalah ..." lelaki itu memberinya senyuman penuh pengertian, matanya berbinar. Rachel memperhatikan mata ibu Gi

  • Pernikahan di Balik Layar   Tangan Berkeringat

    Gideon datang menjemput Rachel pada Sabtu pagi. Hari di mana pesta ulang tahun keponakan Gideon yang diadakan di rumah kakak perempuannya yang terletak di luar kota tapi tak terlalu jauh, sekitar setengah jam perjalanan dari tempat tinggal mereka. Ketika Rachel memasuki mobil Gideon, lelaki yang lebih muda melihat buket bunga yang ada di tangan Rachel dengan raut bingung penuh rasa ingin tahu.“Itu untuk ibumu. Jangan salah paham.”Rachel menatap kembali ke jalan raya, dan dia sadar bahwa dia tidak tahu persis siapa yang dia temui. Apakah hanya keluarga dekat Gideon saja? Atau sepupunya juga? Seberapa besar keluarganya? “Ngomong-ngomong, kau bilang keluargamu ingin bertemu denganku, tapi siapa yang bilang sebenarnya? Siapa saja yang akan hadir di pesta itu?” tanya Rachel pelan.Gideon melirik sebentar ke sampingnya dan seringai kecil mulai terbentuk di bibirnya, “Kenapa? Kau merasa gugup? Kau tidak bisa mundur sekarang.”“Bisakah kau diam dan jawab saja pertanyaannya.”“Oke maaf, tent

  • Pernikahan di Balik Layar   Hadiah

    Rachel menapaki perjalanan kembali ke perusahaan setelah makan siang yang sama sekali tidak memenuhi asupan energi hariannya melainkan dipenuhi gangguan Gideon seperti sebelumnya. “Berapa umur keponakanmu? Bukankah seharusnya kita membelikannya hadiah?”“Ayi berusia enam tahun. Biar aku saja yang akan membeli sesuatu untuknya dan mencantumkan nama kita berdua di sana.” Gideon menekan tombol di penyeberangan, simbol tangan merah masih menyala."Apa? Tidak mungkin, Aku yakin kau akan memilih hadiah yang membosankan seperti buku tulis atau semacamnya. Biar aku saja membelinya, aku cukup pintar memilih hadiah untuk Luna kan?” sungut Rachel sembari mengerutkan kening.Gideon menyipitkan matanya ke arahnya. “Tidak, kau bahkan tidak mengenal Ayi. Aku yang akan membelinya."“Jika namaku akan tercantum di sana, lebih baik itu menjadi hadiah terbaik di pesta. Pokoknya aku yang harus membelinya.”“Hei! Aku pamannya! Kenapa jadi kau yang harus membelinya?!”“Hei tuan kalau kau lupa, aku pacar (pa

  • Pernikahan di Balik Layar   Ajakan

    Pagi-pagi sekali Rachel Harus terbangun karena suara lengkingan dering ponsel yang mengganggu tidur pulasnya, ia bahkan baru saja tidur setelah overthinking semalaman. Perempuan itu menghela napas sembari meraba-raba nakas, menempelkan ponsel ke telinganya tanpa melihat dulu siapa penelepon yang berani mengganggu tidurnya, matanya bahkan masih tertutup."Aku akan membelikanmu makan siang, sebagai permintaan maaf, kau mau?"Jadi di sinilah dirinya—ralat ia dan Gideon. Mereka berjalan tanpa suara ke Cherryberry Bakery & Cafe, toko roti lokal kecil yang hanya berjarak tujuh menit dari gedung agensi tempat kerja mereka. Rachel melirik sekilas ke arah lelaki bertubuh jangkung itu, yang anehnya tampak tegang. Lonceng di pintu berbunyi ketika mereka membukanya untuk masuk ke dalam kafe roti di lingkungan kuno, aroma kopi dan makanan panggang menyambut mereka saat mereka masuk. Mereka berjalan melewati meja dan kursi kayu, dan mendekati konter yang terletak di belakang untuk memesan. Pajangan

  • Pernikahan di Balik Layar   Batal

    Rachel menyamankan tubuhnya di atas ranjang, perempuan itu sudah mengganti pakaiannya ke setelan piyama merah muda kesayangannya. Rambut pirangnya tampak tertata bergelombang dan hiasan wajahnya tampak elegan malam itu, jelas saja ia hendak keluar untuk bertemu Gideon. Kalau saja lelaki itu tidak membatalkannya secara tiba-tiba."Setidaknya kalau memang mau membatalkannya lakukan itu dari kemarin! sia-sia aku berdandan seperti ini," keluh Rachel sembari mengunyah popcorn di tangannya kesal. Perempuan itu mengambil laptopnya untuk memutar tayangan episode pertama marriage life simulation yang sebentar lagi akan tayang, perempuan bersurai pirang itu menghela napasnya keras."Lagipula siapa yang mau menonton dengannya! Cih! Aku sudah cukup muak bertemu dengannya hampir setiap hari."Meski begitu Rachel berkali-kali melirik ponselnya yang tergeletak di atas tempat tidur, menunggu penjelasan dan permintaan maaf dari lelaki yang lebih muda. Perempuan itu sebenarnya menebak mungkin karena L

  • Pernikahan di Balik Layar   Marriage Life Simulation (1) Bagian dua

    [REKAMAN_DIMULAI_02]Direktor : "Adegan pertama pengambilan gambar kalian pertama kali pindah ke apartemen, lakukan saja secara natural hal-hal yang biasa kalian lakukan saat pertama kali datang ke apartemen."Aktor 1 : "Aku biasanya langsung tidur lalu esok harinya baru berbenah."Direktor : "Jangan bawa kebiasaan burukmu ke depan kamera Gideon, apa kau tidak mendengar tentang kata 'acting' tentu saja maksudku kau harus memolesnya semenarik mungkin!"Aktor 1 : "Kau tidak bilang begitu tadi— baiklah, baiklah! Aku hanya bercanda."Aktor 2 : "Bagaimana kalau kita merencanakannya dari sekarang."Aktor 1 : "Apa yang perlu direncanakan? Bukankah lebih baik kita melakukannya secara spontan agar terlihat lebih meyakinkan?"Aktor 2 : "Aku juga berpikir begitu tapi mengingat aku mengambil gambar denganmu aku tak yakin kita bisa melakukannya dalam satu atau dua kali take, kita bisa saja tidak pulang sampai sore!"Aktor 1 : "Apa maksudmu? Kau lah yang sering membuat kesalahan setiap mengambil ga

  • Pernikahan di Balik Layar   Marriage Life Simulation (1) bagian satu

    [REKAMAN_DIMULAI_01]Direktor : "Camera ... Rolling ... Action!"Aktor 1 : "Sudah dimulai? Apa yang harus aku katakan?"Direktor : "Kamera sudah bergulir sejak tadi."Aktor 1 : "Kau tidak memberi aba-aba! Aku bahkan belum siap!."Direktor : "Tak masalah Gideon. Kita bisa mulai lagi. Kau sudah siap bukan sekarang?"Aktor 1 : "Sebentar, biarkan aku menarik napas ... baiklah aku siap."Direktor : "Oke. Kita ulang, satu dua tiga ... Act—"Aktor 1 : "Aku lebih suka jika kau menghitungnya terbalik pak sutradara."Direktor : "Maaf, apa?"Aktor 1 : "Aku pikir itu akan lebih baik jika hitungannya tiga, dua, satu."Direktor : "Kenapa itu penting, Tuan Gideon yang terhormat?"Aktor 1 : "Itu berpengaruh performaku, kau membuatku kebingungan."Direktor : "Baiklah... Kalau begitu, mari kita mulai dengan hitungan terbalik. Tiga. Dua. Satu. Action!"Aktor 1 : "Hai semua, aku Gideon, dan umurku dua puluh lima-"Direktor : "Berhenti. Berhenti. Bisakah kau membuka perkenalan dengan lebih menawan dan me

DMCA.com Protection Status