Cermin besar menampilkan bias seorang perempuan dengan setelan merah muda yang terlihat manis tapi sama sekali tidak memberikan kesan kekanakan. Warnanya cantik, menonjolkan keanggunan dan sentuhan lembut pada pemakainya. Surai kecoklatannya yang panjang diapit dengan sepasang hair pin putih yang diketahui tersusun atas beberapa mutiara. Setelah berputar sekilas di depan cermin pada akhirnya Rosalinne setuju dengan tampilannya kali ini, begitu berbalik jemarinya segera meraih clutch bag yang disodorkan oleh sang pelayan kemudian segera bergegas pergi dan diikuti beberapa pelayan di belakangnya. Melihat sang nyonya mulai berjalan di bawah ruang terbuka maka pelayan lainnya segera bertindak. Payung lebar segera dibuka guna menaungi sang nyonya dari bulir salju yang berjatuhan. Rosalinne masuk ke dalam kuda besi lalu kemudian pintu mobil ditutup dan semua pelayan menunduk hormat melepas kepergian Nyonya mereka.
Klotak…Klotak…
Suara hak sepatu yang dikenakan Rosalinne menghantam lantai marmer yang keras. Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu lama pada akhirnya Rosalinne tiba di tempat undangan. Ini adalah sebuah perjamuan musim dingin yang diadakan Nyonya keluarga Joo, salah seorang kaum elit yang merupakan karib dari mendiang Nyonya Han ibu mertua Rosalinne. Begitu sampai di tempat tujuan seorang pelayan telah menyambutnya dan mengantarnya ke aula pertemuan. Pintu kayu klasik segera didorong seketika memunculkan pemandangan lain yang tidak terduga sebelumnya. Sebuah taman pribadi dengan atap kaca, dinding transparan dengan aksen kayu yang tradisional membuat taman pribadi ini menyatu dengan alam buatan yang ada di dalamya. Rosalinne menyukai tempat ini bahkan sejenak terpukau dengan keindahan kombinasi klasik dan modern yang tercipta di antaranya. Hingga kemudian seorang wanita berumur yang diketahui sebagai Nyonya Joo segera berdiri dan menyambut Rosalinne dengan tangannya sendiri.
“Nyonya Han kau datang?”
Langkah kakinya semakin lambat seiring jarak yang semakin terkikis.
Tersenyum ramah Rosalinne kemudian membungkuk pada tuan rumah selaku pemilik jamuan ini.
“Wanita yang sopan,” tutur Nyonya Joo dan segera meraih tangan Rosalinne dalam genggamannya.
Rosalinne yang mendapatkan perlakuan demikian terpaku untuk sesaat. Rasanya hangat, rasa ini benar-benar baru untuknya entah kenapa wanita paruh baya ini sangat hangat dan terkesan penuh kasih.
Mencecap dengan penuh kehati-hatian Rosalinne mendalami rasa teh yang tengah diminumnya. Tieguanyin tea jenis teh yang banyak tumbuh di musim semi dan gugur ini begitu nikmat diminum pada dinginnya musim dingin. Nyonya Joo tersenyum senang begitu mendapati Rosalinne terlihat menyukai teh yang disuguhkannya. Memang bukan teh nomor satu tapi teh jenis ini terkenal akan khasiatnya dan cukup berjajar di kalangan kelas atas.
“Ibu mertuamu juga menyukainya. Aku senang begitu kau meminumnya, itu mengingatkanku padanya,” kata Nyonya Joo dengan raut Bahagia yang kemudiaan diikuti pancaran kesedihan di akhir kalimatnya.
“Nyonya terimakasih,” balas Rosalinne lembut sembari meraih tangan Nyonya Joo dalam genggamannya. Wanita itu tersenyum menerima penghargaan Rosalinne atas perasaannya.
Sebenarnya bukan Rosalinne yang menjadi tokoh utama dalam jamuan itu melainkan Nyonya Joo sendirilah sebagai tuan rumah yang menjadi tokoh utama. Namun kehadiran Rosalinne telah menyita perhatian para Nyonya juga Nona-Nona kaya yang turut hadir pada acara itu. Tampilan Rosaline benar-benar seperti Sakura yang mekar di musim dingin. Bunga Sakura yang memilki kesan hangat musim semi kini melekat pada diri Rosalinne yang hangat karismatik, sungguh pemandangan langka yang tidak banyak dijumpai.
Setelah beberapa saat berbincang dengan Rosalinne pada akhirnya Nyonya Joo meninggalkan menantu Keluarga Han itu untuk menemui tamu-tamunya yang lain. Sebagai nyonya kelas atas yang dikenal ramah dan berbudi pekerti yang baik Nyonya Joo tahu betul bagaimana harus bersikap agar tidak menimbulkan kecemburuan di antara semua tamunya. Menatap punggung Nyonya Joo yang menjauh Rosalinne sedikit banyaknya bisa memahami bagaimana sosok mendiang mertuanya lewat kehangatan yang diberikan Nyonya Joo. Tersenyum sendu Rosalinne segera mengalihkan perhatiannya pada cangkir teh yang menyisakan separuh isinya.
“Nyonya Han,” sapa seorang wanita yang tiba-tiba saja sudah berada di dekat Rosalinne.
Merasa bahwa wanita ini lebih berumur darinya maka tanpa ragu Rosalinne berdiri dan membungkuk hormat yang kemudian juga dibalas oleh si wanita.
Mengulurkan tangannya, wanita itu memperkenalkan diri.
“Kim Sonhee, istri Kim Hyunmoo.”
Meski tidak begitu mengenal si Kim Sonhee ini namun Rosalinne tetap mengulurkan tangannya sebagai bentuk penghormatan. Tak lama setelah perkenalannya dengan Kim Sonhee kemudian beberapa wanita juga turut menghampirinya dan pada akhirnya mereka berbagi meja yang sama. Dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak terkadang Rosalinne memamerkan senyum sebagai bentuk simbolis bahwa dirinya turut serta dan merespon apa yang para wanita itu bincangkan meski kenyataannya itu hanya sebuah formalitas bagi Rosalinne demi harkat martabatnya sebagai seorang Nyonya Han. Jika boleh memilih maka Rosalinne akan menjejalkan earphone miliknya dan menenggelamkan diri bersama alunan klasik yang mengisi seluruh ruang pendengarannya daripada mendengar percakapan yang terkadang menurut Rosalinne tidak cukup penting untuk dibawa ke dalam sebuah obrolan.
“Nyonya Han anda tidak banyak bicara, kurasa anda adalah sosok yang tenang.”
“Begitukah? Maafkan saya, sepertinya saya terlalu menikmati pembicaraan nyonya-nyonya sekalian. Itu membuatku tertarik dan selalu ingin mendengarnya,” jawab Rosalinne tenang berkebalikan dengan makna yang sebenarnya.
“Benarkah? Anda masih sangat muda mungkin jika anda memiliki sesuatu hal yang ingin dikatakan, anda bisa mengatakannya.”
“Benar, biasanya wanita muda memiliki cerita yang mengesankan dibalik kecantikan yang dimilikinya, bukankah itu benar?” timpal salah seorang nyonya yang juga berada satu meja dengannya yang kemudian diikuti anggukan dan senyuman para nyonya lainnya sebagai persetujuan.
“Ah begitu, sebenarnya saya tidak memiliki sesuatu untuk dikatakan, yang muda ini perlu arahan dan contoh dari yang lebih berpengalaman seperti nyonya-nyonya sekalian jadi lebih baik bagi saya menyimak ilmu baru yang anda berikan lewat obrolan ini.”
Rosalinne tersenyum, wanita itu menangkap maksut dibalik pertanyaan sekaligus pernyataan ‘wanita muda cantik’ yang dimaksut para wanita ini. Jadi bukankah secara tidak langsung mereka ingin mengungkit hal apa saja yang dilakukan seorang wanita muda pada umumnya? Jelas-jelas mereka hanya ingin tahu bagaimana kehidupan Rosalinne dan itu sama sekali bukan kebiasaan dari Rosalinne untuk menjual kehidupannya dalam sebuah percakapan.
“Begitu ya, Nyonya Han ini benar-benar seorang yang baik dan rendah hati,” lirih nyonya tersebut merasa provokasinya tidak berhasil.
“Ibu.”
Panggilan seseorang mengalihkan perhatian orang-orang di meja tersebut. Seorang gadis dengan dress selututnya tampak cantik menampilkan senyum menawan menghampiri sang ibu yang rupanya berada satu meja dengan Rosalinne dan para nyonya lainnya.
“Amber,” balas sang ibu yang segera menyambut kedatangan putrinya.
“Inikah putri kecilmu itu? Lihatlah dia telah tumbuh sebagai gadis yang cantik.”
Mendapatkan pujian membuat sepasang ibu dan anak tersenyum bangga.
“Sepertinya Nona Amber memiliki usia yang tidak jauh berbeda dengan Nyonya Han.”
“Benar, kalian terlihat muda dan seumuran. Meski begitu sepertinya Nyonya Han telah berjodoh lebih dulu.”
Tunggu, perkataan nyonya ini terdengar provokatif. Rosalinne yang sama sekali tidak menaruh minat kini mulai waspada dengan arah pembicaraan yang tercipta.
“Sepertinya Nyonya Han dilimpahi keberuntungan,” timpal seorang nyonya yang justru memperkeruh keadaan.
“Tidak apa-apa bibi, aku sangat puas dengan karirku selama ini.”
Nyonya Kim yang mendengar jawaban putrinya terlihat cukup puas dengan jawaban tersebut, tapi lagi-lagi pada dasarnya selalu ada saja yang bertindak sebagai asap untuk menghasilkan api.
“Tapi mungkin akan jadi lebih baik dengan seseorang yang akan selalu berada di sisimu, bukahnkah begitu Nyonya Han?”
Tanpa berpikir panjang lagi mau tak mau Rosalinne mengikuti alur pembicaraan yang menggiringnya pada api.
“Benar, memiliki seseorang di samping kita adalah sebuah keberuntungan,” jeda Rosalinne sebelum kembali bersuara.
“Tapi kurasa meski telah memiliki pasangan seorang wanita tentunya juga harus mandiri, bukankah begitu?”“Benar anda benar.”
Rosalinne tersenyum.
“Menikah atau berkarir itu adalah dua hal yang berbeda, dan kurasa setiap wanita akan paham tentang itu. Alangkah lebih baik menikah jika memang siap dan tidak ada salahnya berkarir selagi ada kesempatan,” ujarnya dengan senyum lembut di akhir kalimatnya.
Amber tersenyum ke arah Rosalinne seolah gadis itu sependapat dengan pemikiran Rosalinne. Bukan bermaksut memenangkan salah satu pendapat hanya saja di sini Rosalinne tidak mau dirugikan dengan terseret pada api yang diciptakan oleh nyonya-nyonya yang berebut sedang benar ini, maka lebih baik baginya mengimbangkan kedua pendapat.
“Nyonya Han selain rendah hati ternyata anda berpikiran luas, semoga kebahagiaan segera menghampiri keluarga anda,” ucap Nyonya Kim Sonhee tulus yang ditanggapi dengan senyum cerah milik Rosalinne.
“Memang benar seperti itu, bahkan setidaknya jika kelak pernikahan tidak diberkahi dengan kebahagiaan setidaknya seorang wanita masih memiliki karir yang dibawanya.”
“Ya itu benar bukankah akhir-akhir ini terlalu banyak pernikahan paksa atau bahkan pernikahan secara rahasia, ouh itu menakutkan,” seorang nyonya menimpali yang dengan sekilas melirik keberadaan Rosalinne.
“Ah bukankah itu urusan masing-masing keluarga sebaiknya kita tidak membicarakannya.”
Rosalinne diam tidak menanggapi hanya menyesap sisa teh di cangkir miliknya.
“Tapi Nyonya Han bagaimana pendapatmu sebagai wanita muda mengenai hal itu?”
Benar saja rupanya orang-orang ini tidak berhenti menggigit bahkan meski sebelumnya mangsa telah berhasil melepaskan diri.
“Tidak masalah jika kedua belah pihak tidak dirugikan.”
Jawaban Rosalinne cukup mengejutkan bagi mereka, tidak menyangka jika Nyonya Han akan menjawab dengan selugas ini.
“Ada apa bukankah benar? Jika kedua belah pihak diuntungkan bukankah itu suatu pencapaian yang bagus?” tanya Rosalinne memastikan atas respon yang akan diberikan oleh para nyonya.
“Anda berbicara dengan sangat terbuka ya-,”
“Bukankah anda sendiri yang menanyakannya dan lagi saya juga sudah mengutarakan apa yang ingin saya katakan sesuai dengan keinginan anda sebelumnya.”
Semuanya diam merasa kaku mendapat serangan Rosalinne yang tepat pada sasaran.
“Maaf jika pertanyaan itu membuat anda tertekan, seharusnya saya lebih berhati-hati dalam bertanya terlebih dengan pernikahan yang anda alami.”
Mendadak suasana menjadi semakin tidak nyaman begitu seseorang mulai menyinggung dengan kalimat yang diucapkannya.
“Apa anda menghawatirkan saya? Ah saya cukup senang dengan perhatian anda. Tidak perlu khawatir saya baik-baik saja.”
Seseorang yang menyinggung itu hendak melontarkan kembali kalimatnya sebelum Rosalinne menyelanya dengan berkata terlebih dahulu.
“Nyonya-Nyonya sekalian dan utamanya Nyonya Seo, maaf karna keluarga kami tidak sempat mengundang kalian. Kurasa ayah terlalu mengutamakan kolega terdekat kami,” balas Rosalinne cepat.
“Apakah ada sesuatu hal yang serius? maaf aku terlalu sibuk dengan beberapa tamu.”
Interupsi Nyonya Joo yang tiba-tiba saja kembali.
“Kami hanya berbicara sedikit Nyonya Joo, bukankah begitu?” jelas salah satu diantara mereka dan didukung dengan yang lainnya.
“Benar Nyonya Joo, ini hanyalah pembicaraan mengenai antara wanita dewasa dan wanita muda,” timpal Rosalinne tersenyum ramah pada si tuan rumah.
“Begitu rupanya, sepertinya telah banyak yang kulewatkan.”
Tersenyum, Rosalinne memandang tepat kearah Nyonya Seo yang sedari tadi menyuarakan provokasi atas dirinya. Dan setelahnya Rosalinne hanya sibuk bercengkrama dengan tuan rumah dan mengabaikan rasa tidak suka oleh beberapa nyonya yang ditujukan pada dirinya.
Di dalam sebuah kamar besi Rosaline terlihat sedang berdiri diantara kerumunan orang-orang di dalam lift. Paras cantik dan penampilannya yang segar mencuri perhatian orang-orang di sana tanpa mengetahui jika wanita itu adalah istri dari bos mereka. Seusai menghadiri undangan dari Nyonya Joo rupanya Rosalinne tak lantas kembali ke kediamannya melainkan bertandang mengunjungi sang suami yang tengah bekerja. Lift terus naik menuju lantai paling atas, namun sebelumnya kamar besi itu sempat berhenti di beberapa lantai dan membawa serta beberapa orang untuk masuk di dalamnya. Ruangan lift yang semula longgar kini mulai menyempit. Saat Rosalinne hendak terhimpit tiba-tiba seseorang lebih dulu melindunginya. “Nyonya apakah anda baik-baik saja?” Masih belum menjawab, Rosalinne memperhatikan pria di depannya. “Maaf Nyonya saya tidak punya pilihan lain selain seperti ini,” jelas pria tersebut pada Rosalinne. Memang sedikit cang
Malam merupakan keadaan dimana waktu berubah menjadi tenang dan nyaman. Kegelapan yang menyelimuti seakan menghangatkan orang-orang yang berada dalam pelukannya. Malam juga menjadi hal yang menyenangkan bagi pasangan suami-istri Han. Di atas peraduan yang lembut keduanya berada di bawah selimut yang sama, saling memeluk menghangatkan satu sama lain.“Dav kenapa kau mau menikah denganku?”“Dan kau kenapa mau menikah denganku?”Yang ditanya justru balik mempertanyakan hal yang sama.“Karna itu sebuah perintah.”“Tepat sekali karna itu perintah,” balas David semakin mengeratkan pelukannya pada sang istri.“Kau tidak menyesal?” selidik Rosalinne.“Awalnya.”Mengangkat alisnya Rosalinne menyembunyikan rasa kecewa yang tengah melanda relung hatinya. Kemudian wanita itu lebih memilih untuk memunggungi suaminya, menarik selimut tinggi-tinggi mengabaikan keberadaan
Seumur dirinya hidup ini adalah mandi yang paling menyenangkan, ia tak berpikir jika kegiatan bernama ‘mandi’ menjadi sangat menyenangkan jika bersama David. Ia pikir pria mesum itu akan menggodanya hingga berwajah merah padam namun ternyata tanpa diduga David mengadakan konser dadakan di kamar mandi yang tentunya membuat Rosalinne tertawa karna aksinya.“Dav kapan kau akan mandi? Ini sudah tidak hangat lagi.” Rosalinne menggoyangkan air dengan tangannya sebagai bentuk bukti laporannya.“Benarkah? Kalau begitu akan kuhangatkan untukmu,” ucapnya menyudahi aksi panggung dadakan miliknya lalu segera mengumbar senyum penuh makna yang membuat Rosalinne merutuki kalimatnya.Air dalam bathup bergoyang begitu tubuh atletis David membelah gundukan busa yang memenuhi permukaan air bathup. Sedikit menggoda sang istri David terus mendekatkan tubuhnya pada Rosalinne yang telah berwajah merah karna malu. Mendekatkan kepala
Telapak besar milik David tengah bergerak memutari permukaan perut rata Rosalinne. Setelah memberikan wanita itu obat dan membantu membersihkan diri, David sama sekali tak beranjak dari sisi Rosalinne barang sejengkalpun. Dari belakang David memeluk tubuh Rosalinne, mendekapnya hangat menyalurkan ketenangan yang luar biasa nyaman. Menerawang pada kejadian beberapa menit yang lalu ketika David merasakan keanehan dari sang istri pria itu lantas segera menyalakan pecahayaan dan membiarkan ruangan itu diserbu dengan cahaya terang. Dengan mata kepalanya sendiri David melihat noda merah yang seperti pulau dibalik tubuh istrinya. Warna merahnya sangat melukai perasaan David, bagaimana bisa darah sebanyak itu keluar dari tubuh istrinya. Mungkin terdengar berlebihan tapi jujur saja ia tak menyangka akan melihatnya sebanyak itu. Menyaksikan bagaimana wajah pucat dan keringat dingin di tubuh Rosalinne membuat David panik bahkan sejenak kehilangan kecerdasannya. Namun semuanya terkendali begitu
Sore itu hanya dihabiskan Rosalinne berdua bersama David. Dari balik jendela kaca di kamar mereka keduanya menyaksikan hari berganti menjadi petang. Setelah lama keduanya terdiam Rosalinne kemudian berinisiatif untuk membuka pembicaraan.“Kau pulang lebih awal Dav, bahkan jauh dari waktu biasanya.”David tidak membalas pernyataan sang istri, pria itu tetap diam tak bergeming menempelkan dagunya di puncak kepala Rosalinne. Kedua lengannya sibuk merengkuh tubuh ramping sang istri, posisi yang demikian itu sungguh menjadi kehangatan tersendiri bagi David.“Dav?”“Jadi kau menyukai aku yang selalu pulang malam?” sindir David.“Tidak juga.”David mengeratkan pelukannya mengubur wajahnya dalam-dalam pada ceruk leher Rosalinne.“Aku kotor belum mandi Dav,” keluh Rosalinne merasa tidak enak pada David yang menyerbunya.“Apakah itu kode?” selidik David.&ldqu
Noda herbal itu susah dihilangkan terlebih dengan aromanya yang cukup kuat sehingga membuat Rosalinne susah mengenyahkannya. Dalam usaha membersihkan noda di pakaiannya tanpa sadar David telah berada di belakang tubuh Rosalinne dan dengan tiba-tiba memeluk perempuan itu dengan erat. “Dav kau sudah selesai? Maaf aku terlalu lama di sini,” kata Rosalinne sembari menatap David pada pantulan cermin. “Ada apa?” Tidak menjawab, David justru mendaratkan kecupan-kecupan basah di Pundak dan sekitar perpotongan leher Rosalinne. “Dav menjauhlah, noda ini membuatku bau apa kau tidak menciumnya?” “Tidak. Aku menyukainya.” Merasa aneh dengan perlakuan David membuat Rosalinne segera membalikkan badan dan menatap lekat pria tinggi itu. “Kau baik-baik saja?” tanyanya lembut dengan posisi tangan meraih rahang sang suami. Sentuhan yang dirasakan David semakin membuat sesuatu dalam dirinya meledak-ledak tidak terkendali. Memejamkan matanya
Tubuhnya benar-benar kehilangan kendali, selain hawa panas ada rasa lain yang dirasakannya tapi cukup sulit untuk dipahami olehnya. Menggeliat dan berguling sama sekali tidak membantunya. Matanya yang sayu menatap penuh permohonan, mencengkeram erat baju yang dikenakan David, Rosalinne memohon meminta pertolongan. Rasa yang menyiksanya itu telah menghilangkan sebagian akal sehatnya bahkan ketika David melucuti pakaian yang dikenakan olehnya Rosalinne sama sekali tidak sadar, baru ketika telapak besar suaminya telah menyentuh permukaan kulitnya Rosalinne tersadar dengan apa yang terjadi. Rosalinne tidak bergerak, perempuan itu masih memahami respon yang diberikan tubuhnya terlebih setelah sentuhan yang telah David berikan padanya.Mendapati Rosalinne yang diam membeku David lantas menghentikan aksinya, menatap penuh khawatir dengan keadaan sang istri. Instingnya mengatakan jika Rosalinne tengah menahan sesuatu oleh karenanya dengan lembut David membelai sisi wajah sang istri d
Hari ini menjadi hari yang paling melelahkan bagi Rosalinne pun dengan David. Setelah kejadian pemanasan diri siang tadi Rosalinne menjadi benar-benar sangat malu meski hanya untuk sekedar berpapasan dengan David. Di rumah yang seluas ini rupanya keberadaan David juga tak berada jauh dari Rosalinne atau memang mungkin sebenarnya pria itu tak mau berjauhan dengan Rosalinne, yang jelas sejak kejadian itu dimanapun arah matanya memandang maka di situlah David berada. Di dalam kamarnya Rosalinne terlihat gugup. Meski telah mengenakan gaun tidurnya rupanya perempuan itu tak kunjung menempati kasur empuknya. Berjalan ke sana – kemari Rosalinne benar-benar dilanda kegugupan. Kedua kakinya yang tersimpan dalam alas bulu yang lembut terlihat penuh semangat membawanya berjalan di ruangan kamar, bahkan mungkin jika dihitung ini telah menjadi langkanya yang ke seratus tapi Rosalinne benar-benar tidak dapat mengatasi kegugupannya. Sadar atau tidak bahkan sikap tenangnya seolah runtuh, ke
Kembali ke penginapannya David menemukan Rosalinne yang telah meringkuk di balik selimut. Menghampiri posisi tidur sang istri kemudian David menyibak sisi ujung selimut lainnya dan menempatkan diri bersama di bawah selimut yang sama.“Kau pulang Dav?” tanya Rosalinne dengan mata yang masih terpejam.Tanpa memberikan jawaban pada Rosalinne David justru semakin mengeratkan pelukkannya dan membenamkan indra penciumnnya pada ceruk leher sang istri.Merasa paham dengan gerak-gerik suaminya kemudian Rosalinne memutar tubuhnya dan menghadap persis di depan David.“Bisakah kita beristirahat malam ini?”Pintanya memelas pada seseorang yang beberapa waktu terakhir ini telah menggempurnya dengan sangat ganas dan di beberapa hari ini rasa-rasanya ia tidak mendapatkan istirahat yang cukup baik apa lagi setelah kegaiatan olahraga yang selalu mereka lakukan semakin membuat waktu istirahatnya menjadi berantakan.Menarik Rosalinne dal
Sore itu setelah melewati hari yang panjang bersama sang suami Rosalinne tengah menikmati indahnya sunset di tepi pantai. Dengan dress pantainya yang melambai-lambai Rosalinne tampak begitu cantik dan mempesona. Berjalan beriringan keduanya memamerkan kebersamaan pada langit yang kian jingga, menapakkan jejak pada pasir putih yang membentang dari ujung ke ujung, pasangan suami-istri itu terlihat sangat bahagia dengan kebersamaan mereka.“Kau suka?” tanya David pada Rosalinne yang tengah memandang penuh binar bagaimana indahnya matahari tenggelam di balik lautan.“Terimakasih Dav,” Rosalinne berkaca-kaca di depan David.“Kau menangis? Hei-hei jangan menangis heum.”Sambil memeluk Rosalinne dalam dekapannya David mengecup bertubi-tubi kepala Rosalinne benar-benar menyayangkan air mata yang telah diteteskan istrinya.“Aku akan merindukan saat-saat seperti ini.”Mendongak, Rosalinne menata
Sreeeek… Suara pintu tergeser menjadi penanda kehidupan di kamar yang telah temaram itu. David Han dengan baik hati merapikan segala kekacauan yang telah keduanya perbuat. Tanpa niat mengusik ketenangan Rosalinne David melakukannya sendiri, bisa saja sebenarnya ia meminta pelayan untuk merapikan kekacauan yang telah mereka perbuat toh tanpa harus ditutupi mereka juga akan mengerti dengan apa yang telah terjadi, terlebih dengan status keduanya yang telah diketahui oleh umum. Ini sudah pukul 01.00 KST waktu dini hari yang menjadi saat-saat ternyenyak untuk melelapkan diri. Setelah membereskan kekacauan tadi David Han tak lantas menyusul sang istri untuk meringkuk dan berbagi selimut yang sama, pria itu justru mendatangi mini bar di kamar mereka. Bukan untuk menikmati sekaleng bir atau sejenisnya pria itu justru memilih kemasan air mineral di antara minuman-minuman berbagai rasa yang berjajar rapi di sana. Membuka penutupnya menikmati setiap aliran air yang men
Masih di atas kasurnya Rosalinne membaca keramaian sosial media, ditemani oleh temaram lampu Rosalinne dengan jeli membaca penuturan akun @lunaa_park yang telah menuliskan pembenaran terkait foto yang telah diunggahnya.@lunaa_park: Sebelumnya aku meminta maaf karna telah menyebabkan kehebohan yang sebelumnya tidak pernah aku duga. Foto ini diambil pada saat aku mengunjungi Nyonya Han dan memberikan bingkisan sebagai bentuk selamat atas pernikahannya. Aku rasa dengan penjelasan ini semua akan diluruskan kembali, tidak perlu menduga atau berspekulasi karna hubungan kami tidak lebih dari hanya saling mengenal. Terimakasih^^Sejujurnya Rosalinne tidak mempermasalahkan hal itu, ia merasa masa bodoh dengan pemberitaan media yang menilainya tapi di sisi lain kondisinya telah berbeda terlebih dengan marga Han yang telah disandangnya sehingga membuat beberapa hal menjadi sulit. Rosalinne tidak turun tangan mengatasi persoalan ini karna David sendiri yang memi
‘MEMILIKI STATUS POSISI YANG BERBEDA LUNA PARK MEMBAGIKAN KEBERSAMAAN DENGAN ISTRI SEORANG KONGLOMERAT!’‘HUBUNGAN LUNA PARK DENGAN ISTRI SAH DAVID HAN!’‘KEDEKATAN LUNA PARK DENGAN MENANTU KONGLOMERAT HAN’‘MILIKI HUBUNGAN BERBEDA, DAVID HAN BERHUBUNGAN DENGAN DUA ORANG WANITA!’‘DUA FIGUR BERBEDA DI BALIK KESUKSESAN DAVID HAN’Media telah menyebarkan berbagai judul artikel dalam kurun waktu kurang dari sehari. Waktu yang terbilang cepat hanya untuk mem-booming-kan sepotong gambar yang diupload oleh pemilik akun ensta bernama @lunaa_park yang tak lain dan tak bukan merupakan akun milik model papan atas Luna Park. Pengikutnya yang telah mencapai belasan juta itu telah meninggalkan banyak jejak digital dikolom komentar akun ensta miliknya, menyampaikan berbagai kalimat dari yang baik hingga beberapa yang sebenarnya kurang layak untuk dituliskan di media sosia
Suasana yang tenang dengan gemericik hujan sebagai playlist di pagi hari yang dingin. Setelah mengantar kepergian suaminya Rosalinne hanya bergelung menyimpan diri di balik selimut putih yang lembut. Rasanya hari ini ia benar-benar ingin bermalas-malasan sepanjang hari, melemaskan tubuhnya dengan sempurna sebagai wujud dari kemalasan yang nyata. Kembali mengenakan penutup matanya Rosalinne menjelma menjadi putri tidur di era modern. Sayangnya meski telah menutup mata bermenit-menit lamanya tetap saja rasa kantuk tak kunjung menghampirinya. Melepaskan penutup matanya Rosalinee bangkit dari tidurnya, sekilas perempuan itu melirik jendela besar di sudut kamar yang menampilkan ramainya tetes hujan.“Baiklah mari kita lihat ada berita apa hari ini.”Rosalinne menyibukkan jari-jarinya dengan membuka portal internet yang tersaji pada telepon genggam miliknya.“Menantu rahasia konglomerat Han, istri rahasia David Han, wanita cantik Han Corp, s
Semilir angin menjadi penyambut kedatangan Pasangan Han malam itu, setelah acara launching di siang hari maka di malam harinya diadakan jamuan semi party yang dihadiri oleh tamu-tamu undangan. Han Corp yang bernotabene sebagai perusahaan besar benar-benar menyajikan acara yang berkelas dan bernilai tinggi oleh karena itu orang-orang tidak pernah menganggap sepele setiap usaha dan bisnis yang dilakukan oleh Han Corp. Malam itu David Han dan pasangannya tampil memukau di tengah gelapnya malam. Bergandeng tangan menyapa setiap kerumunan tamu serta memamerkan senyum seolah menegaskan kebahagian yang tak terkira. David, pria dengan setelan semi formal berwarna gelap itu telihat gagah dan tampan di semua sisi. Jika saja lengan kirinya masih kosong mungkin malam itu para wanita akan berlomba untuk menyatakan cinta padanya, namun sayangnya kenyataan jelas berbeda dengan bayangan. Pria tampan itu telah menggandeng seorang perempuan cantik yang elegan dan terlihat cerdas, terlebih de
Rosalinne berdiam seorang diri menerima sapuan lembut dari angin yang melambai menyapanya dengan menerbangkan sebagain anak rambut miliknya yang jatuh. Sejenak menutup mata menikmati kesenangannya sendiri, menumpukan kedua tangannya pada bangku yang sedang didudukinya Rosalinne juga meluruskan kedua kakinya ke depan.Klotak…klotakRosalinne mendengarnya, mendengar suara hak sepatu yang menghantam lantai. Dari pendengarannya Rosalinne tahu jika langkah itu berhenti tepat di hadapannya, jika didengarkan lebih jauh ini bukanlah langkah kaki seorang pria hal itu jelas terdengar dari jenis ketukan kaki yang berbeda, lalu wangi ini juga berbeda. Bukan wangi seorang pria wanginya lebih lembut dan merupakan aroma yang segar seperti bunga. Membuka matanya Rosalinne menatap tenang Luna Park yang tersenyum ramah di hadapannya.“Nyonya Han,” sapanya dengan suara yang lembut.“Apakah kita pernah bertemu?”Seolah lupa inga
[Kirimkan ke kediaman Kim][Untuk setnya apakah anda ingin mengubahnya?][Tidak, cukup set utama. Perbaiki detailnya dan segera kirimkan.][Baik nyonya akan segera kami kirimkan.]Mematikan sambungan teleponnya Rosalinne kembali merapikan barang-barang di walkin closet miliknya. Beberapa pelayan terlihat menunjukkan beberapa pakaian termasuk beberapa pakaian santai, gaun, formal dan semi formal yang akan menggantikan koleksi musim dingin di lemari Rosalinne.“Tolong rapikan berdasarkan warnannya aku mau yang ini terlihat teratur.”Para pelayan mengangguk patuh dengan cepat tanggap segera mengerjakan apa yang dimau oleh si majikan.“Bibi Hong minta para pelayan untuk tidak membuang pakaian lamaku, aku ingin mereka disimpan dengan baik. Mungkin akan aku gunakan tahun depan jika masih bisa.”“Baik nyonya.”“Dan satu lagi tolong berikan aku ukuran tubuh masing-masing pelayan