Beranda / Romansa / Pernikahan Siri / Nganterin Istri Ngedate

Share

Nganterin Istri Ngedate

Penulis: E Rein
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-19 22:41:27

Emilio memindai tampilan Luisa, mata lelaki itu ke bawah, ke atas. Menatap penampilan Luisa dengan tatapan aneh.

“Gini mau keluar dengan pacar lo?”

“Iya, ada yang salah?”

Emilio mendecakkan lidahnya. “Lebih bagus daster ART di rumah mama gue, Sha,” komentarnya.

Luisa mendecakkan lidah. Tidak ada yang salah dengan tampilannya. Kemeja bermotif bunga besar-besar melekat ditubuhnya. Tidak norak sama sekali. Warna di motif juga kalem. Sengaja Luisa menggunakan belt di pinggang, dan celana warna putih. Hingga tidak tabrak lari fashionnya hari ini.

Tetap aja salah di mata Emilio.

“Ganti! Masa mau keluar kayak gini. Minimal pake dress, atau baju kemeja polos yang senada,” komentarnya.

Luisa memutar kedua bola matanya dengan sebal. “Ini aku yang mau ngadate atau kamu sih?”

“Lo. Tapi mata gue sakit ngelihatnya. Ganti! Ganti!”

Luisa merengus sebal. Entah sejak kapan lelaki ini jadi rempong seperti ini. Seakan-akan yang pergi ngedate itu mereka.

Luisa masuk ke dalam kamar. Melepas  kemeja bermotif itu, lalu mengambil baju kemeja berwarna putih. Celananya pun dia ganti dengan celana hitam.

Perempuan itu keluar dari kamar.

“Sha, mau ujian CPNS?”

“Hah?!”

Emilio tergelak. “Lo mau ujian? Hitam putih gitu. selera fashion lho jelek juga, ya.”

Luisa mendecakkan  lidahnya. “Il, Bokap dan Nyokap aku nggak ada di rumah. Stok baju yang aku bawa juga sedikit. Harap maklum!” dengus Luisa sebal. Baju yang dia cuci sih udah kering. Cuma, males banget mau nyerika. Lagian Mallory udah paham dan udah menerima kekuranga Luisa yang asal ngambil baju kalau lagi mode males.

“Oke. Kalau gitu lo ikut gue dulu sebelum pergi kencan,” ujar Emilio. Lelaki itu menyambar kunci mobil. Lalu menarik tangan Luisa meninggalkan apartemen.

Demi apa pun, ini benar-benar ribet dan Luisa sebal setengah mati.

Mereka tiba disebuah butik. Luisa hanya berdiri tegak. Sedangkan beberapa orang sedang mencoba mencarikan pakaian terbaiknya.

Luisa sudah malas sebenarnya. Beruntung nih satu jam lagi baru ketemu Mallory. Setidaknya dia masih bisa bersabar menghadapi kelakuan Emilio yang rada aneh menurutnya.

“Sha, cobain! Aku mau lihat,” ujar Emilio.

Luisa mengangguk malas. Perempuan  itu melangkah menuju bilik ganti, lalu mencoba satu persatua dress tersebut. Luisa keluar dari bilik ganti. Sedangkan Emilio duduk di sofa single sembari mengomentari dress itu. Kalau Luisa tidak salah hitung, sudah lima kali dress yang dia coba, tidak ada satu pun yang cocok menurut Emilio.

“Oke, ini dress terakhir. Kalau nggak cocok juga. Aku bakal batalin pertemuan dengan Mallory,” ujar Luisa pelan. hanya dirinya yang bisa mendengar kalimat barusan.

Luisa mengenakan dres dengan bagian atas yang terbuka. Namun, tetap anggun dan elengan. Warna cream engan perbaduan permata yang tidak lebai.

Dress itu tampak indah di tubuhnya. Namun, cukup berlebihan untuk suasana bertemu di taman.

Luisa keluar dari bilik ganti. Emilio terdiam sejenak. Lelaki itu mengagumi kecantikan Luisa.

“Oke, bungkus!” ujarnya.

Lusia menghela napas lelah.

Tidak berhenti di situ. Usai memilih dress. Emilio membawa Luisa ke salon, lalu mendadani Luisa secantik mungkin. Perempuan itu benar-benar disulap cantik.

Emilio sampai tidak berkedip. Seperti bidadari yang turun dari langit. Emilio kagum.

“MUA-nya keren,” puji Emilio. Aslinya sih muji Luisa. Hanya malu dan gengsi doang.

“Iya. Tapi, Il. Ini berlebihan. Aku cuma mau ketemu di taman,” ujar Luisa.

“What?!”

Lusia mencebikkan bibirnya. “Nggak nyambung kan?”

Emilio tergelak. Lelaki itu menggeleng. “Ya, udah deh, Sha. Sesekali lo kayak gini. Gue antar lo ke tamannya.”

“Beneran nggak ngerepotin?”

Emilio menggeleng. Aslinya Emilio penasaran dengan lelaki yang menjadi pacar Luisa. Sampai lelaki itu masuk ke dalam mimpi Luisa.

“Ayo! Entar telat lagi,” ujar Luisa.

Emilio mengangguk. Lelaki itu mengemudi dengan hati-hati. sesekali lelaki itu menoleh. Mencuri pandang pada istrinya. Bibir Emilio melengkung kecil. Secepat mungkin dia kembali memasang wajah datar.

Tiba di tempat yang Luisa maksud. Perempuan itu turun dari mobil. Lalu berlari ke arah kelaki yang sedang duduk di kursi taman. Luisa langsung berhamburan dalam pelukan Mallory. Sedangkan Emilio melihat kejadian itu dari dalam mobil

Tangan Lelaki itu memegang dadanya. Agak sesak. Tidak seharusnya Emilio marah, kan?

Bab terkait

  • Pernikahan Siri   Lamaran Mallory : Haruskah Luisa Menerima?

    “Sha, kamu nggak salah kayak gini?” tanya Mallory heran.Jelas Mallory heran. Secara, ya, Luisa itu penyuka warna pink. Senang mengenakan dress pink, atau apalah yang berbau dengan pink. Lantas sekarang perempuan itu terlihat elegant dan berkelas. Rambutnya dicepal dengan menyisakan sedikit bagian depannya. Lalu wajahnay full make up. Emang sih natural. Tetap aja aneh.Level dandan Luisa itu hanya liptik, blush on, eyeliner, alis, dan maskara. Hanya itu doang. Sesekali sih dia menempelkan eyeshadow di kelopak matanya. Lah, sekarang penampilannya beda banget. Wajar Lelaki pemilik mata hazer itu kaget heran.“A-anu. Itu tadi temen pengen coba dandani aku, Mall. Aneh, ya?”Mallory menggeleng. “Kamu terlihat cantik, Baby.”Blush.Luisa melengkungkan senyuman. Gadis itu duduk di samping Mallory, tangannya terus digenggang oleh lelaki yang mengenakan kemeja kotak-kotak lengan panjang itu. sesekali Mallory mengecup punggung tangan Luisa.“Aku kangen, Sha.”Luisa melengkungak senyuman. “Aku k

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-19
  • Pernikahan Siri   Tidur Bersama

    “Uh, terang banget! Aku masih mau tidur,” ujarnya sebal.Perempuan itu menutup matanya.Mentari telah naik keperaduan beberapa menit yang lalu dan sekarang sedang mengintip senyap-senyap pada celah jendela yang tertutup kain gorden kecoklatan itu.Gerakan Luisa agak sedikit terbatas, ada sesuatu yang mendesak di sekitarnya.“Apa sih ini?” gumamnya. Tangannya mulus dan munggil miliknya mendorong sesuatu yang terasa lembut dan halus. “Kok lembut?” tanya aneh dan polos.Luisa menekan-nekan dengan ujung jemarinya. Sesuatu itu bergerak, membuat tubuhnya bergetar. Cepat-cepat Luisa membuka mata.Gadis itu masih mengucek-ngucek mata, mengusir kantuk yang masih bersarang dipelupuk maatnya. Gadis itu sempat menguap sebentar, ia menutup mulutnya dengan telapak tangan. Kepalanya tampak berat. Ia memijat-mijat keningnya.Luisa sampai lupa niatnya membuka mata tadi. Benda kenyal dan lembut tadi hampir dia lupakan. Hidungnya mengendus, penciumannyamasih bagus, hidungnya mencium aroma maskulin yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-28
  • Pernikahan Siri   Tinggal Bersama

    Beberapa orang berpeci dan berjas berdiri tegap di depan pintu. Wajah mereka sangat dingin. Bak aparat yang sedang menangkap pelaku kriminal. Tak ada senyum, tanya tatapan penuh kebencian dan merendahkan.Jelas Emilio terkejut dan tak suka dengan tatapan itu."Siapa kalian dan mau apa kalian?" tanya dengan wajah dingin juga.Salah seorang dari mereka, muncul dari belakang. Wajahnya agak lebih teduh dan bersahabat. Lelaki itu sempat melengkungkan sedikit senyuman."Permisi, kami mendapat informasi, telah terjadi perzinahan di sini. Bapak tahu kamu punya aturan, dan bapak atas perbuatan bapak tersebut, akan mendapatkan hukuman dari kami.”‘Oh Shit!’ maki Emilio dalam hati. Panik jelaslah panik. Mereka tampak serius, dan Emilio yakin, namanya dan reputasinya akan hancur dalam sekejab.“Kami ingin masuk!” kata salah seorang dari orang itu. wajahnya cukup tegang dan datar. Intonasinya pun tegas.Emilio diam, lelaki itu bingung dengan situasi, kepalanya agak sedikit lola. Jelas, di dalam ad

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • Pernikahan Siri   Kamu Mimpi Burukku

    Emilio menaikkan satu alisnya, lelaki itu tidak habis pikir, antara polos atau memang bodoh perempuan di sampingnya ini. Kepalanya tak henti-henti menggeleng. Lelaki itu menggulung lengan kemeja hingga ke siku, menampilkan lengannya yang padat dan sedikit berurat.“Hanya gara-gara ini lo ke situ?” tanya tak habis pikir.Luisa mengangguk. Perempuan itu mengambil ponselnya. Tadi, dia menunjukkan chat yang dikirim oleh Merry.“Dia sahabatku, aku sering menjemputnya saat dia mabuk,” jawab Luisa jujur.“Lo nggak takut ke club. Tapi, lo takut tinggal sendirian di rumah. Aneh!”“Beda, Il,” sanggah Luisa. Perempuan itu membenarkan posisi duduknya, celana panjang yang dia kenakan cukup longgar, Luisa tak biasa mengenakan pakaian ketat atau pendek, walaupun di rumah.“Tetap aja aneh,” ujarnya. Emilio mengambil ponsel Luisa lagi, lelaki itu menyalin nomor Merry, lalu membuat pelacakan pada nomor tersebut. Kening Emilio mengerut seketika, dia tahu Luisa tidak berbohong. Namun, nomor yang menurut

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • Pernikahan Siri   Pantaskah Cemburu?

    Luisa memandangi pantulan wajahnya yang pucat pasi pada cermin bulat di depannya itu. Kedua tangannya mencengkeram erat pada sisi wastafel. “Kayak nyata,” ujarnya dengan penuh keyakinan. Luisa membiarkan rambutnya tergerai. Kantung matanya agak lebam, bibirnya pucat tanpa lipstick. “Mall, kangen,” ujarnya. Kelopak matanya langsung memerah. Setiap kali mengingat kekasihnya, air matanya tidak bisa tahan untuk tidak jatuh. Emilio memang bukan seperti yang dia bayangkan. Lelaki ini bahkan tidak berani macam-macam dengannya. Namun, cintanya, kekasih hatinya, Luisa merasa sudah menodai cintanya dengan Mallory. “Mall, bisakah kamu selamatkan aku dari keadaan seperti ini? Aku hanya pengen hidup dengan kamu. Mall,” ujarnya dengan perasaan penuh luka. “Sha, lo oke?” tanya Emilio khawatir. Hampir satu jam Luisa di kamar mandi, dan perempuan itu tidak keluar sama sekali. Luisa terperanjat. Perempuan itu membasuh wajahnya, lalu mengelapnya dengan handuk kecil. Luisa memutar tubuh, membuka pi

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-15

Bab terbaru

  • Pernikahan Siri   Lamaran Mallory : Haruskah Luisa Menerima?

    “Sha, kamu nggak salah kayak gini?” tanya Mallory heran.Jelas Mallory heran. Secara, ya, Luisa itu penyuka warna pink. Senang mengenakan dress pink, atau apalah yang berbau dengan pink. Lantas sekarang perempuan itu terlihat elegant dan berkelas. Rambutnya dicepal dengan menyisakan sedikit bagian depannya. Lalu wajahnay full make up. Emang sih natural. Tetap aja aneh.Level dandan Luisa itu hanya liptik, blush on, eyeliner, alis, dan maskara. Hanya itu doang. Sesekali sih dia menempelkan eyeshadow di kelopak matanya. Lah, sekarang penampilannya beda banget. Wajar Lelaki pemilik mata hazer itu kaget heran.“A-anu. Itu tadi temen pengen coba dandani aku, Mall. Aneh, ya?”Mallory menggeleng. “Kamu terlihat cantik, Baby.”Blush.Luisa melengkungkan senyuman. Gadis itu duduk di samping Mallory, tangannya terus digenggang oleh lelaki yang mengenakan kemeja kotak-kotak lengan panjang itu. sesekali Mallory mengecup punggung tangan Luisa.“Aku kangen, Sha.”Luisa melengkungak senyuman. “Aku k

  • Pernikahan Siri   Nganterin Istri Ngedate

    Emilio memindai tampilan Luisa, mata lelaki itu ke bawah, ke atas. Menatap penampilan Luisa dengan tatapan aneh.“Gini mau keluar dengan pacar lo?”“Iya, ada yang salah?”Emilio mendecakkan lidahnya. “Lebih bagus daster ART di rumah mama gue, Sha,” komentarnya.Luisa mendecakkan lidah. Tidak ada yang salah dengan tampilannya. Kemeja bermotif bunga besar-besar melekat ditubuhnya. Tidak norak sama sekali. Warna di motif juga kalem. Sengaja Luisa menggunakan belt di pinggang, dan celana warna putih. Hingga tidak tabrak lari fashionnya hari ini.Tetap aja salah di mata Emilio.“Ganti! Masa mau keluar kayak gini. Minimal pake dress, atau baju kemeja polos yang senada,” komentarnya.Luisa memutar kedua bola matanya dengan sebal. “Ini aku yang mau ngadate atau kamu sih?”“Lo. Tapi mata gue sakit ngelihatnya. Ganti! Ganti!”Luisa merengus sebal. Entah sejak kapan lelaki ini jadi rempong seperti ini. Seakan-akan yang pergi ngedate itu mereka.Luisa masuk ke dalam kamar. Melepas kemeja bermoti

  • Pernikahan Siri   Pantaskah Cemburu?

    Luisa memandangi pantulan wajahnya yang pucat pasi pada cermin bulat di depannya itu. Kedua tangannya mencengkeram erat pada sisi wastafel. “Kayak nyata,” ujarnya dengan penuh keyakinan. Luisa membiarkan rambutnya tergerai. Kantung matanya agak lebam, bibirnya pucat tanpa lipstick. “Mall, kangen,” ujarnya. Kelopak matanya langsung memerah. Setiap kali mengingat kekasihnya, air matanya tidak bisa tahan untuk tidak jatuh. Emilio memang bukan seperti yang dia bayangkan. Lelaki ini bahkan tidak berani macam-macam dengannya. Namun, cintanya, kekasih hatinya, Luisa merasa sudah menodai cintanya dengan Mallory. “Mall, bisakah kamu selamatkan aku dari keadaan seperti ini? Aku hanya pengen hidup dengan kamu. Mall,” ujarnya dengan perasaan penuh luka. “Sha, lo oke?” tanya Emilio khawatir. Hampir satu jam Luisa di kamar mandi, dan perempuan itu tidak keluar sama sekali. Luisa terperanjat. Perempuan itu membasuh wajahnya, lalu mengelapnya dengan handuk kecil. Luisa memutar tubuh, membuka pi

  • Pernikahan Siri   Kamu Mimpi Burukku

    Emilio menaikkan satu alisnya, lelaki itu tidak habis pikir, antara polos atau memang bodoh perempuan di sampingnya ini. Kepalanya tak henti-henti menggeleng. Lelaki itu menggulung lengan kemeja hingga ke siku, menampilkan lengannya yang padat dan sedikit berurat.“Hanya gara-gara ini lo ke situ?” tanya tak habis pikir.Luisa mengangguk. Perempuan itu mengambil ponselnya. Tadi, dia menunjukkan chat yang dikirim oleh Merry.“Dia sahabatku, aku sering menjemputnya saat dia mabuk,” jawab Luisa jujur.“Lo nggak takut ke club. Tapi, lo takut tinggal sendirian di rumah. Aneh!”“Beda, Il,” sanggah Luisa. Perempuan itu membenarkan posisi duduknya, celana panjang yang dia kenakan cukup longgar, Luisa tak biasa mengenakan pakaian ketat atau pendek, walaupun di rumah.“Tetap aja aneh,” ujarnya. Emilio mengambil ponsel Luisa lagi, lelaki itu menyalin nomor Merry, lalu membuat pelacakan pada nomor tersebut. Kening Emilio mengerut seketika, dia tahu Luisa tidak berbohong. Namun, nomor yang menurut

  • Pernikahan Siri   Tinggal Bersama

    Beberapa orang berpeci dan berjas berdiri tegap di depan pintu. Wajah mereka sangat dingin. Bak aparat yang sedang menangkap pelaku kriminal. Tak ada senyum, tanya tatapan penuh kebencian dan merendahkan.Jelas Emilio terkejut dan tak suka dengan tatapan itu."Siapa kalian dan mau apa kalian?" tanya dengan wajah dingin juga.Salah seorang dari mereka, muncul dari belakang. Wajahnya agak lebih teduh dan bersahabat. Lelaki itu sempat melengkungkan sedikit senyuman."Permisi, kami mendapat informasi, telah terjadi perzinahan di sini. Bapak tahu kamu punya aturan, dan bapak atas perbuatan bapak tersebut, akan mendapatkan hukuman dari kami.”‘Oh Shit!’ maki Emilio dalam hati. Panik jelaslah panik. Mereka tampak serius, dan Emilio yakin, namanya dan reputasinya akan hancur dalam sekejab.“Kami ingin masuk!” kata salah seorang dari orang itu. wajahnya cukup tegang dan datar. Intonasinya pun tegas.Emilio diam, lelaki itu bingung dengan situasi, kepalanya agak sedikit lola. Jelas, di dalam ad

  • Pernikahan Siri   Tidur Bersama

    “Uh, terang banget! Aku masih mau tidur,” ujarnya sebal.Perempuan itu menutup matanya.Mentari telah naik keperaduan beberapa menit yang lalu dan sekarang sedang mengintip senyap-senyap pada celah jendela yang tertutup kain gorden kecoklatan itu.Gerakan Luisa agak sedikit terbatas, ada sesuatu yang mendesak di sekitarnya.“Apa sih ini?” gumamnya. Tangannya mulus dan munggil miliknya mendorong sesuatu yang terasa lembut dan halus. “Kok lembut?” tanya aneh dan polos.Luisa menekan-nekan dengan ujung jemarinya. Sesuatu itu bergerak, membuat tubuhnya bergetar. Cepat-cepat Luisa membuka mata.Gadis itu masih mengucek-ngucek mata, mengusir kantuk yang masih bersarang dipelupuk maatnya. Gadis itu sempat menguap sebentar, ia menutup mulutnya dengan telapak tangan. Kepalanya tampak berat. Ia memijat-mijat keningnya.Luisa sampai lupa niatnya membuka mata tadi. Benda kenyal dan lembut tadi hampir dia lupakan. Hidungnya mengendus, penciumannyamasih bagus, hidungnya mencium aroma maskulin yang

DMCA.com Protection Status