Share

Bab 4 Pria Keren dan Tempat Aneh

Perbincangan itu terdengar sangat menakutkan, dan aku pun berpikir keperawananku tak akan lama lagi akan di renggut di apartemen ini. Aku semakin sangat sedih, dan tidak tahu harus bagaimana. Tapi terus saja pria ini mengulurkan tangannya padaku, entah apa maksudnya tetapi ia tidak pernah menarik tangannya kembali.

“Aku...aku harus bagaimana? Ikut dengannya atau aku akan mati bersama mereka?” ucapku berpikir. Aku benar- benar terjebak. Di sini ada vampir dan di luar ada pria mesum. Aku pun mengepalkan tanganku dan menggapai tangan pria itu. Aku segera berdiri dengan bantuannya. Pria itu tersenyum, dan ia tak bicara sepatah kata pun padaku. Tidak disangka olehku, pria ini memeluk erat diriku. Aku tak bisa bergerak dalam pelukannya, pelukannya sangat kuat padaku. Bergerak saja, aku tidak bisa. Ia seperti tidak akan melepaskan diriku. Dalam pelukan erat ini, aku sendiri pun dapat merasakan detak jantungku yang semakin cepat, karena diriku semakin takut dan panik.

Tetapi semakin lama dalam pelukannya, perasaanku mulai tenang hingga aku bisa bernapas dengan legah. Aku merasakan kehangatan dalam dirinya, dan merasakan dia bukanlah pria yang jahat. Tetapi sesuatu yang tidak terduga terjadi lagi padaku. Pria ini menutupi kedua mataku dengan satu tangannya, hingga aku hanya bisa melihat kegelapan. Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah ini. Benar- benar gelap dan hening, tetapi aku tidak pernah mendengar suara keamanan yang bejat itu bahkan suara pintu lift terbuka.

Tidak lama kemudian, aku merasakan tangan pria ini tidak lagi menutupi mataku. Aku pun membuka mataku perlahan-lahan. Cahaya putih segera mengisi penglihatanku. Aku melihat sesuatu yang berbeda, dan tidak lagi berada di lift. Aku berada di sebuah taman belakang yang luas. Tetapi taman ini sungguh mengerikan. Taman ini tidaklah ditumbuhi oleh bunga- bunga melainkan tanaman yang mati dan ini seperti pemakaman. Tetapi aku melihat jauh tempat ini, tak jauh dari sini pepohonan tumbuh dengan subur. Mungkin itu adalah hutan belantara, karna aku melihat pepohonan yang tumbuh menjulang tinggi ke langit dan semak belukar yang menghiasi di bawahnya sudah dapat menebaknya. Hutan itu mengerikan, sungguh gelap dan tidak satupun cahaya bulan dapat menembusnya. Menerangi bagian bawah pepohonan itu.

Angin berhembus di belakangku hingga membuat bulu kuduk berdiri, aku merasa ada seseorang di belakang dan tidak hanya angin yang berhembus. Aku pun segera menoleh ke belakang dan terkejut melihat seorang pria berpakaian kerajaan telah berdiri tepat di depanku.

Aku mengambil langkah mundur, dan ingin mengambil langkah seribu tetapi setelah aku melihat matanya. Aku tidak bisa lari begitu saja. Aku melihat matanya hitam semerah darah, dan aku yakin itu bukanlah manusia biasa.

Ia pun berucap padaku, “Aku telah menyelamatkan kamu, maka tinggallah di sini untukku!”.

Mendengar ucapan permintaan darinya itu, aku terkejut. Aku merasa tidak mungkin untuk tinggal bersamanya disini, aku harus menemui ibuku dan mengatakan sesuatu yang kudengar padanya. Aku ingin tahu apa pendapat ibuku soal yang aku dengar ini.

“A-apa? Itu tidak mungkin, aku tidak bisa tinggal disini. Aku harus menemui ibuku, aku harus menyelesaikan masalahku dengannya” jawabku menolak permintaannya.

“Hah, manusia ya! Manusia itu memang keras kepala, kalau begitu aku juga tidak akan bisa mengantarmu pulang. Kamu pulang saja sendiri!” jawabnya menyudahi perbincangan ini.

Pria itu pun pergi meninggalkanku, ia memasuki rumah besar yang bisa disebut sebagai istana. Aku pun terdiam mendengar jawabannya, aku pikir dia akan marah padaku tapi ternyata dia hanya tidak akan mengantarku pulang.

“Ya, ya baiklah. Aku bisa pulang sendiri tanpamu!” ucapku kesal padanya.

Aku pun segera mengeluarkan ponselku, dan mencari jalan pulang dengan bantuan maps. Tetapi Maps lokasiku saat ini tidak terbaca di Maps, sementara lokasi tujuanku pergi terbaca di Maps. Ini sungguh aneh, aku pun tidak tahu berada di mana. Ini seperti di tempat terasing.

Aku pun bergegas masuk ke rumah besar ini, dan mencari pria yang membawaku kemari. Menginjakkan kaki pertama kali di rumah orang lain. Begitu masuk ke rumah ini, rumah ini jelas sangat lah luas. Rumah ini juga memiliki barang koleksi klasik kerajaan. Semuanya terukir dengan indah, tertata rapi dan tak berdebu sedikit pun. Aku terus berjalan, tetapi di setiap langkahku aku selalu saja merasakan aura yang aneh. Aura kegelapan yang mengerikan. Setiap langkah aku selalu berpaling ke belakang hanya untuk memastikan aku akan baik- baik saja.

Tiba- tiba aku melihat seorang gadis dengan gaun yang indah menuruni tangga, ia tersenyum dan menyapa diriku.

“Hai! Apakah kamu tamu itu? Wah, selamat datang di rumahku ya! Siapa namamu nona?” sapanya padaku sembari tersenyum manis.

“Namaku? Namaku An. Siapa namamu? Kamu juga cantik, aku merasa bertemu dengan seorang putri”

“Ya begitulah. Namaku Putri Aresha, kamu boleh memanggilku Aresha saja. Apakah kamu tadi bertemu dengan Akira?”

“Akira? Siapa dia?”

“Oh, jadi dia belum memperkenalkan dirimu padanya ya? Dia itu seorang pria yang baik dan dia lah yang memimpin tempat ini.”

“Oh begitu ya? Ya sepertinya aku juga harus mencarinya. Apa kamu tahu dia dimana? Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padanya”

“Benarkah? Kamu ingin bertanya apa padanya?”

“Ya tentu, aku hanya bertanya hal mudah saja. Oya, apa kamu tahu ini itu dimana? Aku melihat ponselku, Maps lokasiku saat ini tidak terbaca!”

“Oh ya ampun! Itu memang benar, ya itu karena tempat ini... ah bagaimana menjelaskannya ya? Kamu bisa tanya pada Akira soal itu. Aku gak bisa jawab!” jawabnya dengan ekspresi sedih.

“Ya tidak apa jika kamu tidak bisa menjawabnya. Sekarang dia dimana ya?”

“Mungkin dia di ruang kerjanya, tapi kita gak boleh kesana. Dia ingin berkonsentrasi sendirian, kita bisa menunggunya disini. Bagaimana kalau kita duduk dulu? Ya nanti Akira juga akan kesini lagi!”

“Ya baiklah jika begitu, tidak masalah!”

Kemudian aku dan Aresha duduk di sofa. Sofa ini sangat empuk dan nyaman. Warnanya juga cerah, dan ada bunga mawar di atas mejanya.

Sembari duduk, aku memperhatikan seisi ruangan ini dan berbincang dengan Aresha.

“Aresha, kamu tinggal sama siapa disini?”

“Ya aku tinggal sama ayah dan kakak”

“Ibumu?”

“Oh ibu, kata ayah sih ibu ada. Hanya saja kami belum diperbolehkan bertemu dengan ibu. Ayah bilang, ayah akan mencari ibu dan membawanya kembali”

Mendengar jawaban Aresha begitu, aku pun berpikir tentang keluarga ini. Ya sepertinya keluarga ini memiliki masalah soal keluarga dan itu artinya aku tidak boleh terus mempertanyakan soal keluarga ini. Aku harus bertanya tentang hal yang lain dan harus lebih menarik daripada soal keluarga.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status