Perbincangan itu terdengar sangat menakutkan, dan aku pun berpikir keperawananku tak akan lama lagi akan di renggut di apartemen ini. Aku semakin sangat sedih, dan tidak tahu harus bagaimana. Tapi terus saja pria ini mengulurkan tangannya padaku, entah apa maksudnya tetapi ia tidak pernah menarik tangannya kembali.
“Aku...aku harus bagaimana? Ikut dengannya atau aku akan mati bersama mereka?” ucapku berpikir. Aku benar- benar terjebak. Di sini ada vampir dan di luar ada pria mesum. Aku pun mengepalkan tanganku dan menggapai tangan pria itu. Aku segera berdiri dengan bantuannya. Pria itu tersenyum, dan ia tak bicara sepatah kata pun padaku. Tidak disangka olehku, pria ini memeluk erat diriku. Aku tak bisa bergerak dalam pelukannya, pelukannya sangat kuat padaku. Bergerak saja, aku tidak bisa. Ia seperti tidak akan melepaskan diriku. Dalam pelukan erat ini, aku sendiri pun dapat merasakan detak jantungku yang semakin cepat, karena diriku semakin takut dan panik.
Tetapi semakin lama dalam pelukannya, perasaanku mulai tenang hingga aku bisa bernapas dengan legah. Aku merasakan kehangatan dalam dirinya, dan merasakan dia bukanlah pria yang jahat. Tetapi sesuatu yang tidak terduga terjadi lagi padaku. Pria ini menutupi kedua mataku dengan satu tangannya, hingga aku hanya bisa melihat kegelapan. Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah ini. Benar- benar gelap dan hening, tetapi aku tidak pernah mendengar suara keamanan yang bejat itu bahkan suara pintu lift terbuka.
Tidak lama kemudian, aku merasakan tangan pria ini tidak lagi menutupi mataku. Aku pun membuka mataku perlahan-lahan. Cahaya putih segera mengisi penglihatanku. Aku melihat sesuatu yang berbeda, dan tidak lagi berada di lift. Aku berada di sebuah taman belakang yang luas. Tetapi taman ini sungguh mengerikan. Taman ini tidaklah ditumbuhi oleh bunga- bunga melainkan tanaman yang mati dan ini seperti pemakaman. Tetapi aku melihat jauh tempat ini, tak jauh dari sini pepohonan tumbuh dengan subur. Mungkin itu adalah hutan belantara, karna aku melihat pepohonan yang tumbuh menjulang tinggi ke langit dan semak belukar yang menghiasi di bawahnya sudah dapat menebaknya. Hutan itu mengerikan, sungguh gelap dan tidak satupun cahaya bulan dapat menembusnya. Menerangi bagian bawah pepohonan itu.
Angin berhembus di belakangku hingga membuat bulu kuduk berdiri, aku merasa ada seseorang di belakang dan tidak hanya angin yang berhembus. Aku pun segera menoleh ke belakang dan terkejut melihat seorang pria berpakaian kerajaan telah berdiri tepat di depanku.
Aku mengambil langkah mundur, dan ingin mengambil langkah seribu tetapi setelah aku melihat matanya. Aku tidak bisa lari begitu saja. Aku melihat matanya hitam semerah darah, dan aku yakin itu bukanlah manusia biasa.
Ia pun berucap padaku, “Aku telah menyelamatkan kamu, maka tinggallah di sini untukku!”.
Mendengar ucapan permintaan darinya itu, aku terkejut. Aku merasa tidak mungkin untuk tinggal bersamanya disini, aku harus menemui ibuku dan mengatakan sesuatu yang kudengar padanya. Aku ingin tahu apa pendapat ibuku soal yang aku dengar ini.
“A-apa? Itu tidak mungkin, aku tidak bisa tinggal disini. Aku harus menemui ibuku, aku harus menyelesaikan masalahku dengannya” jawabku menolak permintaannya.
“Hah, manusia ya! Manusia itu memang keras kepala, kalau begitu aku juga tidak akan bisa mengantarmu pulang. Kamu pulang saja sendiri!” jawabnya menyudahi perbincangan ini.
Pria itu pun pergi meninggalkanku, ia memasuki rumah besar yang bisa disebut sebagai istana. Aku pun terdiam mendengar jawabannya, aku pikir dia akan marah padaku tapi ternyata dia hanya tidak akan mengantarku pulang.
“Ya, ya baiklah. Aku bisa pulang sendiri tanpamu!” ucapku kesal padanya.
Aku pun segera mengeluarkan ponselku, dan mencari jalan pulang dengan bantuan maps. Tetapi Maps lokasiku saat ini tidak terbaca di Maps, sementara lokasi tujuanku pergi terbaca di Maps. Ini sungguh aneh, aku pun tidak tahu berada di mana. Ini seperti di tempat terasing.
Aku pun bergegas masuk ke rumah besar ini, dan mencari pria yang membawaku kemari. Menginjakkan kaki pertama kali di rumah orang lain. Begitu masuk ke rumah ini, rumah ini jelas sangat lah luas. Rumah ini juga memiliki barang koleksi klasik kerajaan. Semuanya terukir dengan indah, tertata rapi dan tak berdebu sedikit pun. Aku terus berjalan, tetapi di setiap langkahku aku selalu saja merasakan aura yang aneh. Aura kegelapan yang mengerikan. Setiap langkah aku selalu berpaling ke belakang hanya untuk memastikan aku akan baik- baik saja.
Tiba- tiba aku melihat seorang gadis dengan gaun yang indah menuruni tangga, ia tersenyum dan menyapa diriku.
“Hai! Apakah kamu tamu itu? Wah, selamat datang di rumahku ya! Siapa namamu nona?” sapanya padaku sembari tersenyum manis.
“Namaku? Namaku An. Siapa namamu? Kamu juga cantik, aku merasa bertemu dengan seorang putri”
“Ya begitulah. Namaku Putri Aresha, kamu boleh memanggilku Aresha saja. Apakah kamu tadi bertemu dengan Akira?”
“Akira? Siapa dia?”
“Oh, jadi dia belum memperkenalkan dirimu padanya ya? Dia itu seorang pria yang baik dan dia lah yang memimpin tempat ini.”
“Oh begitu ya? Ya sepertinya aku juga harus mencarinya. Apa kamu tahu dia dimana? Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padanya”
“Benarkah? Kamu ingin bertanya apa padanya?”
“Ya tentu, aku hanya bertanya hal mudah saja. Oya, apa kamu tahu ini itu dimana? Aku melihat ponselku, Maps lokasiku saat ini tidak terbaca!”
“Oh ya ampun! Itu memang benar, ya itu karena tempat ini... ah bagaimana menjelaskannya ya? Kamu bisa tanya pada Akira soal itu. Aku gak bisa jawab!” jawabnya dengan ekspresi sedih.
“Ya tidak apa jika kamu tidak bisa menjawabnya. Sekarang dia dimana ya?”
“Mungkin dia di ruang kerjanya, tapi kita gak boleh kesana. Dia ingin berkonsentrasi sendirian, kita bisa menunggunya disini. Bagaimana kalau kita duduk dulu? Ya nanti Akira juga akan kesini lagi!”
“Ya baiklah jika begitu, tidak masalah!”
Kemudian aku dan Aresha duduk di sofa. Sofa ini sangat empuk dan nyaman. Warnanya juga cerah, dan ada bunga mawar di atas mejanya.
Sembari duduk, aku memperhatikan seisi ruangan ini dan berbincang dengan Aresha.
“Aresha, kamu tinggal sama siapa disini?”
“Ya aku tinggal sama ayah dan kakak”
“Ibumu?”
“Oh ibu, kata ayah sih ibu ada. Hanya saja kami belum diperbolehkan bertemu dengan ibu. Ayah bilang, ayah akan mencari ibu dan membawanya kembali”
Mendengar jawaban Aresha begitu, aku pun berpikir tentang keluarga ini. Ya sepertinya keluarga ini memiliki masalah soal keluarga dan itu artinya aku tidak boleh terus mempertanyakan soal keluarga ini. Aku harus bertanya tentang hal yang lain dan harus lebih menarik daripada soal keluarga.
“Oh ya ampun! Itu memang benar, ya itu karena tempat ini... ah bagaimana menjelaskannya ya? Kamu bisa tanya pada Akira soal itu. Aku gak bisa jawab!” jawabnya dengan ekspresi sedih. “Ya tidak apa jika kamu tidak bisa menjawabnya. Sekarang dia dimana ya?” “Mungkin dia di ruang kerjanya, tapi kita gak boleh kesana. Dia ingin berkonsentrasi sendirian, kita bisa menunggunya disini. Bagaimana kalau kita duduk dulu? Ya nanti Akira juga akan kesini lagi!” “Ya baiklah jika begitu, tidak masalah!” Kemudian aku dan Aresha duduk di sofa. Sofa ini sangat empuk dan nyaman. Warnanya juga cerah, dan ada bunga mawar di atas mejanya. Sembari duduk, aku memperhatikan seisi ruangan ini dan berbincang dengan Aresha.
“Kapan?” “Saat aku menjemputnya dan membawanya kemari. Aku pergi meninggalkannya karena dia masih ketakutan, aku tidak mau membuatnya sampai jatuh pingsan. Maka dari itu aku memintamu untuk menemaninya!” “Akira, ya aku mengerti sekarang. Aku dan Aresha akan menemaninya besok, kamu persiapkan saja dirimu baik- baik. Ya, nanti akan ada waktunya juga untukmu bertemu dengannya. Kami berdua tidak mungkin terus menemaninya” ucap Yasashi. “Kenapa? Bukankah akan lebih baik kalian berdua menemaninya, dengan begitu dia akan menerima kalian kan?” “Ya benar sih, tapi dengan begitu pula ia akan menaruh hatinya padaku!” ucap Yasashi tersenyum manis. Ucapan Yasashi tidaklah lucu bagi Akira, justru Akira di buat kesal dengan ucapa
Perlahan- lahan kami tiba kota dengan pemandangan yang menarik dan menakjubkan. Kereta kuda ini berhenti, aku pun bergegas keluar bersama Aresha. “Wah, menarik sekali! Apa nama kota ini?” tanyaku padanya. “Ya tentu saja seperti kataku, sangat menarik kan? Nama kota ini adalah Kota Flower” “Apa? Kota Flower?” tanyaku terkejut mendengar nama kota ini, aku merasa tidak asing dengan nama kota ini. Nama kota ini mirip dengan nama kota dalam novel karanganku. “Ya, Kota Flower.” “Oh, apakah mereka semua sedang melakukan festival?” “Festival? Tidak, tidak ada festival di bulan ini. Kenapa kamu bertanya tentang festival?” “Ah ya karena k
Aku pun mulai mengeluarkan handphone dari dalam tasku, lalu mulai menghubungi ibuku. Deringan telpon berbunyi, menunggu beberapa saat untuk terhubung yang tidak lama kemudian telponku diterima oleh seseorang yang tidak lain adalah ibuku. “Hallo, An!” Aku mendengar suara ibu, aku merasa senang bercampur sedih. “Ibu, ini aku An. Aku ingin bicara dengan ibu. Apa ibu punya waktu sebentar untukku?” “An! Syukurlah kamu baik- baik saja, dimana kamu sekarang? Ibu harap kamu tidak kembali. Jangan pernah kembali kemari An. Pergi lah sejauh- jauhnya, jangan pernah kembali An” ucap ibu dengan nada bicara senang bercampur sedih. “Ibu, apa yang terjadi? Katakan padaku, apa yang terjadi?”
Aku yang mendengar ucapan perempuan itu sontak kaget, aku mulai berpikir sesuatu telah menimpa keluargaku disana. Aku berpikir perempuan ini telah membunuh keluargaku. Sontak aku langsung syok, dan menangis. Aku tidak langsung mematikan ponselku, melainkan segera menyimpan rekaman perbincangan yang kudengar lewat ponsel ini. Ponselku selalu melakukan hal otomatis saat menghubungi seseorang. Ponselku telah mengatur rekaman ini sejak awal, dan aku secepatnya menyimpan rekaman ini lalu mengakhiri komunikasi ini. Aku tidak boleh panik dan menduga berlebihan tentang keluargaku, aku pun secepatnya meminta bantuan orang lain yang tidak lain adalah tetanggaku yang dulu, dan kini dia sudah pindah tetapi aku masih menyimpan ponselnya saat aku masih serumah dengan ibuku. Aku pun mengirimkan pesan padanya, “Pagi Bibi Mei, ini aku An. Aku baik- baik saja disini. Aku ingin meminta bantuan bibi, bisakah bibi datang ke r
Dedaunan kembali berjatuhan. Sementara di atas pohon besar ini, diriku telah melihat siapa yang membuat getaran hebat dan hampir membuatku jatuh dari pohon ini. dia tidak lain adalah seorang laki- laki yang memukul pohon dengan sekuat tenaganya, bersama ketiga teman pria. Dia melakukannya lagi, dan aku tidak bisa bertahan dengan baik. Aku terlepas dari pengganganku, dan aku terjatuh dari atas pohon bersamaan dedaunan yang berjatuhan. “Aaaaa......!!!” teriakku dengan ketakutan yang hampir membuatku mati. Aku pikir jatuh dari pohon itu akan membuatku mati, tetapi kenyataannya tidak. Aku jatuh dan menimpa seseorang di bawah. “Brukk!” suara jatuh diriku menimpa seorang pria di bawahnya. Terjatuh menimpa pria itu dengan posisi berada diatas tubuhnya, karena jatuh dari poh
Aku pun segera meminum air pemberian pria ini. Segar dan sejuk, dan aku mendapatkan energiku lagi. Itu lah yang aku rasakan setelah meminum air ini. Aku merasa lega dan kesadaranku kembali. Setelah terasa cukup untuk minum, aku segera mengembalikan minuman ini pada pria itu.“Ini, terima kasih
Brother kedua pun berucap, “Brother, kamu mau kemana?”“Ya pulang lah, kenapa harus terus disana? Apa tidak ada tempat lain?”Dua brother pun segera menyusulnya, sembari berjalan brother kedua berucap “Younger brother, saya dan brothe