"Sarah, dia sudah di depan. Maaf, aku harus pergi sekarang sebelum dia masuk dan membuat semua orang geger," ucap Jovanka lantas berdiri dari kursinya, dia meninggalkan Sarah yang melongo menatap ke luar sana."Bukankah itu Rich Cullen? Jovanka berurusan dengan keluarga itu?"Sarah tak percaya, ternyata klien sahabatnya adalah Rich Cullen, salah satu CEO terkenal di kota itu. Bukan hal aneh jika Sarah mengenalnya, sebab beberapa kali Sarah ikut menghadiri pesta bersama orang tuanya dan bertemu dengan orang-orang kelas atas. Di luar, Jovanka mengajak Rich masuk ke mobil, seakan dia lah pemilik mobil itu. Dia bahkan membentak saat Rich tidak bergerak sama sekali."Tuan Rich, jika Anda tak masuk sekarang, aku akan pergi dengan mobil ini!" ancam Jovanka kemudian.Rich bergegas masuk ke bangku kemudi, entah kenapa gadis itu justru marah ketika dia berbiak hati datang menjemputnya."Ada yang masalah, Jovanka? Kau sepertinya tidak senang dengan kedatanganku."Maksudnya, Jovanka harus berter
Mimpi! Bahkan di dalam mimpi sekali pun, Jovanka tidak akan pernah berminat menjadi istri kedua pria itu. Dia mundur semakin jauh sampai punggungnya bersentuhan dengan tembok."Jovanka," panggil Rich, berdiri menyusul gadis itu. Dia berlutut sekali lagi, seperti yang dilakukan di vila tempo hari. "Aku menyukaimu, Jovanka, aku harap kau bisa menerima semua pemberianku."Jovanka membuat kepalanya menggeleng pertanda dia tak ingin mendengarkan apa pun. Pengakuan Rich yang tiba-tiba sungguh membuatnya tidak mampu berdiri dengan benar. Jovanka sampai terduduk di atas lantai restoran.Rich yang terkejut lantas berlari untuk menolongnya, tapi Jovanka membuat tangannya ke depan sebagai isyarat 'stop'."Jangan mendekat. Tolong... menjauh dariku," ucap Jovanka lemah.Sebelum mereka terikat perjanjian ini, Rich sudah menuduhnya mengincar pria itu. Ditambah lagi dengan semua tuduhan Cataline, bahkan sampai membuat Jovanka masuk Rumah Sakit saat itu. Pasangan suami istri itu adalah orang kejam ya
"Dasar pria gila tak punyak otak!" Sejak kembali dari kampus, Jovanka seperti orang linglung memikirkan semua ucapan Rich. Dia tidak mengerti kenapa pria itu harus memberinya berbagai hadiah juga berkata menyukainya. Semakin Jovanka memikirkannya, dia merasa otaknya juga ikut menjadi gila. Dia lemparkan selimut dari atas ranjang dan menatapnya tajam, seakan selimut itu adalah wajah Rich yang menyebalkan. "Aku tahu, kau pasti masih berpikir aku berniat menggodamu, karena itu kau ingin mengujiku Tapi kau harus tahu, aku sama sekali tidak tertarik dengan hadiah sialan dan kata-kata sukamu!" kata Jovanka, seakan Rich ada di sana. Sangat kesal dia. Belum lama ini pasangan itu menuduhnya ingin menghancurkan rumah tangga mereka, bahkan Rich juga pernah berkata tidak pernah tertarik pada gadis kampungan seperti Jovanka. Tapi kenapa, kenapa pria itu tiba-tiba sok perhatian, memberikan bunga dan menjemputnya makan siang, lalu mengatakan rasa suka? Wajar bukan, jika Jovanka menganggap Rich p
"Tuan Ken, itu... boleh aku bertanya sesuatu?"Jovanka mendatangi Kenrick ke taman depan, dia merasa gugup saat pria itu memutar badan melihat padanya. Dia menjadi kikuk, takut jika nanti justru membuat masalah baru datang padanya. Tapi... jika dia tetap diam, hatinya tidak akan bisa tenang."Silakan, Nona, apa yang ingin Anda tanyakan?" sahut Ken, melihat Jovanka yang masih tetap diam.Sempat Jovanka mengurunkan niat untuk bertanya, tapi dia kemudian berpikir wajar saja ingin tahu tentang kliennya."Sebenarnya... ini agak sensitif. Aku tidak ingin Anda berpikir macam-macam, tapi aku harus mengatakannya."Tapi bagaimana caranya untuk memulai? Jovanka meremas kedua tangannya untuk menghilangkan rasa canggung.Pria yang kini menjadi bodyguard-nya itu seperti paham apa yang dipikirkan Jovanka, jadi Ken meyakinkannya."Aku mengerti, jadi Anda tak perlu ragu."Baiklah, Jovanka mendapat lampu hijau untuk membuka mulut."Itu... apakah rumah tangga Tuan Rich dan Nyonya Cataline baik-baik saj
Hampir satu jam mereka memutari kota dan Rich selalu menghentikan mobilnya di depan restoran yang mereka lewati. Tapi setiap dia mengajak turun, Jovanka menolak. Entah lah harus berapa restoran lagi yang harus mereka cari."Di sini? Mungkin kau ingin makanan laut?" Rich berhenti lagi, menunjuk restoran sea food di depan sana.Mengarahkan pandangan ke atas, Jovanka kembali menggeleng. "Mereka juga menyiapkan beberapa makanan laut di rumah, tapi itu juga membuat aku mual."Oh God... lantas, makanan seperti apa yang tidak membuatnya mual? Rich membawa mobilnya kembali, menekan rasa kesal ke dalam.Di depan restoran cepat saji mereka kembali berhenti, kali ini Rich berharap Jovanka akan memberi jawaban yang memuaskan."Aku tak yakin makanan cepat saji sehat untuk bayi. Tapi daripada kau menahan lapar, kali ini aku akan mengizinkanmu menikmatinya. Ayo, kita turun sekarang."Bisa saja Jovanka merindukan makanan cepat saji yang menjadi kesukaan semua anak muda jaman sekarang, mengingat belak
Bagaimana bisa pria ini menanyakan hal yang tak masuk akal? Kasih sayang ibu dan bayi katanya? Memangnya, kenapa Jovanka harus menyayangi bayi orang lain? Bahkan Cataline saja tidak mau menerima bayi sendiri, dan Jovanka harus merasakan cinta pada janin itu?Ya, benar. Jovanka memang kerap merasa bertanggung jawab atas bayi di perutnya. Ketika menginginkan makanan cepat saji, dia berusaha menahannya agar janin itu sehat di dalam sana. Jovanka juga sering memikirkan nasib bayi itu jangan sampai seperti dirinya. Tapi bukan berarti hal itu adalah kasih sayang ibu dan bayinya, kan? Dia hanya sarang sementara, bayi itu tetap lah milik orang lain!"Aku masih sangat muda dan hidupku benar-benar berantakan. Kumohon, jangan pernah berpikir Anda akan meninggalkan bayi ini denganku," kata Jovanka kemudian.Bagaimana nasib anak itu nanti bersama Jovanka? Bahkan untuk makan pun dia sering kesulitan."Tidak, Jovanka, jangan berkata demikian." Rich menenangkan Jovanka yang terlihat sangat khawatir d
"Sarah, aku pasti tidak waras!" kata Jovanka tiba-tiba, membuat Sarah mengalihkan wajah pada sahabatnya.Mereka tengah duduk di pelataran kampus sembari menunggu kelas berikutnya. Sarah mendengus kecil sebelum menjawab perkataan sahabatnya."Kau baru sadar? Kau memang sudah gila semenjak memutaskan menjadi ibu pengganti!" Masalah uang kuliah sudah teratasi. Sekarang Jovanka mendapat beasiswa yang akan menanggung semua biaya selama kuliah. Seharusnya Jovanka membatalkan menerima kontrak dengan kliennya, karena tak perlu memikirkan buaya lagi. Sarah sempat kesal menganggap Jovanka terlalu menginginkan uang."Kau bisa bekerja setelah lulus, kenapa tidak kau tolak saja kontrak dengan mereka? Kau begitu ingin uang?" Dia menatap Jovanka dari atas ke bawah sebelum kembali berkata, "Aku tahu kau kesulitan selama ini. Tapi jika demi pakaian mewah ini kau berurusan dengan mereka, itu sangat keterlaluan.""Kau pikir aku membelinya? Bahkan aku belum memakai sedikit pun dari uang mereka. Tuan Ri
Sarah tak bisa percaya. Lihat lah Queena dengan penampilan modis dan segala kemewahannya, sedangkan Jovanka... pakaian saja dia tak punya sebelum menjadi seorang ibu pengganti. Keluarga macam apa mereka ini?Bahkan media tak pernah menyebutkan nama Jovanka sebagai putri keluarga itu. Sarah juga pernah membaca biografi tentang Ferry Hernandez yang disebutkan memiliki tiga anak beserta foto anak istrinya. Lantas kenapa Jovanka menjadi putri Hernandez? Bukankan ini sangat tak masuk akal?"Inikah yang kau katakan, Jova? Ferry Hernandez adalah pemilik perusahaan yang kau sebut ayahmu, tadi?" tanya Sarah untuk memastikan.Jovanka sudah sangat lemas dan takut sampai tak mampu membuka mulutnya lagi, sementara Queena tak senang ketika ada orang lain yang tahu mereka bersaudara."Tutup mulutmu dan jangan pernah katakan apa pun, ini urusan keluarga kami!" kata Queena memperingatkan.Sarah tertawa. Sangat bodoh, dia merasa sudah seperti orang bodoh yang tak tahu apa-apa tentang sahabatnya sendiri