lunas yang 1 bab yah akak semuanya đ terima kasih sudah membaca, jangan lupa mampir ke RAHASIA HATI: TERPERANGKAP MENJADI ISTRI KEDUA CEO DINGIN terima kasih đ»
Amaya urung mendekat. Ia benar-benar hanya berdiri di samping meja dengan keadaan tubuh yang rasanya kebas. Pandangannya tertuju pada Kelvin yang menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Wajahnya tertunduk, ibu jarinya bergerak cepat. Sepertinya untuk memblokir nomor Calista untuk kali ke dua atau ... entahlah! Amaya tak tahu. Ia merasa hubungan manisnya dengan Kelvin itu selalu memiliki gangguan. Apakah memang seperti ini rumah tangga? Apa orang-orang di luar sana juga mengalami masalah hati seperti yang diterimanya ini? Dadanya berat, ada desakan yang membuat Amaya seolah tak bisa bernapas dengan bebas. Rasa panas menjalar, lambat laun ia sadari bahwa ini adalah cemburu. Ia cemburu pada Calista! Ia tak suka pada perempuan itu. Meski Amaya adalah istri sahnya Kelvin, tapi mengingat Calista membuatnya merasa ... kecil. Ini bukan yang pertama Amaya tahu Calista mendekati Kelvin. Dari sana saja ia tahu segigih apa Calista. Dia adalah wanita dewasa yang cantik dan menarik. Ti
Amaya tertawa saat ia menjatuhkan kepalanya di bahu bidang sebelah kanan milik Kelvin seraya mengulangi kalimat prianya itu. "Biji-bijian ...." "Sayangâ" panggil Kelvin, melingkarkan kedua tangannya di pinggang Amaya yang masih tertawa dengan hal kecil yang baru saja ia katakan. "Kenapa kamu ketawa begitu? Padahal aku cuma bilang biji-bijian loh ...." "Apa itu nggak lucu?" tanya Amaya balik. "Yang bikin aku heran tuh, Mas Vin selalu nemu kalimat yang orang lain aja kadang perlu mikir seribu kali buat ngomong. Tapi kalau lewat bibirnya Kelvin Indra semuanya jadi gampang. Mas Vin sebelas dua belas sama Arsen." Amaya menarik kepalanya dari bahu Kelvin. Menatap matanya yang berbinar. "Tadi pas kamu ngobrol sama Tante Liana Mama juga bilang kalau Arsen itu persis aku." "Mulutnya tajem kayak pisau begitukah?" tanya Amaya memastikan. "Iya." "Tapi Mama nggak salah kok. Coba hitung aja berapa kali Mas Vin bikin kalimat yang bikin shock. Kalau di aku mungkin jatuhnya lucu karena kita p
Amaya bilang akan memikirkan itu. Dan memang resepsi itu bukan ide yang buruk. Hanya saja ... apakah itu bisa diterima oleh orang lain semisal mereka secara terang-terangan meresmikan hubungan? Mereka sepertinya juga perlu memberitahu ini pada keluarga dulu .... Menjelang petang ini, Amaya yang hendak mandi lebih dulu memilih untuk menjawab panggilan dari Riana. Ibu mertuanya itu bisa saja khawatir sejak ia dan Kelvin tak terlihat baik selama di rumah Liana dan Danuarta tadi. "Kamu baik-baik aja sama Kelvin, Sayang?" tanyanya. "Kalian nggak berantem atau marahan, 'kan?" Meski tak berhadapan, Amaya seakan bisa melihat seperti apa ekspresi Riana sekarang ini. Alis berkerut cemas dan tatapan matanya yang lembut pasti ada di wajahnya yang cantik. "Nggak kok, Mam," jawab Amaya. "Aku baik-baik aja sama Mas Vin. Tadi itu cuma ... ada kesalahpahaman sedikit aja." "Syukurlah kalau begitu. Mama nggak punya keinginan lain selain kamu sama Kelvin bisa terus akur," ucap Riana dengan masih
Benar-benar merinding sekujur badan mendengar apa yang dikatakan oleh Kelvin dari belakangnya.âKelvin dan Amaya junior dia bilang?â ulang Amaya dalam hati.Kedua tangannya yang tadinya sudah ada di sekat kaca yang mengembun di hadapannya dengan gegas ia tarik. Ia menoleh ke belakang, bukan hanya kepalanya saja melainkan juga tubuhnya.Pada Kelvin yang kedua sudut bibirnya menunjukkan lengkung senyuman, manis dengan bonus lesung pipi seperti biasa. Menunggu Amaya memberinya jawaban.âT-tapi ....â Amaya menelan ludahnya, pupilnya bergerak ragu menatap Kelvin yang menunduk agar suara Amaya bisa sampai di indera pendengarnya. âTapi mana bisa?â tanyanya. âA-aku 'kan minum obat?ââAku cuma bercanda, Sayang,â kata Kelvin.Tangannya mengarah ke depan, menyentuh dagu Amaya yang sepasang matanya tampak berbinar, cahaya lampu kamar mandi yang terang itu membias di dalam irisnya yang bening.âAku cuma godain kamu yang barusan itu,â lanjut Kelvin memperjelasnya. âT-tungguââ Kelvin menatap Amaya l
Winterfest, Kelvin setuju untuk datang ke sini setelah Amaya memberi tahunya bahwa ibunyaâRianaâmeminta mereka untuk bergabung.Tiketnya tak terlalu mahal untuk bisa melihat pemandangan menakjubkan di dalam sana. Hanya sekitar tiga puluh dolarâsekitar empat ratus ribuâyang memuaskan atas apa yang mereka berikan.Saat Amaya bertanya mengapa dulu Kelvin menolak ajakan ibunya untuk datang, jawabannya adalah ... âMau ngapain di sana kalau nggak sama pasangan? Emangnya aku harus lihat orang pacaran? Yang ada malah aku yang jadi tontonan orang karena dianggap aneh, âkan?ââAneh kenapa?â tanya Amaya memperjelasâsaat percakapan semalam terjadi.âDi tengah-tengah orang pacaran aku malah datang sendirian, apa nggak dianggap amoeba aku ini?ââKok amoeba? Kenapa?ââYa karena hidup bebas dan mandiri.âAmaya tak bisa membendung tawanya mendengar itu. Kelvin tetaplah menjadi Kelvin yang memiliki banyak kosa kata hanya untuk menghibur Amaya. Percakapan itu mereka lakukan setelah malam yang panjang p
Amaya membeku di tempat ia berdiri. Pupil matanya bergerak gugup memandang Kelvin yang masih menunjukkan senyumnya.Salah satu alis lebat prianya itu terangkat, menunggu jawaban Amaya atas âMaukah kamu berdansa denganku, My Princessâ yang ia katakan.Sepertinya bukan hanya Kelvin yang menunggu Amaya. Beberapa pengunjungâyang sebagian besarâmemilih untuk berhenti dan melihat apa yang mereka lakukan. Jawaban apa yang akan diberikan oleh Amaya atas ajakan itu.Tapi ... Amaya tak bisa berdansa.Dansa yang ia lakukan itu hanya dalam khayalan saja, saat ia menonton drama atau drama musical.âNanti aku akan kasih tahu Kelvin,â batinnya.Ia tak mungkin membuat Kelvin selamanya menunggu sehingga ia menyambut uluran tangan itu. Tepuk tangan terdengar riuh di sekitarnya saat Amaya melakukan itu.Kelvin merengkuh pinggangnya dan membawanya untuk bergerak.Amaya hanya mengimbangi sebisanya, ia melirik orang-orang yang ada di sekitarnya yang kembali berdansa sehingga ia menggunakan kesempatan itu u
Kelvin dengan segera mengikuti ke mana Amaya berlari. Seperti yang baru saja ia katakan, rupanya benar bahwa Arsen juga ada di sana. Ia bersama dengan Riana yang membelikannya balon, tapi pilihannya bukan yang panda. Melainkan yang bergambar kucing."Kalian mau ke mana?" tanya Kelvin yang berlari mengikuti bocah kecil bernama Arsen yang sudah menarik Amaya entah akan ke mana itu."Astaga ...."Jika sudah begini artinya Kelvin yang akan dibuat kewalahan.Hilang sudah momen manis yang tadi mereka bangun setelah Amaya berbagi sel otak yang sama dengan Arsen.Pemandangan di mana Kelvin mengejar Amaya itu dapat disaksikan oleh Gafi yang duduk di bangku, di bawah lampu taman yang cantik di Wonderland.Ia duduk bersama dengan Rajendra yang mengeluh sepertinya ia nanti akan kerokan setelah kembali ke hotel.Selagi Serena bersama dengan Riana, mengikuti Arsen dan Amaya, ia lebih memilih duduk di sini.Selain karena ada penghangat di dekatnya, alasan lain adalah karena ada kanopi berbentuk say
âApa?! Menikah dengan Pak Kelvin? Papa bercanda?!â Amaya hampir saja menjerit saat mengatakan itu pada sang ayahâAthanâyang sedang berbaring di atas ranjang rawat rumah sakit. Mata Amaya melebar pada ayahnya yang mengangguk dengan tegas membenarkan, âIya, May,â jawabnya. âNggak mau!â tolak Amaya. âPak Kelvin itu umurnya jauh beda sama aku! Papa belum tahu saja gosip apa yang dibilang sama semua mahasiswa kalau dia itu sukanya sama ⊠cowok juga,â lanjutnya sedikit lirih. âMengarang!â kata ayahnya, mendengus mendegar celotehannya. Amaya hampir saja kembali memprotes Athan sebelum pria yang rambutnya bersemburat putih itu menyela, âGimana kalau ini permintaan terakhir Papa?â tanyanya. âApakah kamu juga masih akan menolak?â âPaââ âPapa lelah menghadapi kamu yang nakal dan nggak bisa diatur!â potongnya. âMenikahlah ⊠maka dengan begitu kamu akan memiliki tanggung jawab dan memikirkan sesuatu bukan untuk kesenanganmu sendiri.â Bibir Amaya tertekuk sedih. Ia tak serta-merta menjawab
Kelvin dengan segera mengikuti ke mana Amaya berlari. Seperti yang baru saja ia katakan, rupanya benar bahwa Arsen juga ada di sana. Ia bersama dengan Riana yang membelikannya balon, tapi pilihannya bukan yang panda. Melainkan yang bergambar kucing."Kalian mau ke mana?" tanya Kelvin yang berlari mengikuti bocah kecil bernama Arsen yang sudah menarik Amaya entah akan ke mana itu."Astaga ...."Jika sudah begini artinya Kelvin yang akan dibuat kewalahan.Hilang sudah momen manis yang tadi mereka bangun setelah Amaya berbagi sel otak yang sama dengan Arsen.Pemandangan di mana Kelvin mengejar Amaya itu dapat disaksikan oleh Gafi yang duduk di bangku, di bawah lampu taman yang cantik di Wonderland.Ia duduk bersama dengan Rajendra yang mengeluh sepertinya ia nanti akan kerokan setelah kembali ke hotel.Selagi Serena bersama dengan Riana, mengikuti Arsen dan Amaya, ia lebih memilih duduk di sini.Selain karena ada penghangat di dekatnya, alasan lain adalah karena ada kanopi berbentuk say
Amaya membeku di tempat ia berdiri. Pupil matanya bergerak gugup memandang Kelvin yang masih menunjukkan senyumnya.Salah satu alis lebat prianya itu terangkat, menunggu jawaban Amaya atas âMaukah kamu berdansa denganku, My Princessâ yang ia katakan.Sepertinya bukan hanya Kelvin yang menunggu Amaya. Beberapa pengunjungâyang sebagian besarâmemilih untuk berhenti dan melihat apa yang mereka lakukan. Jawaban apa yang akan diberikan oleh Amaya atas ajakan itu.Tapi ... Amaya tak bisa berdansa.Dansa yang ia lakukan itu hanya dalam khayalan saja, saat ia menonton drama atau drama musical.âNanti aku akan kasih tahu Kelvin,â batinnya.Ia tak mungkin membuat Kelvin selamanya menunggu sehingga ia menyambut uluran tangan itu. Tepuk tangan terdengar riuh di sekitarnya saat Amaya melakukan itu.Kelvin merengkuh pinggangnya dan membawanya untuk bergerak.Amaya hanya mengimbangi sebisanya, ia melirik orang-orang yang ada di sekitarnya yang kembali berdansa sehingga ia menggunakan kesempatan itu u
Winterfest, Kelvin setuju untuk datang ke sini setelah Amaya memberi tahunya bahwa ibunyaâRianaâmeminta mereka untuk bergabung.Tiketnya tak terlalu mahal untuk bisa melihat pemandangan menakjubkan di dalam sana. Hanya sekitar tiga puluh dolarâsekitar empat ratus ribuâyang memuaskan atas apa yang mereka berikan.Saat Amaya bertanya mengapa dulu Kelvin menolak ajakan ibunya untuk datang, jawabannya adalah ... âMau ngapain di sana kalau nggak sama pasangan? Emangnya aku harus lihat orang pacaran? Yang ada malah aku yang jadi tontonan orang karena dianggap aneh, âkan?ââAneh kenapa?â tanya Amaya memperjelasâsaat percakapan semalam terjadi.âDi tengah-tengah orang pacaran aku malah datang sendirian, apa nggak dianggap amoeba aku ini?ââKok amoeba? Kenapa?ââYa karena hidup bebas dan mandiri.âAmaya tak bisa membendung tawanya mendengar itu. Kelvin tetaplah menjadi Kelvin yang memiliki banyak kosa kata hanya untuk menghibur Amaya. Percakapan itu mereka lakukan setelah malam yang panjang p
Benar-benar merinding sekujur badan mendengar apa yang dikatakan oleh Kelvin dari belakangnya.âKelvin dan Amaya junior dia bilang?â ulang Amaya dalam hati.Kedua tangannya yang tadinya sudah ada di sekat kaca yang mengembun di hadapannya dengan gegas ia tarik. Ia menoleh ke belakang, bukan hanya kepalanya saja melainkan juga tubuhnya.Pada Kelvin yang kedua sudut bibirnya menunjukkan lengkung senyuman, manis dengan bonus lesung pipi seperti biasa. Menunggu Amaya memberinya jawaban.âT-tapi ....â Amaya menelan ludahnya, pupilnya bergerak ragu menatap Kelvin yang menunduk agar suara Amaya bisa sampai di indera pendengarnya. âTapi mana bisa?â tanyanya. âA-aku 'kan minum obat?ââAku cuma bercanda, Sayang,â kata Kelvin.Tangannya mengarah ke depan, menyentuh dagu Amaya yang sepasang matanya tampak berbinar, cahaya lampu kamar mandi yang terang itu membias di dalam irisnya yang bening.âAku cuma godain kamu yang barusan itu,â lanjut Kelvin memperjelasnya. âT-tungguââ Kelvin menatap Amaya l
Amaya bilang akan memikirkan itu. Dan memang resepsi itu bukan ide yang buruk. Hanya saja ... apakah itu bisa diterima oleh orang lain semisal mereka secara terang-terangan meresmikan hubungan? Mereka sepertinya juga perlu memberitahu ini pada keluarga dulu .... Menjelang petang ini, Amaya yang hendak mandi lebih dulu memilih untuk menjawab panggilan dari Riana. Ibu mertuanya itu bisa saja khawatir sejak ia dan Kelvin tak terlihat baik selama di rumah Liana dan Danuarta tadi. "Kamu baik-baik aja sama Kelvin, Sayang?" tanyanya. "Kalian nggak berantem atau marahan, 'kan?" Meski tak berhadapan, Amaya seakan bisa melihat seperti apa ekspresi Riana sekarang ini. Alis berkerut cemas dan tatapan matanya yang lembut pasti ada di wajahnya yang cantik. "Nggak kok, Mam," jawab Amaya. "Aku baik-baik aja sama Mas Vin. Tadi itu cuma ... ada kesalahpahaman sedikit aja." "Syukurlah kalau begitu. Mama nggak punya keinginan lain selain kamu sama Kelvin bisa terus akur," ucap Riana dengan masih
Amaya tertawa saat ia menjatuhkan kepalanya di bahu bidang sebelah kanan milik Kelvin seraya mengulangi kalimat prianya itu. "Biji-bijian ...." "Sayangâ" panggil Kelvin, melingkarkan kedua tangannya di pinggang Amaya yang masih tertawa dengan hal kecil yang baru saja ia katakan. "Kenapa kamu ketawa begitu? Padahal aku cuma bilang biji-bijian loh ...." "Apa itu nggak lucu?" tanya Amaya balik. "Yang bikin aku heran tuh, Mas Vin selalu nemu kalimat yang orang lain aja kadang perlu mikir seribu kali buat ngomong. Tapi kalau lewat bibirnya Kelvin Indra semuanya jadi gampang. Mas Vin sebelas dua belas sama Arsen." Amaya menarik kepalanya dari bahu Kelvin. Menatap matanya yang berbinar. "Tadi pas kamu ngobrol sama Tante Liana Mama juga bilang kalau Arsen itu persis aku." "Mulutnya tajem kayak pisau begitukah?" tanya Amaya memastikan. "Iya." "Tapi Mama nggak salah kok. Coba hitung aja berapa kali Mas Vin bikin kalimat yang bikin shock. Kalau di aku mungkin jatuhnya lucu karena kita p
Amaya urung mendekat. Ia benar-benar hanya berdiri di samping meja dengan keadaan tubuh yang rasanya kebas. Pandangannya tertuju pada Kelvin yang menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Wajahnya tertunduk, ibu jarinya bergerak cepat. Sepertinya untuk memblokir nomor Calista untuk kali ke dua atau ... entahlah! Amaya tak tahu. Ia merasa hubungan manisnya dengan Kelvin itu selalu memiliki gangguan. Apakah memang seperti ini rumah tangga? Apa orang-orang di luar sana juga mengalami masalah hati seperti yang diterimanya ini? Dadanya berat, ada desakan yang membuat Amaya seolah tak bisa bernapas dengan bebas. Rasa panas menjalar, lambat laun ia sadari bahwa ini adalah cemburu. Ia cemburu pada Calista! Ia tak suka pada perempuan itu. Meski Amaya adalah istri sahnya Kelvin, tapi mengingat Calista membuatnya merasa ... kecil. Ini bukan yang pertama Amaya tahu Calista mendekati Kelvin. Dari sana saja ia tahu segigih apa Calista. Dia adalah wanita dewasa yang cantik dan menarik. Ti
Tidak! Untungnya Kelvin dengan cepat menahan celana milik Gafi sehingga celana gombrong itu tak sempat jatuh atau pun merosot. Semua orang yang tadinya tegang kini bisa mendorong napasnya dengan lega. "Kak Gafi apaan banget sih!" celetuk Amaya saat Gafi dengan cepat turut menahan celananya. "Apaan apanya?" tanya Gafi balik. "Udah aki-aki juga masih pakai celana nggak sekalian ikat pinggangnya," jawab Amaya, sekilas menoleh pada Serena seolah itu adalah permintaan izin agar ia mengomeli abangnya itu. "Bener apa yang dibilang Arsen, celanamu segede kurungan gajah. Nanti di rumahnya Tante Liana minta deh tuh tali rafia atau tali jemuran, buat ngikat celanamu biar nggak berkibar-kibar begitu. Kak Gafi tiang reklame? Makanya pakai celana selebar spanduk begitu?" "Durhaka!" seru Gafi seraya menunjuk Amaya yang sudah memalingkan wajah dan melangkah lebih dulu bersama dengan Arsen yang menirukan apa yang dikatakan olehnya. "Spanduk?" ulangnya. "Spanduk itu apa, Aunty May?" "Yang dipasa
Amaya satu langkah mundur, menyembunyikan dirinya di belakang Kelvin yang hanya tersenyum melihatnya. "Nggak apa-apa," kata Kelvin seraya mengikuti pandang ke mana Amaya pergi. Lengan kekarnya melingkar di pinggang Amaya, membawanya kembali ke samping ia berdiri, sejajar dengannya dan berhadapan dengan lima orang yang baru datang yang tengah menyaksikan adegan romantis di dekat pintu rumah. "Malu," jawab Amaya lirih, wajahnya terasa sangat panas, rasanya ia ingin menghilang dari bumi, menggali lubang dan mengubur dirinya sendiri. "Kenapa malu? Nggak ada yang salah dengan yang kita lakuin," sambut Kelvin seraya mengusap puncak kepalanya. Amaya memandang mereka yang masih tersenyum, terutama Riana yang terlihat sangat senang dengan interaksi manis anak lelakinya dan Amaya. "Aunty May," panggil Arsen seraya berlari ke arahnya. Bocah kecil itu memeluk Amaya sehingga ia membalasnya. "Arsen, kangen banget sama kamu." "Tapi kayaknya Aunty May nggak begitu mikirin Arsen deh," protesn