terima kasih sudah membaca ya đ¤ yang 1 bab sebentar lagi, ditunggu wkwkwkw (â ââ á´â ââ âżâ ) kalau banyak yg komen aku kasih bonus 1 hari ini
Benar-benar merinding sekujur badan mendengar apa yang dikatakan oleh Kelvin dari belakangnya. âKelvin dan Amaya junior dia bilang?â ulang Amaya dalam hati. Kedua tangannya yang tadinya sudah ada di sekat kaca yang mengembun di hadapannya dengan gegas ia tarik. Ia menoleh ke belakang, bukan hanya kepalanya saja melainkan juga tubuhnya. Pada Kelvin yang kedua sudut bibirnya menunjukkan lengkung senyuman, manis dengan bonus lesung pipi seperti biasa. Menunggu Amaya memberinya jawaban. âT-tapi ....â Amaya menelan ludahnya, pupilnya bergerak ragu menatap Kelvin yang menunduk agar suara Amaya bisa sampai di indera pendengarnya. âTapi mana bisa?â tanyanya. âA-aku 'kan minum obat?â âAku cuma bercanda, Sayang,â kata Kelvin. Tangannya mengarah ke depan, menyentuh dagu Amaya yang sepasang matanya tampak berbinar, cahaya lampu kamar mandi yang terang itu membias di dalam irisnya yang bening. âAku cuma godain kamu yang barusan itu,â lanjut Kelvin memperjelasnya. âT-tungguââ Kelvin menatap A
Winterfest, Kelvin setuju untuk datang ke sini setelah Amaya memberi tahunya bahwa ibunyaâRianaâmeminta mereka untuk bergabung. Tiketnya tak terlalu mahal untuk bisa melihat pemandangan menakjubkan di dalam sana. Hanya sekitar tiga puluh dolarâsekitar empat ratus ribuâyang memuaskan atas apa yang mereka berikan. Saat Amaya bertanya mengapa dulu Kelvin menolak ajakan ibunya untuk datang, jawabannya adalah ... âMau ngapain di sana kalau nggak sama pasangan? Emangnya aku harus lihat orang pacaran? Yang ada malah aku yang jadi tontonan orang karena dianggap aneh, âkan?â âAneh kenapa?â tanya Amaya memperjelasâsaat percakapan semalam terjadi. âDi tengah-tengah orang pacaran aku malah datang sendirian, apa nggak dianggap amoeba aku ini?â âKok amoeba? Kenapa?â âYa karena hidup bebas dan mandiri.â Amaya tak bisa membendung tawanya mendengar itu. Kelvin tetaplah menjadi Kelvin yang memiliki banyak kosa kata hanya untuk menghibur Amaya. Percakapan itu mereka lakukan setelah malam yang pa
Amaya membeku di tempat ia berdiri. Pupil matanya bergerak gugup memandang Kelvin yang masih menunjukkan senyumnya. Salah satu alis lebat prianya itu terangkat, menunggu jawaban Amaya atas âMaukah kamu berdansa denganku, My Princessâ yang ia katakan. Sepertinya bukan hanya Kelvin yang menunggu Amaya. Beberapa pengunjungâyang sebagian besarâmemilih untuk berhenti dan melihat apa yang mereka lakukan. Jawaban apa yang akan diberikan oleh Amaya atas ajakan itu. Tapi ... Amaya tak bisa berdansa. Dansa yang ia lakukan itu hanya dalam khayalan saja, saat ia menonton drama atau drama musical. âNanti aku akan kasih tahu Kelvin,â batinnya. Ia tak mungkin membuat Kelvin selamanya menunggu sehingga ia menyambut uluran tangan itu. Tepuk tangan terdengar riuh di sekitarnya saat Amaya melakukan itu. Kelvin merengkuh pinggangnya dan membawanya untuk bergerak. Amaya hanya mengimbangi sebisanya, ia melirik orang-orang yang ada di sekitarnya yang kembali berdansa sehingga ia menggunakan k
Kelvin dengan segera mengikuti ke mana Amaya berlari. Seperti yang baru saja ia katakan, rupanya benar bahwa Arsen juga ada di sana. Ia bersama dengan Riana yang membelikannya balon, tapi pilihannya bukan yang panda. Melainkan yang bergambar kucing. "Kalian mau ke mana?" tanya Kelvin yang berlari mengikuti bocah kecil bernama Arsen yang sudah menarik Amaya entah akan ke mana itu. "Astaga ...." Jika sudah begini artinya Kelvin yang akan dibuat kewalahan. Hilang sudah momen manis yang tadi mereka bangun setelah Amaya berbagi sel otak yang sama dengan Arsen. Pemandangan di mana Kelvin mengejar Amaya itu dapat disaksikan oleh Gafi yang duduk di bangku, di bawah lampu taman yang cantik di Wonderland. Ia duduk bersama dengan Rajendra yang mengeluh sepertinya ia nanti akan kerokan setelah kembali ke hotel. Selagi Serena bersama dengan Riana, mengikuti Arsen dan Amaya, ia lebih memilih duduk di sini. Selain karena ada penghangat di dekatnya, alasan lain adalah karena ada kanopi berbe
[@kelvinindra__ 'My snow angel, the most beautiful princess in Wonderland. This place suits my baby so well.'] Kalimat manis itu dapat dibaca oleh Calista saat ia memandang layar ponselnya yang tengah menyala. Postingan itu diunggah oleh Kelvin dengan hanya menampilkan potret belakang seseorang, atau lebih tepatnya seorang perempuan berambut panjang dengan long coat warna putih. Dari foto yang diunggahnya, Calista bisa memprediksi bahwa itu diambil Kelvin dengan berdiri di belakang si perempuan, lalu memotret diam-diam saat kembang api meledak di udara. Dari belakang saja Calista pikir perempuan di foto itu sudah terlihat sangat cantik, ditambah dengan pemandangan bangunan berbentuk kastil dan salju tipis yang turun di sekitarnya ... bukankah bisa dipastikan Kelvin sedang jatuh cinta? "Ini Amaya, 'kan?" tanya Calista seorang diri. Ia yang tengah berada di dalam kamarnya duduk dengan sedikit gusar, menelan ludah saat hatinya terasa sakit dengan hanya membayangkan Kelvin sedang ber
Setelah pulang larut malam dari Winterfest, Amaya menatap Kelvin yang tengah berada di samping kirinya. Sebelah lengan kekar prianya itu tengah melingkar merangkulnya. Mereka berbaring di atas ranjang dan mengatur napas setelah menghabiskan hampir satu jam yang panas. Setelah hampir membeku di Wonderland, bukankah mereka membutuhkan sesuatu untuk membuat tubuh mereka kembali hangat? "Kenapa?" tanya Kelvin dengan lembut, menunduk membalas tatapan Amaya setelah nyawanya terkumpul secara sempurna. "Nggak apa-apa," jawab Amaya. "Cuma lihatin Mas Vin aja, soalnya juga sama nggak ngomong dari tadi, 'kan?" "Nggak ngomong karena masih ngumpulin nyawa, Sayang," ucapnya dengan seulas senyum. "Kamu nggak tahu mungkin rasa enaknya pasâ" Kelvin berhenti bicara, ia berdeham sebelum melanjutkan dengan, "Kamu tahu sendiri lah, aku nggak perlu jelasin, 'kan apa maksudnya? Apalagi sama istri yang cantik dan seksi kayak kamu." Kelvin menunduk, dari gerakannya yang memindai mata Amaya dan jatuh
Saat Amaya berjalan meninggalkan kamar pada pagi hari ini, ia bisa menghidu bau wangi sesuatu yang dipanggang. Sepertinya itu roti manis. Siapa yang membuatnya? Apa ada Riana di rumah ini? Atau Liana, tantenya dari rumah sebelah datang dan membuat kue di sini? Kue manis apa yang sudah dipanggang sepagi ini? Banyak pertanyaan yang ada di dalam kepalanya hingga ia tiba di ruang makan dan melihat seorang pria yang berjalan dari arah dapur. Kedua tangan pria itu tengah mengenakan sarung tangan tebal yang biasa digunakan saat mengambil loyang panas dari dalam oven. Senyumnya tampak manis seperti wangi kue di loyang yang ia bawa mendekat pada Amaya. Kelvin. Lesung pipinya menyambut Amaya saat ia menyapa lebih dulu dirinya yang terpaku di samping meja makan. "Selamat pagi," ucapnya kemudian meletakkan piring ke atas meja. Ia melepas sarung tangan tebal itu, mengikis jarak dan menundukkan kepala untuk mencium bibir Amaya. "Selamat pagi," balasnya. "A-apa itu?" Amaya menunjuk mel
Tak ada yang salah dengan yang dikatakan oleh Amaya. Dulu Kelvin mendengar istrinya itu sempat menyebutnya 'bapak-bapak' karena memang dirinya adalah bapak-bapakâyang jika dibandingkan dengan Amaya umur mereka memang terpaut jauh. Sekarang, saat istrinya itu menyebut bahwa Calista adalah 'bude-bude', Kelvin tak bisa menyalahkannya. Usia Calista pasti hampir sama dengan Kelvin, jika Kelvin saja dipanggil oleh Amaya dengan 'bapak-bapak' bukankah Calista juga benar jika dijuluki 'ibu-ibu'âibu gede, yang diserap dalam bahasa Indonesia menjadi 'bude'? "Aku jadi nggak sabar mau ketemu sama dia," kata Amaya yang kemudian membuat Kelvin terjaga dari kediaman sesaatnya. "Kamu mau ketemu sama dia, Sayang?" tanya Kelvin memperjelas. "Mau ketemu dalam artian mau lihat apa yang akan dia lakuin," jawab Amaya. "Kalau dia sangat lantang dengan terus deketin Mas Vin padahal udah diblokir segala macam, bukannya ada kemungkinan dia juga masih akan cari cara buat deket sama kamu juga di dunia nyata?
Tak ada yang salah dengan yang dikatakan oleh Amaya. Dulu Kelvin mendengar istrinya itu sempat menyebutnya 'bapak-bapak' karena memang dirinya adalah bapak-bapakâyang jika dibandingkan dengan Amaya umur mereka memang terpaut jauh. Sekarang, saat istrinya itu menyebut bahwa Calista adalah 'bude-bude', Kelvin tak bisa menyalahkannya. Usia Calista pasti hampir sama dengan Kelvin, jika Kelvin saja dipanggil oleh Amaya dengan 'bapak-bapak' bukankah Calista juga benar jika dijuluki 'ibu-ibu'âibu gede, yang diserap dalam bahasa Indonesia menjadi 'bude'? "Aku jadi nggak sabar mau ketemu sama dia," kata Amaya yang kemudian membuat Kelvin terjaga dari kediaman sesaatnya. "Kamu mau ketemu sama dia, Sayang?" tanya Kelvin memperjelas. "Mau ketemu dalam artian mau lihat apa yang akan dia lakuin," jawab Amaya. "Kalau dia sangat lantang dengan terus deketin Mas Vin padahal udah diblokir segala macam, bukannya ada kemungkinan dia juga masih akan cari cara buat deket sama kamu juga di dunia nyata?
Saat Amaya berjalan meninggalkan kamar pada pagi hari ini, ia bisa menghidu bau wangi sesuatu yang dipanggang. Sepertinya itu roti manis. Siapa yang membuatnya? Apa ada Riana di rumah ini? Atau Liana, tantenya dari rumah sebelah datang dan membuat kue di sini? Kue manis apa yang sudah dipanggang sepagi ini? Banyak pertanyaan yang ada di dalam kepalanya hingga ia tiba di ruang makan dan melihat seorang pria yang berjalan dari arah dapur. Kedua tangan pria itu tengah mengenakan sarung tangan tebal yang biasa digunakan saat mengambil loyang panas dari dalam oven. Senyumnya tampak manis seperti wangi kue di loyang yang ia bawa mendekat pada Amaya. Kelvin. Lesung pipinya menyambut Amaya saat ia menyapa lebih dulu dirinya yang terpaku di samping meja makan. "Selamat pagi," ucapnya kemudian meletakkan piring ke atas meja. Ia melepas sarung tangan tebal itu, mengikis jarak dan menundukkan kepala untuk mencium bibir Amaya. "Selamat pagi," balasnya. "A-apa itu?" Amaya menunjuk mel
Setelah pulang larut malam dari Winterfest, Amaya menatap Kelvin yang tengah berada di samping kirinya. Sebelah lengan kekar prianya itu tengah melingkar merangkulnya. Mereka berbaring di atas ranjang dan mengatur napas setelah menghabiskan hampir satu jam yang panas. Setelah hampir membeku di Wonderland, bukankah mereka membutuhkan sesuatu untuk membuat tubuh mereka kembali hangat? "Kenapa?" tanya Kelvin dengan lembut, menunduk membalas tatapan Amaya setelah nyawanya terkumpul secara sempurna. "Nggak apa-apa," jawab Amaya. "Cuma lihatin Mas Vin aja, soalnya juga sama nggak ngomong dari tadi, 'kan?" "Nggak ngomong karena masih ngumpulin nyawa, Sayang," ucapnya dengan seulas senyum. "Kamu nggak tahu mungkin rasa enaknya pasâ" Kelvin berhenti bicara, ia berdeham sebelum melanjutkan dengan, "Kamu tahu sendiri lah, aku nggak perlu jelasin, 'kan apa maksudnya? Apalagi sama istri yang cantik dan seksi kayak kamu." Kelvin menunduk, dari gerakannya yang memindai mata Amaya dan jatuh
[@kelvinindra__ 'My snow angel, the most beautiful princess in Wonderland. This place suits my baby so well.'] Kalimat manis itu dapat dibaca oleh Calista saat ia memandang layar ponselnya yang tengah menyala. Postingan itu diunggah oleh Kelvin dengan hanya menampilkan potret belakang seseorang, atau lebih tepatnya seorang perempuan berambut panjang dengan long coat warna putih. Dari foto yang diunggahnya, Calista bisa memprediksi bahwa itu diambil Kelvin dengan berdiri di belakang si perempuan, lalu memotret diam-diam saat kembang api meledak di udara. Dari belakang saja Calista pikir perempuan di foto itu sudah terlihat sangat cantik, ditambah dengan pemandangan bangunan berbentuk kastil dan salju tipis yang turun di sekitarnya ... bukankah bisa dipastikan Kelvin sedang jatuh cinta? "Ini Amaya, 'kan?" tanya Calista seorang diri. Ia yang tengah berada di dalam kamarnya duduk dengan sedikit gusar, menelan ludah saat hatinya terasa sakit dengan hanya membayangkan Kelvin sedang ber
Kelvin dengan segera mengikuti ke mana Amaya berlari. Seperti yang baru saja ia katakan, rupanya benar bahwa Arsen juga ada di sana. Ia bersama dengan Riana yang membelikannya balon, tapi pilihannya bukan yang panda. Melainkan yang bergambar kucing. "Kalian mau ke mana?" tanya Kelvin yang berlari mengikuti bocah kecil bernama Arsen yang sudah menarik Amaya entah akan ke mana itu. "Astaga ...." Jika sudah begini artinya Kelvin yang akan dibuat kewalahan. Hilang sudah momen manis yang tadi mereka bangun setelah Amaya berbagi sel otak yang sama dengan Arsen. Pemandangan di mana Kelvin mengejar Amaya itu dapat disaksikan oleh Gafi yang duduk di bangku, di bawah lampu taman yang cantik di Wonderland. Ia duduk bersama dengan Rajendra yang mengeluh sepertinya ia nanti akan kerokan setelah kembali ke hotel. Selagi Serena bersama dengan Riana, mengikuti Arsen dan Amaya, ia lebih memilih duduk di sini. Selain karena ada penghangat di dekatnya, alasan lain adalah karena ada kanopi berbe
Amaya membeku di tempat ia berdiri. Pupil matanya bergerak gugup memandang Kelvin yang masih menunjukkan senyumnya. Salah satu alis lebat prianya itu terangkat, menunggu jawaban Amaya atas âMaukah kamu berdansa denganku, My Princessâ yang ia katakan. Sepertinya bukan hanya Kelvin yang menunggu Amaya. Beberapa pengunjungâyang sebagian besarâmemilih untuk berhenti dan melihat apa yang mereka lakukan. Jawaban apa yang akan diberikan oleh Amaya atas ajakan itu. Tapi ... Amaya tak bisa berdansa. Dansa yang ia lakukan itu hanya dalam khayalan saja, saat ia menonton drama atau drama musical. âNanti aku akan kasih tahu Kelvin,â batinnya. Ia tak mungkin membuat Kelvin selamanya menunggu sehingga ia menyambut uluran tangan itu. Tepuk tangan terdengar riuh di sekitarnya saat Amaya melakukan itu. Kelvin merengkuh pinggangnya dan membawanya untuk bergerak. Amaya hanya mengimbangi sebisanya, ia melirik orang-orang yang ada di sekitarnya yang kembali berdansa sehingga ia menggunakan k
Winterfest, Kelvin setuju untuk datang ke sini setelah Amaya memberi tahunya bahwa ibunyaâRianaâmeminta mereka untuk bergabung. Tiketnya tak terlalu mahal untuk bisa melihat pemandangan menakjubkan di dalam sana. Hanya sekitar tiga puluh dolarâsekitar empat ratus ribuâyang memuaskan atas apa yang mereka berikan. Saat Amaya bertanya mengapa dulu Kelvin menolak ajakan ibunya untuk datang, jawabannya adalah ... âMau ngapain di sana kalau nggak sama pasangan? Emangnya aku harus lihat orang pacaran? Yang ada malah aku yang jadi tontonan orang karena dianggap aneh, âkan?â âAneh kenapa?â tanya Amaya memperjelasâsaat percakapan semalam terjadi. âDi tengah-tengah orang pacaran aku malah datang sendirian, apa nggak dianggap amoeba aku ini?â âKok amoeba? Kenapa?â âYa karena hidup bebas dan mandiri.â Amaya tak bisa membendung tawanya mendengar itu. Kelvin tetaplah menjadi Kelvin yang memiliki banyak kosa kata hanya untuk menghibur Amaya. Percakapan itu mereka lakukan setelah malam yang pa
Benar-benar merinding sekujur badan mendengar apa yang dikatakan oleh Kelvin dari belakangnya. âKelvin dan Amaya junior dia bilang?â ulang Amaya dalam hati. Kedua tangannya yang tadinya sudah ada di sekat kaca yang mengembun di hadapannya dengan gegas ia tarik. Ia menoleh ke belakang, bukan hanya kepalanya saja melainkan juga tubuhnya. Pada Kelvin yang kedua sudut bibirnya menunjukkan lengkung senyuman, manis dengan bonus lesung pipi seperti biasa. Menunggu Amaya memberinya jawaban. âT-tapi ....â Amaya menelan ludahnya, pupilnya bergerak ragu menatap Kelvin yang menunduk agar suara Amaya bisa sampai di indera pendengarnya. âTapi mana bisa?â tanyanya. âA-aku 'kan minum obat?â âAku cuma bercanda, Sayang,â kata Kelvin. Tangannya mengarah ke depan, menyentuh dagu Amaya yang sepasang matanya tampak berbinar, cahaya lampu kamar mandi yang terang itu membias di dalam irisnya yang bening. âAku cuma godain kamu yang barusan itu,â lanjut Kelvin memperjelasnya. âT-tungguââ Kelvin menatap A
Amaya bilang akan memikirkan itu. Dan memang resepsi itu bukan ide yang buruk. Hanya saja ... apakah itu bisa diterima oleh orang lain semisal mereka secara terang-terangan meresmikan hubungan? Mereka sepertinya juga perlu memberitahu ini pada keluarga dulu .... Menjelang petang ini, Amaya yang hendak mandi lebih dulu memilih untuk menjawab panggilan dari Riana. Ibu mertuanya itu bisa saja khawatir sejak ia dan Kelvin tak terlihat baik selama di rumah Liana dan Danuarta tadi. "Kamu baik-baik aja sama Kelvin, Sayang?" tanyanya. "Kalian nggak berantem atau marahan, 'kan?" Meski tak berhadapan, Amaya seakan bisa melihat seperti apa ekspresi Riana sekarang ini. Alis berkerut cemas dan tatapan matanya yang lembut pasti ada di wajahnya yang cantik. "Nggak kok, Mam," jawab Amaya. "Aku baik-baik aja sama Mas Vin. Tadi itu cuma ... ada kesalahpahaman sedikit aja." "Syukurlah kalau begitu. Mama nggak punya keinginan lain selain kamu sama Kelvin bisa terus akur," ucap Riana dengan masih