Hari yang ditunggu telah tiba. Sesuai dengan diskusi sebelumnya, semuanya sudah berada di posisi masing-masing. Acara ulang tahun perusahaan ini bukanlah acara biasa, sehingga Xavier mengundang banyak reporter juga. Tamu yang menghadiri acara ini terdiri dari beberapa partner bisnis, investor, para direktur, beserta rekan dekat Natasha.
Di dalam venue sudah dipenuhi tamu undangan yang duduk di meja sudah disediakan sesuai undangan. Isabella sudah tiba lebih awal dengan penampilan gaun elegan, memantau suasana venue masih terlihat aman.Sementara Daniel dan Yena juga mulai melakukan aksi mereka sebagai operator yang mengurus speaker dan proyektor. Mereka sudah duduk di posisi masing-masing sambil siap-siap mengeluarkan flashdisk yang berisi semua bukti kejahatan Xavier selama bertahun-tahun.Lima menit sebelum acara dimulai, Isabella menyempatkan waktu berjalan mengambil segelas air putih. Sebenarnya tujuannya melakukannya agar bisa berpapasan dengan NatSemua tamu undangan berseru menyaksikan acara ulang tahun perusahaan yang seharusnya berlangsung meriah, kini menjadi kacau akibat hanya sebuah pengumuman penting disampaikan sang pewaris sesungguhnya. Para investigator juga mengepung seluruh anggota keluarga Xavier dan memborgol mereka, kemudian menyeret keluar dari venue. Kini artikel di semua media sosial dipenuhi berita mengenai Belinda adalah anak tunggal pemilik perusahaan yang akhirnya menampakkan batang hidung lagi setelah sepuluh tahun dinyatakan menghilang. Sebenarnya tidak ada yang tahu Belinda berasal dari keluarga kalangan konglomerat, karena Ethan yang sengaja tidak mau memamerkan keluarganya berlebihan. Dari posisi masing-masing berdiri, mereka saling melempar senyuman terindah. Daniel dan Yena melambaikan tangan sambil mengacungkan jempol di bagian operator, Brandon dan Isabella membuat hati di jari mereka, sedangkan William yang sibuk menuntun Xavier keluar dari venue, kembali masuk sambil mengac
Dalam hati Belinda ingin minta maaf pada William karena menutupi hal penting secara langsung, walaupun sebenarnya dirinya memasang alat perekam suara di pulpen diberikan Brandon sebelumnya. Dengan pasrah Belinda mematikan speaker perekam suara di ruang interogasi. Natasha tertawa jahat melihat adik tirinya masih menurutinya hanya dengan menyebutkan nama suami. Menyilangkan kaki dengan angkuh sambil memajukan tubuhnya. “Ternyata lu masih mau nurutin gua ya! Padahal kan lu yang menang sekarang.” “Cepat katakan! Apa kaitannya keluarga Brandon dengan gua?!” “Lu terlalu cinta sama Brandon sampai berbuat sejauh ini ya! Kalau seandainya gua ga jadi kasih tau lu, apa yang akan lu lakukan?” Belinda memukul meja sedikit bertenaga. “Gua akan laporin semuanya ke kak William!” “Baiklah, gua akan ceritakan semuanya sampai lu sadar kalau lu sebenarnya penghancur hidup Brandon! Itulah kenapa selama ini gua b
Mata Brandon semakin berkaca-kaca dan pandangannya mulai buram. Sudah mencoba sepuluh kali panggilan tetapi tidak terjawab. Kini berlarian mengelilingi taman kota mencoba mencari keberadaan sang istri. Apalagi di tengah lautan manusia membuatnya semakin kesulitan. Napasnya mulai sesak ditambah terik matahari membuat tubuhnya hampir terjatuh lemas. Kelemahan taman kota ini adalah tidak ada kamera CCTV yang bisa merekam jejak kehadiran Belinda. Brandon terus menggerutu sambil mencoba menghubungi Belinda lagi. Drrt…drrt… Awalnya Brandon sudah bersemangat, tetapi raut wajahnya kembali murung melihat orang yang menghubunginya sekarang adalah William. Namun, Brandon juga ingin meminta bantuan William untuk mencari Belinda sampai ketemu. “Wil, gua mau minta tolong lu.”“Pasti ini ada kaitannya dengan Belinda.”Brandon mengernyitkan alis. “Kok lu tau?”Terdengar suara embusan napas kasar di telepon. “Brandon, gua mau kasih t
Hujan masih guyur deras. Akibat Brandon ceroboh menjatuhkan payungnya di saat menenangkan Belinda, kini tubuhnya juga basah kuyup. Di dalam mobil, udara AC cukup dingin walaupun sudah diatur suhu udara paling hangat. Melihat suaminya terlihat pucat akibat kedinginan, Belinda terus merasa bersalah. Saat tangan kirinya ingin meraih tangan suaminya, tangannya langsung digenggam erat. “Kali ini aku ga mau lepasin tanganmu. Nanti kamu kabur lagi!” hardik Brandon sambil menatap kaca depan sedikit buram. Belinda tertawa anggun. “Aku ga ada tempat tujuan sebenarnya. Aku ga akan kabur lagi darimu.”“Kamu harus tepati janjimu barusan!”“Aku janji, Sayang.” Belinda mencium pipi suaminya di saat lampu merah menyala.“Kamu juga harus tepati janji jangan membiarkan tubuhmu kehujanan lagi! Kalau sampai kamu beneran sakit dan aku ga ada inisiatif mencarimu, siapa yang akan merawatmu? Yena?”“Dia sendiri saja terkadang sembrono ga bis
Seharusnya Brandon ingin mengungkapkan kejahatan ayah tirinya hari ini, tetapi karena kondisi tubuhnya tidak sehat, terpaksa mengurungkan niatnya. Suasana hatinya hari ini sedikit buruk, akibat tidak bisa melakukan hal penting itu dan tidak bisa kencan bersama istri. Sebagai gantinya hari ini tidak kencan, Belinda menemani Brandon seharian di kamar. Belinda merasa tidak bosan karena memang kesalahannya sampai membuat Brandon terserang demam. Sekarang kapok dan bertekad bulat tidak akan bersikap sembrono lagi. “Aku mau kencan sama kamu hari ini,” rengek Brandon dengan lirih. “Tidak boleh! Pokoknya aku harus tetap awasi kamu sampai kamu beneran sehat!” omel Belinda mencubit pipi Brandon. “Aku bosan!”“Kalau begitu, lihat aku supaya ga bosan.”Brandon tertawa usil rasanya ingin memeluk istrinya dengan erat. Namun, masih tahu diri tidak akan melakukan sentuhan fisik pada istrinya selama sakit. “Aku suka melihatmu.”
Urusan terlalu nekat, Brandon tidak takut sama sekali karena sebenarnya dari kejauhan sudah diawasi beberapa tim investigator William. Tinggal menunggu bukti yang didapatkan Belinda untuk membuat surat perintah penangkapan resmi. Sang ayah tiri akhirnya mengeluarkan sisi jahatnya menarik kerah kemeja polo dikenakan Brandon. “Jadi begini perlakuanmu setelah saya merawatmu selama sepuluh tahun! Dasar anak tidak tau terima kasih! Seharusnya saya tidak memberikan posisi direktur kepada kamu!”Brandon mengangkat kepala dengan angkuh sambil melepaskan cengkeraman tangan ayah tirinya. “Justru Anda seharusnya tau posisi Anda sekarang! Lancang sekali Anda merebut perusahaan milik ayah saya setelah membunuhnya!”“Saya merebut perusahaannya? Ha! Justru dia yang merebut ibumu dari saya! Makanya itu, saya berbalas dendam dengan menghabisi nyawanya. Kebetulan saya bertemu Xavier dan dia juga punya tujuan yang sama, akhirnya kita bekerja sama menghancurkan keluarga kali
Di sisi lain, Isabella dan William sedang fitting gaun pengantin. Sudah jauh-jauh hari Isabella menyerahkan gaun rancangannya kepada desainer, sekarang tinggal mencoba apakah gaun rancangannya ini cocok untuknya atau tidak. Netra William berbinar-binar saat memandang calon istrinya memakai gaun pengantin bak putri kerajaan. Spontan mendatangi sang tunangan kemudian melingkarkan tangan kanannya di pinggang ramping. “Melihatmu memakai gaun pengantin sangat indah ini, aku jadi semakin tidak sabar menantikan pernikahan kita.”Isabella tersenyum anggun melingkarkan kedua tangannya di leher calon suaminya. “Mengingat kejadian sebelumnya saat kamu mencoba membujuk orang tuaku, aku sangat berterima kasih. Akhirnya impianku tercapai bisa menikahimu.”*****Sejak saat setelah Brandon menasihati William dan Isabella panjang lebar persoalan harus memberitahukan pertunangan ini kepada orang tua, William mencari cara untuk meluluhkan hati orang tuany
Untuk saat ini Brandon tidak mau bersikap berlebihan di kampus setelah disaksikan salah satu mahasiswi di kelasnya secara langsung. Sampai sekarang Brandon berpura-pura tidak tahu apa pun dan masih berasumsi bahwa mahasiswi itu tidak bermaksud jahat, walaupun sebenarnya ia tahu karakter mahasiswi itu tukang gosip di kelas. Melihat aksinya tertangkap basah, mahasiswi itu langsung berjalan cepat menuju kelas berikutnya. Sementara Belinda masih belum tahu apa yang terjadi sebenarnya. Dengan polos ia juga meninggalkan suaminya sendirian di koridor. Saat memasuki kelas dan menempati tempat duduk yang sudah dipilih Yena, telinga tajamnya mendengar sebuah gosip tidak terduga. “Eh, gua tadi lihat Belinda sama Pak Brandon keluar dari tangga darurat lho!” bisik mahasiswi itu. “Masa sih? Apa karena Pak Brandon omelin Belinda di tangga darurat supaya ga malu?” sahut teman dari mahasiswi itu. “Justru engga! Malahan mereka kelihatannya manis amat. Kayaknya
Bicara soal perayaan tahun baru, sewaktu masih kecil Belinda merayakan tahun baru bersama keluarga Brandon. Meskipun saat itu mereka baru berteman baik, Brandon langsung memperkenalkan Belinda ke orang tuanya. Memperkenalkan bukan berarti dengan tujuan pernikahan, mengingat usia Belinda saat itu masih kurang dari sepuluh tahun.“Wah, ternyata kalau dilihat secara langsung, Belinda sangat manis ya!” puji Yenny dengan pandangan berbinar-binar mengelus pipi mungil Belinda.Brandon memutar bola mata. “Manis-manis tapi aslinya nakal!”Belinda mendengkus dan menendang kaki Brandon di bawah meja. “Padahal kakak juga nakal! Aku mau minta beli cokelat, tapi kakak ga kasih aku kemarin.”“Lama-lama kan gigimu bisa berlubang kalau keseringan makan cokelat!” “Dasar kakak ga ngaca!”Para orang tua hanya bisa menggeleng-geleng menatap tingkah anak mereka seperti tom and jerry. Terutama Yenny mengelus dada, tidak menyangka sikap putranya juga kekanak-kanakan padahal sudah remaja.“Maaf ya kalau putr
Tiga belas tahun lalu… Sejak bertemu Brandon pertama kali di perpustakaan, Belinda menjadi semakin rajin pergi ke perpustakaan setiap hari. Terutama sengaja menempati kursi yang ditempati Brandon supaya Brandon bisa menjadi guru les matematika setiap ada PR. Apalagi hari ini Belinda mendapatkan banyak PR lagi, sudah pasti ia mengincar pangeran tampan mendatanginya untuk membantu mengerjakan PR. Sudah bermenit-menit menunggu sambil mengayunkan kaki dengan gesit, tetapi tidak ada tanda-tanda dosen itu akan mendatanginya, sehingga membuat bibirnya memanyun. “Kok kak Brandon lama amat ya datangnya? Padahal aku mau dia yang kerjain PR.” Pada saat bersamaan, Brandon menampakkan batang hidung sambil membawa sebuah paper bag berukuran besar. Senyumannya terlihat sumringah, berbeda dari biasanya membuat Belinda penasaran apa yang ada di benak Brandon. “Benar tebakanku. Pasti hari ini kamu pergi ke perpustakaan lagi dan duduk di tempatku,” ucap Brandon sambil menaruh paper bag di meja
Tidak terasa sang buah hati akhirnya hadir dalam kehidupan rumah tangga Belinda dan Brandon. Mereka dikaruniai bayi perempuan diberi nama Gabriella. Brandon sangat bersyukur memiliki anak perempuan, karena ia masih trauma melihat putranya William selalu berbuat onar yang menyebabkan William dan Isabella berdebat karena masalah anak hampir setiap hari. Namun, mengurus anak tentunya bukan hal yang mudah bagi mereka juga. Walaupun sebelumnya sempat percaya diri ingin punya anak perempuan, yang namanya masih bayi pasti susah diurus juga, apalagi mereka tidak mau punya pengasuh. Sejak sudah punya anak, Belinda memutuskan mengundurkan diri dari perusahaan dan ingin fokus mengurus anak saja. Lagi pula, tidak mungkin terus bekerja di bawah suaminya sedangkan dirinya sendiri masih punya perusahaan perlu diurus. Perusahaan milik orang tuanya yang kini diserahkan pada semua saudara sepupunya. Selama menjadi ibu rumah tangga, Belinda bangun lebih awal demi mengurus
Saat memasuki usia kandungan tujuh bulan, Belinda tidak diperbolehkan bekerja oleh Brandon. Selain itu, untuk menemani istrinya di rumah, Brandon juga berinisiatif bekerja dari rumah kalau tidak ada agenda penting agar istri tidak cepat bosan dan tidak ada jadwal mengajar di kampus. Sejak mengajar mata kuliah akuntansi, Brandon semakin sibuk mereview tugas mahasiswa. Tidak seperti dulu hanya mengajar mata kuliah strategi manajemen yang tugasnya hanya menjawab pertanyaan di buku teks dan membuat materi presentasi. Akibat lagi banyak pekerjaan kantor belakangan ini, Brandon memiliki ide usil setiap mahasiswanya berbuat ulah di kelas. Sering mengadakan ujian tiba-tiba dengan memberikan soal ujian yang sulit, sehingga para mahasiswa di kampus semakin membencinya.Sekarang pekerjaannya semakin bertumpuk di rumah. Baru memeriksa sebagian tugas mahasiswa sudah membuat kepalanya sakit. Rambut terlihat tidak beraturan akibat keseringan mengacak-acak rambutnya.
Sejak Belinda memasuki masa mengandung anaknya, sikap Brandon sebagai suami dan bos semakin ketat. Ia tidak membiarkan istrinya pulang malam atau diberikan pekerjaan kantor yang berlebihan. Bahkan ia sudah memperingatkan semua pegawainya untuk tidak membuat Belinda merasa repot selama bekerja. Akibat sikap Brandon yang sangat berlebihan, selama bekerja di kantor Belinda cepat bosan. Tidak seperti saat sebelum hamil, ia diberikan pekerjaan cukup banyak, sedangkan sekarang pekerjaan banyak itu dilimpahkan ke Yena. Belinda merasa segan karena secara tidak langsung menghambat Yena yang ingin berkencan dengan Daniel setiap pulang kerja. Selain itu, setiap pulang kerja, Brandon berinisiatif mendatangi Belinda bermaksud untuk mengajak pulang bersama. Tidak peduli semua pegawainya iri melihat sikapnya yang romantis pada istri, nomor satu dalam pikirannya adalah memastikan istri selalu sehat di matanya. Gara-gara setiap hari dimanjakan suami, Belinda semakin ing
Urusan ingin memiliki sang buah hati, Belinda tidak ingin mengambil pusing lagi. Entah akan ditanyakan seperti apa, tidak peduli. Apalagi tidak melakukannya hanya sekali. Hanya bisa berharap keajaiban mendatangi kehidupan rumah tangga mereka walaupun sudah berbulan-bulan berlalu. Namun, entah kenapa Belinda merasakan tubuhnya sejak bangun tidur seperti ingin memuntahkan seisi perutnya. Meskipun begitu, tetap berusaha tegar di hadapan Brandon supaya diperbolehkan pergi bekerja hari ini. Seperti biasa, Brandon selalu memanjakannya. Tidak enak badan sedikit langsung dibilang tidak usah bekerja. Walaupun diberikan nasi omelet merupakan makanan favoritnya, Belinda ingin memuntahkan seisi perutnya. Terpaksa menghabiskan nasi omelet buatan suaminya, entah nanti berakhir di kamar mandi atau tidak, daripada menyinggung perasaan suami di pagi hari. Sebenarnya Brandon mulai curiga melihat sikap Belinda belakangan ini tidak seperti biasanya. Padahal biasanya sarapa
Pertanyaan soal keinginan memiliki keturunan masih menghantui pikiran Belinda, walaupun acara makan-makan sederhana telah berakhir. Pergi kencan bersama suami saja sampai tidak tenang. Suaminya mengajak menonton di bioskop, tetapi pikirannya sedang tidak fokus. Dalam hati terus mengatakan apakah sebenarnya Brandon berubah pikiran tidak ingin memiliki anak bersamanya. Sejak ditanyakan pertanyaan sulit itu, Brandon juga terus berdiam. Dalam hati justru menginginkan anak, tetapi cemas istrinya tidak mau punya anak karena usianya masih tergolong muda. Walaupun film yang ditonton mereka merupakan film romantis, mereka terlihat gugup saat menyaksikan sebuah adegan ciuman di depan mata. Terutama Belinda terlalu gugup sampai batuk tersedak saat memakan sepotong cookies. Spontan Brandon langsung mengelus punggung lentik sang pujaan hati lambat laun sambil memberikan botol air. “Makannya pelan-pelan.”Belinda mengangguk kaku sambil menyesap air. Betapa m
Enam bulan kemudian….Setelah berbulan-bulan berjuang mengerjakan skripsi hingga ujian komprehensif, akhirnya Belinda bisa melepaskan statusnya sebagai mahasiswa. Upacara wisuda dihadiri oleh Brandon, William, dan Isabella. Sambil menunggu giliran Belinda menaiki panggung, Brandon berbincang santai dengan dua sahabatnya terlebih dahulu. “Omong-omong, menurut kalian berdua, gua boleh ekspos hubungan gua sama istri gua ga sih hari ini?”Isabella mengernyitkan alis. “Lu kayaknya sudah ga sabaran amat. Emangnya istri lu sudah setuju?”“Istri gua sih selalu bilang gua mesti rahasiakan pernikahan kami sampai dia lulus. Hari ini kan dia sudah lulus, seharusnya gua sudah boleh memamerkan hubungan kamu terang-terangan.”William menyunggingkan senyuman usil merangkul pundak istrinya dengan mesra. “Makanya kalau cari istri itu jangan masih di bawah umur. Kan jadinya ga bisa pacaran terang-terangan kayak kami.”“Ish gua kan dari dulu cuma c
Tantangan utama yang harus dihadapi Belinda sekarang adalah harus terbiasa hidup sendirian tanpa kehadiran suaminya, meskipun suaminya bepergian hanya tiga hari. Tugas skripsi tetap berjalan, walaupun sebelumnya hasilnya memuaskan bagi Brandon. Selama tiga hari itu, siapa yang akan memberikan masukan untuknya? Sejak Brandon berangkat ke bandara pagi-pagi sekali, Belinda sudah mulai merasakan kesepian dan merindukan Brandon. Untuk menghilangkan rasa kesepian, mengundang dua sahabatnya mengerjakan skripsi bersama di rumahnya. Lagi pula, ide ini berasal dari Brandon yang sebelumnya menyarankan mengundang Daniel dan Yena jika merasa kesepian di rumah. Brandon juga membelikan banyak camilan untuk dua tamu istimewanya sebelum bepergian. Tujuannya agar Daniel dan Yena betah menemani Belinda sepanjang hari di rumah. Sebenarnya baru kali ini mengundang dua tamunya itu, demi istrinya tidak kesepian di saat dirinya sedang melakukan perjalanan bisnis. “Pak Brandon