Mata Brandon semakin berkaca-kaca dan pandangannya mulai buram. Sudah mencoba sepuluh kali panggilan tetapi tidak terjawab. Kini berlarian mengelilingi taman kota mencoba mencari keberadaan sang istri. Apalagi di tengah lautan manusia membuatnya semakin kesulitan. Napasnya mulai sesak ditambah terik matahari membuat tubuhnya hampir terjatuh lemas.
Kelemahan taman kota ini adalah tidak ada kamera CCTV yang bisa merekam jejak kehadiran Belinda. Brandon terus menggerutu sambil mencoba menghubungi Belinda lagi.Drrt…drrt…Awalnya Brandon sudah bersemangat, tetapi raut wajahnya kembali murung melihat orang yang menghubunginya sekarang adalah William. Namun, Brandon juga ingin meminta bantuan William untuk mencari Belinda sampai ketemu.“Wil, gua mau minta tolong lu.”“Pasti ini ada kaitannya dengan Belinda.”Brandon mengernyitkan alis. “Kok lu tau?”Terdengar suara embusan napas kasar di telepon. “Brandon, gua mau kasih tHujan masih guyur deras. Akibat Brandon ceroboh menjatuhkan payungnya di saat menenangkan Belinda, kini tubuhnya juga basah kuyup. Di dalam mobil, udara AC cukup dingin walaupun sudah diatur suhu udara paling hangat. Melihat suaminya terlihat pucat akibat kedinginan, Belinda terus merasa bersalah. Saat tangan kirinya ingin meraih tangan suaminya, tangannya langsung digenggam erat. “Kali ini aku ga mau lepasin tanganmu. Nanti kamu kabur lagi!” hardik Brandon sambil menatap kaca depan sedikit buram. Belinda tertawa anggun. “Aku ga ada tempat tujuan sebenarnya. Aku ga akan kabur lagi darimu.”“Kamu harus tepati janjimu barusan!”“Aku janji, Sayang.” Belinda mencium pipi suaminya di saat lampu merah menyala.“Kamu juga harus tepati janji jangan membiarkan tubuhmu kehujanan lagi! Kalau sampai kamu beneran sakit dan aku ga ada inisiatif mencarimu, siapa yang akan merawatmu? Yena?”“Dia sendiri saja terkadang sembrono ga bis
“Belinda Belinda, kamu itu satu-satunya anak muda yang belum menikah lho. Masa kamu mau jomblo terus seumur hidupmu?” Seharusnya acara keluarga diselimuti suasana hangat, Belinda merasakan tubuhnya kaku mendengar kalimat ejekan itu yang sudah diucapkan sekian banyak kali. Muak rasanya diadopsi oleh keluarga mapan, tetapi banyak tuntutannya. Karena ia tidak terlalu menyukai keluarganya, ia lebih menyukai hidup dengan gayanya sendiri. Namun, mau sampai kapan terus diejek seperti ini? Semua saudara sepupu sudah menikah dan memiliki anak, sedangkan dirinya sendiri bahkan belum pernah berpacaran, bagaimana ia bisa menikah? Belinda mengepalkan tangannya sambil menggenggam gelas kaca dengan erat. “Duh, kenapa sih keluarga gua demen amat lihat anaknya nikah!” “Mau dijodohin sama cowok mapan dan tampan tapi kamu tetap tidak mau. Sebenarnya mau kamu itu apa sih, Belinda?!” bentak sang ayah angkat membuat tensi darah Belinda semakin meningkat. Belinda melipat kedua tangan di dada. “Mau co
Baru hari pertama masuk kuliah, suasana sedikit canggung. Sepanjang perjalanan menuju ruang dosen, Belinda tidak henti-hentinya terus mendesah. Sudah pasti, karena pertama kali dipanggil ke ruang dosen dengan nada bicara dosen yang ingin menerkamnya, terutama sudah berbuat onar di pertemuan pertama mereka. Brandon mengganti lokasi pertemuan di tangga darurat. Entah kenapa Belinda merasakan temperatur udara cukup dingin walaupun tidak ada pendingin ruangan, akibat melihat wajah dosen ini yang awalnya masih menampakkan senyuman manis, kini menjadi dosen killer sedingin kulkas sungguhan. “Gimana rasanya pas tau saya adalah dosen yang mengajarmu?” tanya Brandon dengan nada mulai judes. “Anu … tentu saja saya sedikit terkejut karena pertama kali diajar dosen masih muda.” “Bukan kaget karena kamu ketemu pemuda yang bertengkar denganmu di parkiran, kemudian kamu baru tau aku adalah dosen?” Nada bicara Brandon semakin meninggi membuat Belinda merasakan kakinya semakin gemetar. “Itu–”
Bu Yenny sudah menduga jika putranya dan Belinda bertemu pasti akan berakhir seperti ini, setelah mendengar curahan hati kedua orang ini yang serupa. Hanya saja hingga sekarang Bu Yenny masih bersikap tidak tahu apa-apa. Reaksi Belinda dan Brandon masih saling melempar pandangan syok dan mengulurkan jari telunjuk satu sama lain. Keduanya masih penasaran dengan pertemuan aneh ini di luar jam kuliah, apakah mereka sungguh ditakdirkan bertemu terus? “Saya putranya Bu Yenny, makanya saya datang ke sini,” ucap Brandon dengan nada sedikit angkuh. “Lalu, kenapa kamu bisa ada di sini?” “Selama ini saya yang merawat Bu Yenny setiap bapak tidak berkunjung.” Bu Yenny menepuk tangan untuk menghilangkan suasana canggung. “Oh, jadi kalian sudah saling kenal. Jadinya ibu tidak perlu cape-cape memperkenalkan kalian lagi.” Sejenak Brandon menaruh sebuah paper bag berisi kotak-kotak bekal di meja samping ranjang. “Ibu kenapa ga bilang ke aku sih dari awal kalo Belinda yang rawat ibu selama ini?”
Benar-benar ingin gila rasanya. Bahkan Belinda tidak memiliki tenaga ingin berbuat onar lagi. Insiden kemarin mereka bertengkar hanya karena permasalahan kecil, sedangkan sekarang diajak menikah tiba-tiba. Sebenarnya dosen killer ini waras atau tidak sih. Belinda masih belum mengetahui apa yang terjadi sebenarnya hingga membuat Brandon berubah pikiran, yang pasti pertanyaan itu sudah membuat darahnya mendidih. “Bapak bercanda? Bapak mau menikahi saya tiba-tiba? Kenapa?” Tentunya Brandon tidak bisa menjawab alasan kenapa ingin menikahi mahasiswinya tiba-tiba. Apalagi mustahil berkata bahwa dirinya ingin menikah demi bisa menghindari wanita gila itu. Tangan kanannya terus menggenggam setiran dengan erat sambil menunduk. Belinda memutar bola mata sambil tertawa remeh. “Bapak menyukai saya sebenarnya sampai mau menikahi saya?” “Belinda, soal itu–” “Saya tidak menyangka bapak juga tipe dosen yang suka mempermainkan mahasiswinya. Apa perlu saya lapor ke dekan?” Belinda menepuk jidat.
Brandon cukup terkejut mendengar jawaban diberikan Belinda di luar dugaannya. Terutama jelas-jelas mengingat adegan terakhir mereka lakukan saat di mobil adalah mereka bertengkar dahsyat karena lamaran dadakan itu. Namun, melihat ekspresi wajah Belinda sangat percaya diri, mulai penasaran hal apa yang berhasil mengubah pikiran Belinda tiba-tiba. Dosen killer ini menampakkan lengkungan bibir manis sambil melipat kedua tangan di dada. “Bukankah sekarang ini kamu juga berhadapan dengan neraka?” Belinda memalingkan mata. “Neraka juga sih, tapi saya yakin bapak bisa menjaga saya.” “Memangnya kenapa saya harus jadi pangeranmu? Brandon tertawa kecil. “Pola pikirmu masih seperti anak kecil.” Sudah tidak bisa menahan kesabarannya, Belinda menendang kaki lawan bicaranya dengan tatapan melotot. “Memang bapak tidak bisa dipercaya. Masih baik saya menerima lamaran bapak. Apa perlu saya berubah pikiran dan menolak lamaran bapak?!” Awalnya Brandon ingin bersikap manis, kini ia kembali memasang
Langit sudah menampakkan warna jingga, Belinda bersama teman-temannya berjalan menuju lobby kampus. Apalagi terlihat Daniel sangat bahagia berjalan bersebelahan dengan Belinda sudah seperti kekasih sungguhan yang berhasil membuat Yena menjadi obat nyamuk, meskipun sudah tahu Daniel tidak akan bisa menikahi Belinda. “Bel, lu mau makan bareng gua ga?” tanya Daniel dengan antusias. Mendengar ajakan Daniel hanya untuk Belinda, Yena memanyunkan bibir. “Kok lu ga ajak gua sih? Gua kecewa nih!” Belinda menampakkan senyuman anggun. “Gua–” Ting… Tiba-tiba muncul sebuah notifikasi pesan singkat di layar ponsel. Belinda menghentikan langkahnya sejenak kemudian membaca pesan singkat itu dari sang tunangan killer. “Habis pulang, ingat harus temui saya!” Belinda tertawa kesal sambil menggerakkan bibirnya kanan kiri. “Emangnya dia bosku? Seenak jidat ngatur orang!” Daniel bingung melihat sikap sahabatnya berubah drastis tiba-tiba hingga matanya menyipit. “Lu kenapa, Bel?” Harus bagaimana
Pertanyaan macam apa ini? Bisa-bisanya seorang dosen menanyakan mahasiswinya terkait urusan asmara. Tentunya Belinda terkejut mendengarnya sekaligus ingin protes. “Kenapa bapak tiba-tiba nanya?” tanya Belinda mengangkat kepala angkuh. “Saya harus tau dulu dong sebenarnya kamu sudah punya pacar atau belum!” balas Brandon dengan nada judes. Mendengar nada bicara sang dosen tampan seperti terbakar api cemburu, Belinda memiliki ide usil. Jari jemarinya mengelus pipi lembut di hadapannya dan menampakkan senyuman manja. “Emangnya kenapa kalo saya sudah punya pacar?” Brandon memasang tatapan melotot. “Jadi kamu beneran sudah pacaran?!” Belinda mengerang kesal sambil mendorong tubuh tunangannya sekuat tenaga. “Bapak ini kenapa sih? Bapak dengar gosip dari mana kalo saya punya pacar!” Sebenarnya Brandon ingin berkata sejujurnya apa yang dilihatnya saat di kampus. Jelas-jelas mengintip di pintu kelas menyaksikan adegan tunangannya bermesraan dengan mahasiswa tampan. Ditambah gosip teman
Hujan masih guyur deras. Akibat Brandon ceroboh menjatuhkan payungnya di saat menenangkan Belinda, kini tubuhnya juga basah kuyup. Di dalam mobil, udara AC cukup dingin walaupun sudah diatur suhu udara paling hangat. Melihat suaminya terlihat pucat akibat kedinginan, Belinda terus merasa bersalah. Saat tangan kirinya ingin meraih tangan suaminya, tangannya langsung digenggam erat. “Kali ini aku ga mau lepasin tanganmu. Nanti kamu kabur lagi!” hardik Brandon sambil menatap kaca depan sedikit buram. Belinda tertawa anggun. “Aku ga ada tempat tujuan sebenarnya. Aku ga akan kabur lagi darimu.”“Kamu harus tepati janjimu barusan!”“Aku janji, Sayang.” Belinda mencium pipi suaminya di saat lampu merah menyala.“Kamu juga harus tepati janji jangan membiarkan tubuhmu kehujanan lagi! Kalau sampai kamu beneran sakit dan aku ga ada inisiatif mencarimu, siapa yang akan merawatmu? Yena?”“Dia sendiri saja terkadang sembrono ga bis
Mata Brandon semakin berkaca-kaca dan pandangannya mulai buram. Sudah mencoba sepuluh kali panggilan tetapi tidak terjawab. Kini berlarian mengelilingi taman kota mencoba mencari keberadaan sang istri. Apalagi di tengah lautan manusia membuatnya semakin kesulitan. Napasnya mulai sesak ditambah terik matahari membuat tubuhnya hampir terjatuh lemas. Kelemahan taman kota ini adalah tidak ada kamera CCTV yang bisa merekam jejak kehadiran Belinda. Brandon terus menggerutu sambil mencoba menghubungi Belinda lagi. Drrt…drrt… Awalnya Brandon sudah bersemangat, tetapi raut wajahnya kembali murung melihat orang yang menghubunginya sekarang adalah William. Namun, Brandon juga ingin meminta bantuan William untuk mencari Belinda sampai ketemu. “Wil, gua mau minta tolong lu.”“Pasti ini ada kaitannya dengan Belinda.”Brandon mengernyitkan alis. “Kok lu tau?”Terdengar suara embusan napas kasar di telepon. “Brandon, gua mau kasih t
Dalam hati Belinda ingin minta maaf pada William karena menutupi hal penting secara langsung, walaupun sebenarnya dirinya memasang alat perekam suara di pulpen diberikan Brandon sebelumnya. Dengan pasrah Belinda mematikan speaker perekam suara di ruang interogasi. Natasha tertawa jahat melihat adik tirinya masih menurutinya hanya dengan menyebutkan nama suami. Menyilangkan kaki dengan angkuh sambil memajukan tubuhnya. “Ternyata lu masih mau nurutin gua ya! Padahal kan lu yang menang sekarang.” “Cepat katakan! Apa kaitannya keluarga Brandon dengan gua?!” “Lu terlalu cinta sama Brandon sampai berbuat sejauh ini ya! Kalau seandainya gua ga jadi kasih tau lu, apa yang akan lu lakukan?” Belinda memukul meja sedikit bertenaga. “Gua akan laporin semuanya ke kak William!” “Baiklah, gua akan ceritakan semuanya sampai lu sadar kalau lu sebenarnya penghancur hidup Brandon! Itulah kenapa selama ini gua b
Semua tamu undangan berseru menyaksikan acara ulang tahun perusahaan yang seharusnya berlangsung meriah, kini menjadi kacau akibat hanya sebuah pengumuman penting disampaikan sang pewaris sesungguhnya. Para investigator juga mengepung seluruh anggota keluarga Xavier dan memborgol mereka, kemudian menyeret keluar dari venue. Kini artikel di semua media sosial dipenuhi berita mengenai Belinda adalah anak tunggal pemilik perusahaan yang akhirnya menampakkan batang hidung lagi setelah sepuluh tahun dinyatakan menghilang. Sebenarnya tidak ada yang tahu Belinda berasal dari keluarga kalangan konglomerat, karena Ethan yang sengaja tidak mau memamerkan keluarganya berlebihan. Dari posisi masing-masing berdiri, mereka saling melempar senyuman terindah. Daniel dan Yena melambaikan tangan sambil mengacungkan jempol di bagian operator, Brandon dan Isabella membuat hati di jari mereka, sedangkan William yang sibuk menuntun Xavier keluar dari venue, kembali masuk sambil mengac
Hari yang ditunggu telah tiba. Sesuai dengan diskusi sebelumnya, semuanya sudah berada di posisi masing-masing. Acara ulang tahun perusahaan ini bukanlah acara biasa, sehingga Xavier mengundang banyak reporter juga. Tamu yang menghadiri acara ini terdiri dari beberapa partner bisnis, investor, para direktur, beserta rekan dekat Natasha. Di dalam venue sudah dipenuhi tamu undangan yang duduk di meja sudah disediakan sesuai undangan. Isabella sudah tiba lebih awal dengan penampilan gaun elegan, memantau suasana venue masih terlihat aman. Sementara Daniel dan Yena juga mulai melakukan aksi mereka sebagai operator yang mengurus speaker dan proyektor. Mereka sudah duduk di posisi masing-masing sambil siap-siap mengeluarkan flashdisk yang berisi semua bukti kejahatan Xavier selama bertahun-tahun. Lima menit sebelum acara dimulai, Isabella menyempatkan waktu berjalan mengambil segelas air putih. Sebenarnya tujuannya melakukannya agar bisa berpapasan dengan Nat
Misi rahasia telah berhasil dilakukan. Sekarang waktunya Belinda dan Brandon kembali berkumpul bersama William. Karena hari semakin malam, Brandon juga mengajak makan malam bersama di sebuah restoran yang menyediakan ruangan VIP. Tidak lupa Brandon juga mengajak Isabella karena peran Isabella sangat penting saat melakukan misi rahasia. Isabella menceritakan apa yang dilakukannya selama berperan sebagai temannya Natasha saat berkunjung. Apalagi jika dikombinasikan dengan temuan Belinda dan Brandon saat menyusup ke sarang harimau, William sudah memiliki ide cemerlang untuk melawan musuh terbesar mereka. “Lusa nanti saat acara ulang tahun perusahaan, gua juga akan tangkap Pak Xavier saat itu juga.”Isabella bertopang dagu. “Nah sekarang masalahnya adalah gimana cara kita buktiin kecelakaan sepuluh tahun lalu itu adalah ulahnya Pak Xavier?” Belinda menghembuskan napas dengan lemas. “Sepertinya penangkapan ayah tiriku lusa nanti tidak bisa ditangkap
Belinda dan Brandon membuka surat wasiat yang ditulis oleh ayah kandung Belinda sepuluh tahun lalu. Surat wasiat itu tertera terang-terangan bahwa saat founder sekaligus presiden direktur telah dinyatakan meninggal atau meninggalkan perusahaan, maka yang berhak menjadi pewaris utama perusahaan Dream Star Company Limited adalah Belinda Felicia. Seratus persen saham akan diserahkan pada pewaris selanjutnya. Selain membaca surat wasiat asli, Brandon juga melihat-lihat dokumen perusahaan seperti laporan keuangan dan juga akta-akta notaris. Belinda tidak bisa menahan air matanya memeluk surat wasiat ini. Merindukan sang ayah kandung yang selalu menyayanginya sampai detik-detik terakhir sebelum meninggal, Belinda semakin bersemangat ingin berbalas dendam pada keluarga kejam ini. “Aku rindu ayah…”Brandon langsung memeluk tubuh mungil istrinya dengan erat sambil menepuk-nepuk punggung berirama. “Sedikit lagi kamu bisa mendapatkan kembali perusahaan ayahmu. Kamu
Menyusun skenario untuk menyusup ke sarang harimau tidak membutuhkan waktu sehari. Semuanya sudah terkoordinasi dan Isabella juga terlibat dalam menjalankan misi rahasia ini. Tugas Isabella adalah memantau pergerakan keluarga tiri itu di gedung perusahaan elit ini. Sebenarnya Isabella masih sangat dendam pada Natasha, tetapi apa boleh buat terpaksa harus melakukannya demi keselamatan Belinda dan Brandon yang sedang menyusup ke sarang harimau. Walaupun Isabella sempat diracuni Natasha beberapa saat lalu, Isabella memutuskan berpura-pura tidak tahu apa pun. Sangat yakin Natasha juga akan melakukan hal yang sama karena ia sangat mengenal karakter Natasha yang selalu menutupi kesalahannya dengan cara berpura-pura bersikap seperti orang baik sungguhan. Di saat sedang ingin menaiki lift, tanpa sengaja berpapasan dengan Pak Xavier sedang menaiki lift juga. Kebetulan sekali kehadirannya di perusahaan ini juga ingin mengawasi pergerakan Pak Xav
Tidak hanya Belinda menceritakan misi rahasianya kepada Brandon, Isabella juga menceritakan semuanya kepada William sambil memperlihatkan semua bukti yang diberikan Celine di layar ponsel. William terkagum-kagum mendengar kelicikan kekasihnya justru membawakan kabar baik untuk mereka semua. Tidak menyangka seorang wanita yang selalu bersikap anggun ternyata bisa menggunakan cara licik untuk membujuk penjahat. “Sepertinya pekerjaanku menjadi lebih ringan berkat bantuan kamu,” ucap William menatap sang kekasih dengan pandangan cinta. “Bukankah kamu mau semua masalah ini cepat terselesaikan? Makanya Belinda juga antusias melakukan misi rahasia ini tanpa bantuan suaminya.”“Lebih cepat lebih baik. Jadinya hidup kita berempat lebih tenang.”Isabella mengerutkan dahi sambil melipat kedua tangan di dada. “Kamu hanya berkomentar begitu saja? Padahal aku dan Belinda sudah bersusah payah berjuang nih!”William tertawa terbahak-bahak sam