Untuk saat ini Brandon tidak mau bersikap berlebihan di kampus setelah disaksikan salah satu mahasiswi di kelasnya secara langsung. Sampai sekarang Brandon berpura-pura tidak tahu apa pun dan masih berasumsi bahwa mahasiswi itu tidak bermaksud jahat, walaupun sebenarnya ia tahu karakter mahasiswi itu tukang gosip di kelas. Melihat aksinya tertangkap basah, mahasiswi itu langsung berjalan cepat menuju kelas berikutnya.
Sementara Belinda masih belum tahu apa yang terjadi sebenarnya. Dengan polos ia juga meninggalkan suaminya sendirian di koridor. Saat memasuki kelas dan menempati tempat duduk yang sudah dipilih Yena, telinga tajamnya mendengar sebuah gosip tidak terduga.“Eh, gua tadi lihat Belinda sama Pak Brandon keluar dari tangga darurat lho!” bisik mahasiswi itu.“Masa sih? Apa karena Pak Brandon omelin Belinda di tangga darurat supaya ga malu?” sahut teman dari mahasiswi itu.“Justru engga! Malahan mereka kelihatannya manis amat. KayaknyaTentunya permasalahan gosip aneh tersebar luas di kampus, Brandon tidak bisa membiarkan hal itu terjadi terus-menerus. Setelah kelas berakhir, Brandon memanggil Lisa dan temannya bertemu di tangga darurat. Brandon memasang tatapan menyeringai pada dua mahasiswi ini yang bersikap kurang ajar di belakangnya. “Kalian tau kenapa saya panggil kalian ke sini?” hardik Brandon membuat dua mahasiswi ini membeku. “Mungkin karena nilai tugas saya jelek?” sahut Lisa dengan nada polos. “Atau tugas kita ga sesuai harapan bapak?” tambah temannya Lisa. Brandon tersenyum sinis berjalan mondar-mandir dengan gaya angkuh. “Coba kalian bayangkan. Sekarang saya panggil kalian berdua bertemu di tangga darurat. Lalu, saat salah satu dari kalian keluar dari sini, apa itu bisa disebut sebagai kencan?”Lisa menelan saliva gugup. Ia teringat gosip yang disebarkannya kemarin saat sebelum kelas bisnis internasional dimulai. Satu hal yang dipikirkannya saat ini ada
Tidak terasa ujian akhir semester telah berakhir. Urusan perkuliahan selama semester lima telah selesai, tinggal menyelesaikan tugas magang yang hampir berakhir dua bulan lagi. Selain Belinda dan Brandon bisa berkencan sepuasnya di hari libur, tidak lupa Isabella dan William juga akan menikah. Untuk pertama kalinya Belinda sibuk mencari gaun yang cocok dipakainya pada saat kondangan besok. Sudah sekitar satu jam mencari-cari gaun, sehingga seisi walk in closet dipenuhi pakaiannya membuat Brandon murka lagi melihat istrinya selalu membuat berantakan. “Sayang, kamu tinggal pilih gaun favoritmu saja. Ga perlu obok-obok segala sampai berantakan nih! Kebiasaan deh sejak dulu ga pernah berubah!” keluh Brandon mengambil semua gaun berserakan satu per satu. Belinda memanyunkan bibir. “Habisnya semuanya aku suka. Aku bingung mau pilih yang mana. Semuanya kan dibeliin kamu sewaktu dulu.”“Kalau kamu bingung kenapa ga minta aku bantu pilih? Kan ada aku.”
Tidak terasa sudah hampir satu tahun Belinda dan Brandon menjalankan kehidupan rumah tangga. Walaupun kelihatannya rumah tangga mereka manis, tetapi banyak rintangan harus dihadapi mereka. Salah satunya, mereka tetap harus menyembunyikan hubungan mereka sampai Belinda lulus kuliah. Belakangan ini Brandon sibuk mengurus pekerjaan kantor, sehingga setiap pulang ke rumah sudah larut malam dan tidak sempat bermain bersama istrinya. Selain menjadi bos di perusahaan, kini juga mengajar tidak hanya satu mata kuliah saja, melainkan mengajar beberapa mata kuliah terkait dengan hitungan setelah mendengarkan masukan dari istrinya. Sudah seminggu Belinda merasa mulai bosan tanpa ditemani suaminya. Padahal sudah kerja dalam satu atap, tetapi mereka jarang sekali bertemu dalam sehari seolah-olah seperti atasan dan bawahan sungguhan. Sebentar lagi adalah hari ulang tahun pernikahan mereka yang pertama. Akibat Brandon terlalu sibuk bekerja, Belinda cemas Brandon akan m
Seiring waktu berjalan, hubungan Belinda dan Brandon masih tetap dirahasiakan selama masa perkuliahan. Bahkan saat mencapai semester akhir, tidak ada satu pun mahasiswa atau dosen yang menyadari bahwa Belinda dan Brandon adalah suami istri. Sekarang peran Brandon bukan sekadar sebagai dosen saja, melainkan sebagai dosen pembimbing istrinya selama menjalankan skripsi. Sebenarnya ini bukan permintaannya yang ingin menjadi dosen pembimbing, tetapi entah kenapa tiba-tiba dipilih menjadi dosen pembimbing untuk Belinda. Hal ini tentunya membuatnya bahagia karena bisa dikatakan semakin bisa menempel dengan istrinya kapan pun. Walaupun Belinda suka suaminya menjadi dosen pembimbingnya, tetapi di satu sisi tidak suka karena banyak revisi yang harus dilakukannya hingga membuat kepalanya sakit setiap hari. Terutama Brandon menawarkan Belinda untuk bekerja di perusahaannya setelah masa magang berakhir, kerjaan semakin bertumpuk. Belinda masih berdiam di ruang kerja
Belinda tetap bersikap profesional selama di kantor. Walaupun semakin banyak ada gosip aneh tersebar, ia tetap membungkam mulutnya dan fokus mengerjakan tugas skripsinya juga. Besok adalah deadline mengumpulkan tugas. Akibat terlalu banyak berbincang bersama suami sepanjang malam, ia hampir melupakan tugasnya masih banyak harus direvisi. Tidak hanya Belinda, Yena juga mengalami hal yang sama. Tugas skripsi masih bertumpuk, belum ditambah pekerjaan yang terus berdatangan. Rambutnya sudah mulai terlihat acak-acak akibat ia terus melampiaskan stress. “Suami lu benar-benar ya bikin orang susah! Gua sampai sekarang masih bingung letak kesalahan gua di mana meskipun ada catatan darinya,” bisiknya dengan nada ketus. “Gua sendiri juga masih sibuk revisi nih! Kemarin gua sudah protes ke dia kok. Tapi enak amat jawabnya demi kita nilainya bagus.”“Kalau mau nilai kita bagus, harusnya kasih kita referensi jurnal penelitian.” Yena melipat kedua tangan di d
Tantangan utama yang harus dihadapi Belinda sekarang adalah harus terbiasa hidup sendirian tanpa kehadiran suaminya, meskipun suaminya bepergian hanya tiga hari. Tugas skripsi tetap berjalan, walaupun sebelumnya hasilnya memuaskan bagi Brandon. Selama tiga hari itu, siapa yang akan memberikan masukan untuknya? Sejak Brandon berangkat ke bandara pagi-pagi sekali, Belinda sudah mulai merasakan kesepian dan merindukan Brandon. Untuk menghilangkan rasa kesepian, mengundang dua sahabatnya mengerjakan skripsi bersama di rumahnya. Lagi pula, ide ini berasal dari Brandon yang sebelumnya menyarankan mengundang Daniel dan Yena jika merasa kesepian di rumah. Brandon juga membelikan banyak camilan untuk dua tamu istimewanya sebelum bepergian. Tujuannya agar Daniel dan Yena betah menemani Belinda sepanjang hari di rumah. Sebenarnya baru kali ini mengundang dua tamunya itu, demi istrinya tidak kesepian di saat dirinya sedang melakukan perjalanan bisnis. “Pak Brandon
Enam bulan kemudian….Setelah berbulan-bulan berjuang mengerjakan skripsi hingga ujian komprehensif, akhirnya Belinda bisa melepaskan statusnya sebagai mahasiswa. Upacara wisuda dihadiri oleh Brandon, William, dan Isabella. Sambil menunggu giliran Belinda menaiki panggung, Brandon berbincang santai dengan dua sahabatnya terlebih dahulu. “Omong-omong, menurut kalian berdua, gua boleh ekspos hubungan gua sama istri gua ga sih hari ini?”Isabella mengernyitkan alis. “Lu kayaknya sudah ga sabaran amat. Emangnya istri lu sudah setuju?”“Istri gua sih selalu bilang gua mesti rahasiakan pernikahan kami sampai dia lulus. Hari ini kan dia sudah lulus, seharusnya gua sudah boleh memamerkan hubungan kamu terang-terangan.”William menyunggingkan senyuman usil merangkul pundak istrinya dengan mesra. “Makanya kalau cari istri itu jangan masih di bawah umur. Kan jadinya ga bisa pacaran terang-terangan kayak kami.”“Ish gua kan dari dulu cuma c
Pertanyaan soal keinginan memiliki keturunan masih menghantui pikiran Belinda, walaupun acara makan-makan sederhana telah berakhir. Pergi kencan bersama suami saja sampai tidak tenang. Suaminya mengajak menonton di bioskop, tetapi pikirannya sedang tidak fokus. Dalam hati terus mengatakan apakah sebenarnya Brandon berubah pikiran tidak ingin memiliki anak bersamanya. Sejak ditanyakan pertanyaan sulit itu, Brandon juga terus berdiam. Dalam hati justru menginginkan anak, tetapi cemas istrinya tidak mau punya anak karena usianya masih tergolong muda. Walaupun film yang ditonton mereka merupakan film romantis, mereka terlihat gugup saat menyaksikan sebuah adegan ciuman di depan mata. Terutama Belinda terlalu gugup sampai batuk tersedak saat memakan sepotong cookies. Spontan Brandon langsung mengelus punggung lentik sang pujaan hati lambat laun sambil memberikan botol air. “Makannya pelan-pelan.”Belinda mengangguk kaku sambil menyesap air. Betapa m
Bicara soal perayaan tahun baru, sewaktu masih kecil Belinda merayakan tahun baru bersama keluarga Brandon. Meskipun saat itu mereka baru berteman baik, Brandon langsung memperkenalkan Belinda ke orang tuanya. Memperkenalkan bukan berarti dengan tujuan pernikahan, mengingat usia Belinda saat itu masih kurang dari sepuluh tahun.“Wah, ternyata kalau dilihat secara langsung, Belinda sangat manis ya!” puji Yenny dengan pandangan berbinar-binar mengelus pipi mungil Belinda.Brandon memutar bola mata. “Manis-manis tapi aslinya nakal!”Belinda mendengkus dan menendang kaki Brandon di bawah meja. “Padahal kakak juga nakal! Aku mau minta beli cokelat, tapi kakak ga kasih aku kemarin.”“Lama-lama kan gigimu bisa berlubang kalau keseringan makan cokelat!” “Dasar kakak ga ngaca!”Para orang tua hanya bisa menggeleng-geleng menatap tingkah anak mereka seperti tom and jerry. Terutama Yenny mengelus dada, tidak menyangka sikap putranya juga kekanak-kanakan padahal sudah remaja.“Maaf ya kalau putr
Tiga belas tahun lalu… Sejak bertemu Brandon pertama kali di perpustakaan, Belinda menjadi semakin rajin pergi ke perpustakaan setiap hari. Terutama sengaja menempati kursi yang ditempati Brandon supaya Brandon bisa menjadi guru les matematika setiap ada PR. Apalagi hari ini Belinda mendapatkan banyak PR lagi, sudah pasti ia mengincar pangeran tampan mendatanginya untuk membantu mengerjakan PR. Sudah bermenit-menit menunggu sambil mengayunkan kaki dengan gesit, tetapi tidak ada tanda-tanda dosen itu akan mendatanginya, sehingga membuat bibirnya memanyun. “Kok kak Brandon lama amat ya datangnya? Padahal aku mau dia yang kerjain PR.” Pada saat bersamaan, Brandon menampakkan batang hidung sambil membawa sebuah paper bag berukuran besar. Senyumannya terlihat sumringah, berbeda dari biasanya membuat Belinda penasaran apa yang ada di benak Brandon. “Benar tebakanku. Pasti hari ini kamu pergi ke perpustakaan lagi dan duduk di tempatku,” ucap Brandon sambil menaruh paper bag di meja
Tidak terasa sang buah hati akhirnya hadir dalam kehidupan rumah tangga Belinda dan Brandon. Mereka dikaruniai bayi perempuan diberi nama Gabriella. Brandon sangat bersyukur memiliki anak perempuan, karena ia masih trauma melihat putranya William selalu berbuat onar yang menyebabkan William dan Isabella berdebat karena masalah anak hampir setiap hari. Namun, mengurus anak tentunya bukan hal yang mudah bagi mereka juga. Walaupun sebelumnya sempat percaya diri ingin punya anak perempuan, yang namanya masih bayi pasti susah diurus juga, apalagi mereka tidak mau punya pengasuh. Sejak sudah punya anak, Belinda memutuskan mengundurkan diri dari perusahaan dan ingin fokus mengurus anak saja. Lagi pula, tidak mungkin terus bekerja di bawah suaminya sedangkan dirinya sendiri masih punya perusahaan perlu diurus. Perusahaan milik orang tuanya yang kini diserahkan pada semua saudara sepupunya. Selama menjadi ibu rumah tangga, Belinda bangun lebih awal demi mengurus
Saat memasuki usia kandungan tujuh bulan, Belinda tidak diperbolehkan bekerja oleh Brandon. Selain itu, untuk menemani istrinya di rumah, Brandon juga berinisiatif bekerja dari rumah kalau tidak ada agenda penting agar istri tidak cepat bosan dan tidak ada jadwal mengajar di kampus. Sejak mengajar mata kuliah akuntansi, Brandon semakin sibuk mereview tugas mahasiswa. Tidak seperti dulu hanya mengajar mata kuliah strategi manajemen yang tugasnya hanya menjawab pertanyaan di buku teks dan membuat materi presentasi. Akibat lagi banyak pekerjaan kantor belakangan ini, Brandon memiliki ide usil setiap mahasiswanya berbuat ulah di kelas. Sering mengadakan ujian tiba-tiba dengan memberikan soal ujian yang sulit, sehingga para mahasiswa di kampus semakin membencinya.Sekarang pekerjaannya semakin bertumpuk di rumah. Baru memeriksa sebagian tugas mahasiswa sudah membuat kepalanya sakit. Rambut terlihat tidak beraturan akibat keseringan mengacak-acak rambutnya.
Sejak Belinda memasuki masa mengandung anaknya, sikap Brandon sebagai suami dan bos semakin ketat. Ia tidak membiarkan istrinya pulang malam atau diberikan pekerjaan kantor yang berlebihan. Bahkan ia sudah memperingatkan semua pegawainya untuk tidak membuat Belinda merasa repot selama bekerja. Akibat sikap Brandon yang sangat berlebihan, selama bekerja di kantor Belinda cepat bosan. Tidak seperti saat sebelum hamil, ia diberikan pekerjaan cukup banyak, sedangkan sekarang pekerjaan banyak itu dilimpahkan ke Yena. Belinda merasa segan karena secara tidak langsung menghambat Yena yang ingin berkencan dengan Daniel setiap pulang kerja. Selain itu, setiap pulang kerja, Brandon berinisiatif mendatangi Belinda bermaksud untuk mengajak pulang bersama. Tidak peduli semua pegawainya iri melihat sikapnya yang romantis pada istri, nomor satu dalam pikirannya adalah memastikan istri selalu sehat di matanya. Gara-gara setiap hari dimanjakan suami, Belinda semakin ing
Urusan ingin memiliki sang buah hati, Belinda tidak ingin mengambil pusing lagi. Entah akan ditanyakan seperti apa, tidak peduli. Apalagi tidak melakukannya hanya sekali. Hanya bisa berharap keajaiban mendatangi kehidupan rumah tangga mereka walaupun sudah berbulan-bulan berlalu. Namun, entah kenapa Belinda merasakan tubuhnya sejak bangun tidur seperti ingin memuntahkan seisi perutnya. Meskipun begitu, tetap berusaha tegar di hadapan Brandon supaya diperbolehkan pergi bekerja hari ini. Seperti biasa, Brandon selalu memanjakannya. Tidak enak badan sedikit langsung dibilang tidak usah bekerja. Walaupun diberikan nasi omelet merupakan makanan favoritnya, Belinda ingin memuntahkan seisi perutnya. Terpaksa menghabiskan nasi omelet buatan suaminya, entah nanti berakhir di kamar mandi atau tidak, daripada menyinggung perasaan suami di pagi hari. Sebenarnya Brandon mulai curiga melihat sikap Belinda belakangan ini tidak seperti biasanya. Padahal biasanya sarapa
Pertanyaan soal keinginan memiliki keturunan masih menghantui pikiran Belinda, walaupun acara makan-makan sederhana telah berakhir. Pergi kencan bersama suami saja sampai tidak tenang. Suaminya mengajak menonton di bioskop, tetapi pikirannya sedang tidak fokus. Dalam hati terus mengatakan apakah sebenarnya Brandon berubah pikiran tidak ingin memiliki anak bersamanya. Sejak ditanyakan pertanyaan sulit itu, Brandon juga terus berdiam. Dalam hati justru menginginkan anak, tetapi cemas istrinya tidak mau punya anak karena usianya masih tergolong muda. Walaupun film yang ditonton mereka merupakan film romantis, mereka terlihat gugup saat menyaksikan sebuah adegan ciuman di depan mata. Terutama Belinda terlalu gugup sampai batuk tersedak saat memakan sepotong cookies. Spontan Brandon langsung mengelus punggung lentik sang pujaan hati lambat laun sambil memberikan botol air. “Makannya pelan-pelan.”Belinda mengangguk kaku sambil menyesap air. Betapa m
Enam bulan kemudian….Setelah berbulan-bulan berjuang mengerjakan skripsi hingga ujian komprehensif, akhirnya Belinda bisa melepaskan statusnya sebagai mahasiswa. Upacara wisuda dihadiri oleh Brandon, William, dan Isabella. Sambil menunggu giliran Belinda menaiki panggung, Brandon berbincang santai dengan dua sahabatnya terlebih dahulu. “Omong-omong, menurut kalian berdua, gua boleh ekspos hubungan gua sama istri gua ga sih hari ini?”Isabella mengernyitkan alis. “Lu kayaknya sudah ga sabaran amat. Emangnya istri lu sudah setuju?”“Istri gua sih selalu bilang gua mesti rahasiakan pernikahan kami sampai dia lulus. Hari ini kan dia sudah lulus, seharusnya gua sudah boleh memamerkan hubungan kamu terang-terangan.”William menyunggingkan senyuman usil merangkul pundak istrinya dengan mesra. “Makanya kalau cari istri itu jangan masih di bawah umur. Kan jadinya ga bisa pacaran terang-terangan kayak kami.”“Ish gua kan dari dulu cuma c
Tantangan utama yang harus dihadapi Belinda sekarang adalah harus terbiasa hidup sendirian tanpa kehadiran suaminya, meskipun suaminya bepergian hanya tiga hari. Tugas skripsi tetap berjalan, walaupun sebelumnya hasilnya memuaskan bagi Brandon. Selama tiga hari itu, siapa yang akan memberikan masukan untuknya? Sejak Brandon berangkat ke bandara pagi-pagi sekali, Belinda sudah mulai merasakan kesepian dan merindukan Brandon. Untuk menghilangkan rasa kesepian, mengundang dua sahabatnya mengerjakan skripsi bersama di rumahnya. Lagi pula, ide ini berasal dari Brandon yang sebelumnya menyarankan mengundang Daniel dan Yena jika merasa kesepian di rumah. Brandon juga membelikan banyak camilan untuk dua tamu istimewanya sebelum bepergian. Tujuannya agar Daniel dan Yena betah menemani Belinda sepanjang hari di rumah. Sebenarnya baru kali ini mengundang dua tamunya itu, demi istrinya tidak kesepian di saat dirinya sedang melakukan perjalanan bisnis. “Pak Brandon