Dua mobil sedan saling bertabrakan itu sudah hancur parah dan mengeluarkan asap dari kap mesin mobil. Jika dilihat kondisi mobil sedan keluarga Brandon masih tidak separah dengan mobil keluarga Belinda yang sudah tidak terbentuk. Untungnya Brandon tidak terluka parah karena berkat perlindungan dari ibu kandungnya yang memeluknya sangat erat. Perlahan mengerjapkan mata sambil menepuk-nepuk Bu Yenny masih dalam kondisi tidak sadarkan diri. “Ibu … ibu … sadarlah!”Sejenak Brandon mengamati sekelilingnya dengan menangis ketakutan. Membangkitkan tubuhnya sambil memeriksa kondisi ayah kandungnya yang terluka parah. Apalagi pandangannya buram menatap tubuh sang ayah ditusuk beberapa benda tajam. Sekarang menempelkan jari telunjuk ke hidung sang ibu kandung. Merasakan ada embusan hangat, Brandon sedikit lega, kemudian melakukan aksi pertolongan pertamanya. Pintu mobil yang penyok membuatnya kesulitan mendorong. Berulang kali mengandalkan lengan kekarnya menjebol pintu mobil hingga akhirnya
Karena sebentar lagi ujian tengah semester akan tiba, Brandon ingin istrinya fokus pada kuliah dulu. Mengenai urusan mencari pelaku pembunuhan di masa lalu adalah tugasnya dan William. Brandon dan Belinda tetap menjalankan peran sebagai mahasiswi dan dosen di kelas. Terutama Brandon masih berperan sebagai dosen killer yang membuat satu kelas membencinya. Hari ini adalah deadline pengumpulan tugas presentasi kelompok, tidak semua mahasiswa terlihat semangat saat mengumpulkan tugas mereka. Brandon memasang tatapan menyeringai menatap semua mahasiswanya ada yang berpura-pura bodoh. “Ada yang belum buat tugas saya?!”Tidak ada satu pun yang mengaku, Brandon langsung memukul-mukul meja membuat semua orang ketakutan, termasuk Belinda, Daniel, dan Yena. “Kenapa ga ada yang jawab? Saya asumsikan semua sudah buat ya! Kalo ga buat, nilai UTS kalian akan dipotong 10 poin!”Daniel menelan saliva berat dan merasakan kakinya mati rasa akibat terlalu gugup berhadapan dengan dosen killer yang mulai
Urusan sama Daniel sudah selesai. Sekarang tersisa Isabella yang masih belum terselesaikan. Apalagi penampilan Isabella hari ini lebih anggun daripada biasanya membuat Belinda iri. Penampilannya hari ini berbalut kasual, ia merasa kecantikannya terbanting. Brandon tidak merasa tidak nyaman dengan kehadiran Isabella. Masih menyambut dengan senyuman sopan sambil menjauhkan tangannya dari sang istri di bawah meja. “Iya nih. Kebetulan lagi pengen makan di sini saja.”“Makan siang bareng mahasiswa lu sendiri. Tumben amat.” Tatapan Isabella menyeringai pada Belinda yang terlihat sedikit gugup. “Karena hari ini mereka bertiga berhasil membuat gua ga marah-marah di kelas. Makanya sebagai hadiahnya, gua traktir mereka makan.”Mendengar jawaban Brandon sangat tidak masuk akal, Isabella berusaha menahan tawa sambil menatap kursi yang diduduki Belinda. “Bolehkah gua ikut bergabung kalian?”“Memangnya sudah ga ada kursi lagi?”“Lu ga lihat ga ada tempat kosong sekarang?”Brandon menatap sekelili
Bicara soal sikap Isabella, tentu saja Belinda masih marah besar sampai tubuhnya kepanasan padahal temperatur AC sudah diatur suhu paling rendah. Masih memedulikan buku teks sambil menggunakan stabilo menggaris bawahi kalimat penting dalam satu paragraf. Melihat istrinya masih bersikap dingin padanya, tentunya Brandon tidak ingin mereka bertengkar hanya karena masalah kecil. Ia memasuki ruang kerja perlahan, kemudian berjongkok di sebelah sang istri dengan memasang wajah memelas. “Kamu mau dengar cerita tadi siang saat kamu meninggalkan aku?” tanyanya dengan lembut. “Kamu ga lihat aku sedang belajar?” sahut Belinda dengan galak. “Kumohon, aku mau meluruskan semuanya biar kamu ga salah paham.”Akhirnya Belinda menutup buku teks sambil menutup stabilo kuning. Ia kembali memasang tatapan malas pada suaminya dan melipat kedua tangan di dada. “Kamu mau cerita apa?”“Sebenarnya tadi siang aku merasa tidak nyaman makan bersama Isabella.”Belinda berdecak kesal. “Kalo tidak nyaman, kenap
Brandon sudah menduga teman dekatnya memiliki perasaan istimewa padanya dan pada akhirnya detik ini juga menyatakan isi hati sesungguhnya, sudah merasakannya sejak masih remaja hingga sekarang. Terutama terlihat jelas saat makan siang kemarin Isabella sangat agresif sampai mengusir Belinda terang-terangan. Walaupun Isabella terkadang egois, Brandon tidak bisa membencinya. Maka dari itu, ia memutuskan mengatakan semua fakta sejujurnya agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi, sama seperti halnya antara Belinda dan Daniel. “Isabella, terima kasih sudah jujur ke gua.” Brandon menghembuskan napas dengan lemas. “Tapi gua ga bisa terima perasaan lu.”Isabella tidak terkejut sama sekali, justru sudah siap mental mendengarkan jawaban ini. “Gua tau alasannya kenapa, Brandon. Karena lu sudah nikah kan.”Brandon membulatkan mata hingga batuk tersedak saat menyesap secangkir jus jeruk. “Kok lu bisa tau? Padahal gua kan belum pernah kasih tau lu.”“Gua tau dari Natasha. Dia ceritakan semuanya ke g
Di sisi lain, setelah mendengar semua ceramah disampaikan teman baiknya, Isabella langsung mengunjungi kediaman William, meskipun hari sudah malam. Jantungnya yang terus berdebar sepanjang perjalanan membuatnya tidak bisa menahannya lagi. Saat tiba di depan apartemen William, ia berusaha menutupi air matanya agar tidak dipertanyakan. Namun, sejak meninggalkan restoran hingga sekarang, ia terus melampiaskan air mata kesedihan, sehingga menyerah dan menekan tombol bel apartemen. Tidak sampai satu menit, pintu kediaman ini terbuka. William membelalakan mata menatap teman baiknya mendatanginya di saat larut malam, ditambah teman baiknya ini menangis di malam hari membuatnya langsung cemas. “Kamu kenapa, Isabella?”Isabella menangis tersedu-sedu. “Wil…”William langsung menarik tangan Isabella memasuki kediamannya, kemudian mengunci pintu dengan rapat. Saat memasuki kediaman ini, Isabella melampiaskan tangisannya begitu pecah membuat William merasakan hatinya hancur berkeping-keping. Sp
Brandon murka mengamati salah satu mahasiswa yang duduk di belakang Belinda berusaha ingin menyontek. Sengaja tidak menampakkan kemurkaannya selama ujian berlangsung, karena tidak ingin mengganggu konsentrasi istrinya sedang serius mengerjakan soal ujian. Saat jam ujian berakhir, semua mahasiswa mengumpulkan lembar jawaban dan soal di meja dosen. Brandon sengaja menahan istrinya dan mahasiswa itu, sedangkan sisanya diizinkan keluar dari kelas. Belinda masih bingung permasalahan apa yang diperbuatnya sampai dipanggil tiba-tiba begini. Apalagi tidak biasanya suaminya menahannya bersama satu mahasiswa yang bukan teman baiknya. “Ada apa, Pak?” tanyanya dengan gugup. Brandon menaikkan alis kanan dan melipat kedua tangan di dada. “Kenapa kamu kelihatan gugup padahal saya tidak berniat mengomeli kamu, Belinda?”“Lalu, kenapa Pak Brandon menahan saya di kelas?”Sorot mata Brandon menajam pada mahasiswa yang berdiri di sebelah Belinda masih tidak menunjukkan rasa berdosa. “Saya mau kasih t
Di sisi lain, Bu Yenny terlihat lesu menatap kaca jendela kamarnya. Walaupun selama ini terlihat baik-baik saja di hadapan putra dan menantunya, tetapi hatinya sebenarnya tidak baik-baik saja. Bertahun-tahun menyembunyikan fakta sebenarnya demi tidak ingin membuka luka masa lalu putranya. Apalagi memiliki prinsip tidak ingin mengganggu kebahagiaan putranya lagi. Langit sudah menampakkan warna jingga, sudah saatnya menantunya mengunjunginya lagi. Sebenarnya segan karena tidak ingin mengganggu waktu belajar saat ujian tengah semester sedang berlangsung. Namun, siapa sangka kali ini menantunya datang bersama putranya. Bu Yenny tersenyum sumringah menyambut kedatangan dua tamu istimewanya. “Ibu kira cuma Belinda yang datang. Bukannya kamu sibuk, Putraku?”Brandon memanyunkan bibir sambil menaruh paper bag berisi bekal dibuatnya di atas meja. “Aku kan kangen ibu. Masa aku ga boleh datang?”Bu Yenny tertawa kecil. “Ibu bercanda doang kok. Kamu marah-marah terus nanti darah tinggi beneran.
Hari Senin pagi masih terlihat manis untuk pasangan suami istri sedang bersiap-siap berangkat ke kampus. Seperti biasa, Brandon memarkirkan mobil SUV di basement kampus agar bisa berduaan bersama istrinya lebih lama lagi. Dari bangun tidur Belinda masih belum membuka ponselnya sama sekali. Karena sejak menikah, lebih mementingkan menghabiskan waktu bersama pujaan hatinya. “Omong-omong, kenapa sesekali kamu ga mau menurunkan aku di depan gerbang kampus saja?” tanya Belinda bernada malu. “Padahal kita sudah menikah lumayan lama. Aku ga mau memperlakukanmu sebagai orang asing!” protes Brandon mengerucutkan bibir. “Tapi, tetap saja … kalo suatu hari nanti ada dosen lain melihat aku keluar dari mobilmu tiba-tiba … kamu ga takut?”Brandon tertawa kecil sambil mengelus kepala istrinya lambat laun. “Kalo sesama dosen untuk apa takut? Mereka juga ga akan berani membocorkan pernikahan kita. Pola pikir mereka jauh lebih dewasa dibandingkan anak remaja yang bermulut ember semua.”“Jadi bisa d
Setelah berdiskusi panjang lebar dengan Isabella dan William, seperti biasa Brandon dan Belinda mengunjungi Bu Yenny di hari libur. Namun, siapa sangka sebenarnya ada yang mengikuti mobil mereka diam-diam dari belakang. Mobil sedan putih ini tidak terlihat siapa pengendara mobil ini karena kaca mobil sengaja dipasang kaca tidak tembus pandang. Brandon dan Belinda masih belum menyadari mereka diikuti seseorang. Bahkan mereka masih bersikap santai mengunjungi Bu Yenny seolah-olah tidak terjadi apa pun. Karena hari ini udara terasa segar dan sinar matahari tidak terlalu menyengat, mereka mengajak Bu Yenny berjalan-jalan di taman rumah sakit, meskipun Bu Yenny harus duduk di kursi roda. Sejenak Brandon menghentikan aksinya mendorong kursi roda. Berjongkok di hadapan sang ibu sambil merapikan kain tipis menyelimuti tubuh ibunya. “Ibu kangen aku belakangan ini?”Bu Yenny memanyunkan bibir. “Ibu justru kangen kalian berdua. Sejak Belinda magang di tempatmu, dia jarang menghabiskan waktu b
Lebih condong Isabella mengajak double date dengan pasangan Daniel dan Yena dulu. Karena satu-satunya yang dekat dengan sosok rekan kerja Isabella yang mencurigakan adalah sepasang teman ini. Isabella ingin mengumpulkan bukti dulu walaupun secara tidak langsung, agar bisa memberanikan diri memberitahukan yang sebenarnya kepada Brandon dan Belinda. Sepasang teman ini diajak berdiskusi di cafe library. Kebetulan Daniel dan Yena juga ingin berjalan-jalan ke lokasi ini. Sebenarnya mereka juga penasaran alasan Isabella memanggil mereka berdua di hari libur karena apa. “Maaf ya aku mengganggu kalian berdua di hari libur,” ucap Isabella menunduk sopan. “Tidak apa-apa, Kak.” Sejenak Daniel menyesap kopi. “Kak Isabella panggil kami ada apa ya? Apa ada tugas kantor tambahan?”Isabella tertawa kecil sambil menggeleng cepat. “Tidak kok. Tenang saja, Pak Brandon tidak akan kasih kalian tugas di hari libur walaupun dia itu atasan galak.”“Kalo bukan masalah pekerjaan, lalu ada apa?” lanjut Yena
Hanya dengan menatap wajah tampan pujaan hatinya sudah berhasil membuatnya tidak takut pada petir sekarang. Seiring berjalannya waktu, rasa takut itu perlahan menghilang berkat teknik pelukan istimewa yang diberikan suaminya setiap hujan petir. Brandon lega melihat istrinya bisa tenang walaupun masih terdengar suara petir. Tangan kanannya mengelus pipi perlahan. “Seandainya sekarang aku masih belum pulang, kamu pasti akan menangis.”“Selain menangis, aku akan kesal padamu karena kamu lebih mementingkan pekerjaan daripada istri sendiri!” “Benarkah? Kalo begitu, apa perlu mulai hari Senin nanti aku harus pulang lebih awal?”Belinda memutar bola mata melihat suaminya bersikap sangat polos. “Kamu terlalu polos. Kalo sampai kamu diomelin, aku kabur dulu ya.”“Aku rela diomelin demi kamu. Aku ga mau kamu tidur sendirian lagi seperti kemarin, sarapan sendirian, berangkat kerja bersama orang lain. Aku ga mau kamu melakukan semua hal seolah-olah kamu belum menikah.”Kepalanya menunduk dan p
Hari ini adalah pertama kalinya Belinda mempresentasikan hasil karyanya di kantor. Belinda sangat berharap Brandon juga menyaksikan presentasi ini sebagai atasannya. Namun, sampai detik ini Brandon masih belum menampakkan batang hidung, ia berusaha tetap tegar dan bersikap profesional di hadapan Isabella, Celine, dan dua sahabatnya. Belinda tidak presentasi sendiri, ia didampingi David juga merupakan rekan timnya. Lima menit lagi presentasi akan dimulai. Semua orang masih menunggu kehadiran Brandon. Isabella hanya bisa pasrah karena dirinya juga tidak bisa berbuat apa-apa. “Sepertinya kita mulai dulu saja tanpa Pak Brandon,” ujar Isabella. Belinda menunduk sambil membuka file materi yang sudah dibuatnya bersama David. Tok…tok… Saat bersamaan, Brandon memasuki ruang rapat ini tergesa-gesa. Belinda membulatkan mata, tidak menyangka Brandon menghadiri rapat sederhana ini padahal sudah sempat diberitahukan Isabella sebelumnya tadi pagi bahwa sepanjang hari Brandon akan menghadiri rap
Belinda menyadari suaminya sedang menyaksikan adegan tidak terduga ini. Langsung menggeleng pelan memberikan isyarat tidak melakukan apa pun bersama David. Brandon tetap bersikap profesional selama di kantor, kali ini tidak ingin mudah terbawa suasana. Di saat salah satu pegawai keluar dari lift bermaksud mengalah, Brandon langsung mengangkat tangan dengan angkuh. “Tidak perlu keluar dari lift, saya naik lift eksekutif saja,” ucapnya dengan nada dingin sambil berbalik badan. Di saat pintu lift tertutup, Belinda kembali bersikap gugup di hadapan David, terus membuang pandangan karena dalam hati merasa sangat berdosa membuat suaminya kecewa kali ini. Selama berbelanja di kafe, Belinda hanya bisa melamun merenungkan apa yang diperbuatnya selama di lift. Sebenarnya bisa dikatakan tanpa dirinya, David bisa membawa semua gelas kopi itu sendirian. Apakah David bersikap seperti ini lagi karena masih belum menyerah walaupun sudah ditolak?Saat melangkah keluar dari lift bersama David, tanpa
Belinda masih bingung situasi yang dihadapinya saat ini diperebutkan tiga pria. Makan malam tim yang harusnya diselimuti suasana hangat, kini merasakan hawa ketegangan di antara tiga pria ini. Apalagi Belinda sangat gugup duduk di antara Daniel dan David, ingin bertukar tempat duduk dengan Isabella yang duduk bersebelahan dengan Brandon. Yena juga sebenarnya tidak nyaman suasana makan malam tim saat ini. Awalnya ingin makan banyak, sekarang tidak bisa menikmatinya dan berusaha mencari segala ide untuk terbebas dari suasana tegang ini. “Omong-omong Pak Brandon, terima kasih atas traktirannya,” ucapnya dengan tawa kikuk. Brandon tersenyum tipis sambil menatap Yena dengan akrab. “Makan sepuasnya ya, Yena.”David mengambilkan beberapa daging tempura untuk Belinda secara spontan, membuat tubuh Brandon langsung kepanasan melihatnya. Di sisi Belinda sangat cemas suaminya akan cemburu lagi akibat melihat adegan tidak terduga ini. Langsung berinisiatif mengembalikan beberapa daging tempura
Ujian tengah semester berakhir dan akhirnya hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Sebelumnya bisa bertemu suami hanya di kelas, kini bisa bekerja sama dengan suami di perusahaan. Walaupun Brandon adalah dosen killer di kampus dan direktur perfeksionis di perusahaan, tetapi urusan waktu kerja peserta magang tidak mempermasalahkannya meskipun peserta magang tidak bisa bekerja selama delapan jam setiap hari. Apalagi semua peserta magang berasal dari para mahasiswa satu kampus dengan Belinda. Saat menginjak kaki di gedung perusahaan elit, Belinda membelalakan mata menatap seisi gedung dengan pandangan berbinar-binar, membayangkan suaminya selama ini bekerja sebagai direktur seolah-olah seperti karakter utama pria dalam webtoon. Namun, karena keinginannya menyembunyikan rahasia pernikahannya di mana pun, terpaksa memutuskan berperan sebagai peserta magang selama bekerja di kantor ini. Tidak hanya dirinya saja, Daniel dan Yena ikut menjadi peserta magang berkat undangan dari Isabella. Se
Sebagai gantinya sudah belajar mati-matian selama seminggu ujian, Brandon mengajak istrinya bersenang-senang di taman bermain, meskipun kencan bersama Daniel terakhir kali sedikit membawakan kenangan buruk. Brandon juga ingin menghabiskan waktu bersama istrinya lebih lama lagi setelah seminggu ini sibuk bekerja dan rapat bersama para partner bisnis. Baru memasuki area taman bermain saja, Belinda terus menampakkan senyuman sumringah sambil mengayunkan tangan kanan suaminya dengan girang. Melihat tingkah imut istrinya membuat senyumannya semakin melebar. “Imut sekali kamu. Karena sudah lama ga ke sini sama aku?”“Lebih condong sejak aku tinggal bersama keluarga angkatku, aku tidak pernah diajak ke tempat seperti ini.”Brandon menurunkan alis membayangkan selama sepuluh tahun terakhir istrinya disiksa mati-matian seperti cerita cinderella di dunia dongeng. Masih belum memahami kenapa keluarga Natasha ingin mengadopsi Belinda padahal tidak pernah menyukai Belinda. Apakah ada maksud ters