Inilah yang paling ditunggu-tunggu Belinda sejak resmi menikahi Brandon. Akhirnya Brandon ingin terbuka padanya, walaupun sebenarnya tidak meminta sekarang juga untuk bercerita panjang lebar. Namun, yang menjadi pertanyaan sekarang adalah suaminya berkata bahwa mereka saling berhubungan di masa lalu. Seingatnya, tidak mengingat momen apa pun kebersamaan dengan Brandon. “Kita saling berkaitan?” Brandon mengangguk-angguk sambil menuntun istrinya menduduki sofa ruang tamu. “Sebenarnya aku pengen cerita ke kamu semuanya. Tapi membutuhkan waktu yang sangat lama dan sekarang sudah larut malam.” Belinda menggeleng cepat sambil memeluk bantal kecil. “Tidak. Justru aku mau dengar dari ceritamu sekarang. Kenapa kamu bilang kita sebenarnya saling berhubungan? Padahal aku tidak ingat apa pun.” Sontak kali ini berbagai ingatan kembali ke dalam pikirannya. Belinda merasakan kepalanya seperti ada bom waktu. Matanya berkaca-kaca seketika mengingat sosok Brandon yang masih berpenampilan sebagai ma
Dua mobil sedan saling bertabrakan itu sudah hancur parah dan mengeluarkan asap dari kap mesin mobil. Jika dilihat kondisi mobil sedan keluarga Brandon masih tidak separah dengan mobil keluarga Belinda yang sudah tidak terbentuk. Untungnya Brandon tidak terluka parah karena berkat perlindungan dari ibu kandungnya yang memeluknya sangat erat. Perlahan mengerjapkan mata sambil menepuk-nepuk Bu Yenny masih dalam kondisi tidak sadarkan diri. “Ibu … ibu … sadarlah!”Sejenak Brandon mengamati sekelilingnya dengan menangis ketakutan. Membangkitkan tubuhnya sambil memeriksa kondisi ayah kandungnya yang terluka parah. Apalagi pandangannya buram menatap tubuh sang ayah ditusuk beberapa benda tajam. Sekarang menempelkan jari telunjuk ke hidung sang ibu kandung. Merasakan ada embusan hangat, Brandon sedikit lega, kemudian melakukan aksi pertolongan pertamanya. Pintu mobil yang penyok membuatnya kesulitan mendorong. Berulang kali mengandalkan lengan kekarnya menjebol pintu mobil hingga akhirnya
Karena sebentar lagi ujian tengah semester akan tiba, Brandon ingin istrinya fokus pada kuliah dulu. Mengenai urusan mencari pelaku pembunuhan di masa lalu adalah tugasnya dan William. Brandon dan Belinda tetap menjalankan peran sebagai mahasiswi dan dosen di kelas. Terutama Brandon masih berperan sebagai dosen killer yang membuat satu kelas membencinya. Hari ini adalah deadline pengumpulan tugas presentasi kelompok, tidak semua mahasiswa terlihat semangat saat mengumpulkan tugas mereka. Brandon memasang tatapan menyeringai menatap semua mahasiswanya ada yang berpura-pura bodoh. “Ada yang belum buat tugas saya?!”Tidak ada satu pun yang mengaku, Brandon langsung memukul-mukul meja membuat semua orang ketakutan, termasuk Belinda, Daniel, dan Yena. “Kenapa ga ada yang jawab? Saya asumsikan semua sudah buat ya! Kalo ga buat, nilai UTS kalian akan dipotong 10 poin!”Daniel menelan saliva berat dan merasakan kakinya mati rasa akibat terlalu gugup berhadapan dengan dosen killer yang mulai
Urusan sama Daniel sudah selesai. Sekarang tersisa Isabella yang masih belum terselesaikan. Apalagi penampilan Isabella hari ini lebih anggun daripada biasanya membuat Belinda iri. Penampilannya hari ini berbalut kasual, ia merasa kecantikannya terbanting. Brandon tidak merasa tidak nyaman dengan kehadiran Isabella. Masih menyambut dengan senyuman sopan sambil menjauhkan tangannya dari sang istri di bawah meja. “Iya nih. Kebetulan lagi pengen makan di sini saja.”“Makan siang bareng mahasiswa lu sendiri. Tumben amat.” Tatapan Isabella menyeringai pada Belinda yang terlihat sedikit gugup. “Karena hari ini mereka bertiga berhasil membuat gua ga marah-marah di kelas. Makanya sebagai hadiahnya, gua traktir mereka makan.”Mendengar jawaban Brandon sangat tidak masuk akal, Isabella berusaha menahan tawa sambil menatap kursi yang diduduki Belinda. “Bolehkah gua ikut bergabung kalian?”“Memangnya sudah ga ada kursi lagi?”“Lu ga lihat ga ada tempat kosong sekarang?”Brandon menatap sekelili
Bicara soal sikap Isabella, tentu saja Belinda masih marah besar sampai tubuhnya kepanasan padahal temperatur AC sudah diatur suhu paling rendah. Masih memedulikan buku teks sambil menggunakan stabilo menggaris bawahi kalimat penting dalam satu paragraf. Melihat istrinya masih bersikap dingin padanya, tentunya Brandon tidak ingin mereka bertengkar hanya karena masalah kecil. Ia memasuki ruang kerja perlahan, kemudian berjongkok di sebelah sang istri dengan memasang wajah memelas. “Kamu mau dengar cerita tadi siang saat kamu meninggalkan aku?” tanyanya dengan lembut. “Kamu ga lihat aku sedang belajar?” sahut Belinda dengan galak. “Kumohon, aku mau meluruskan semuanya biar kamu ga salah paham.”Akhirnya Belinda menutup buku teks sambil menutup stabilo kuning. Ia kembali memasang tatapan malas pada suaminya dan melipat kedua tangan di dada. “Kamu mau cerita apa?”“Sebenarnya tadi siang aku merasa tidak nyaman makan bersama Isabella.”Belinda berdecak kesal. “Kalo tidak nyaman, kenap
Brandon sudah menduga teman dekatnya memiliki perasaan istimewa padanya dan pada akhirnya detik ini juga menyatakan isi hati sesungguhnya, sudah merasakannya sejak masih remaja hingga sekarang. Terutama terlihat jelas saat makan siang kemarin Isabella sangat agresif sampai mengusir Belinda terang-terangan. Walaupun Isabella terkadang egois, Brandon tidak bisa membencinya. Maka dari itu, ia memutuskan mengatakan semua fakta sejujurnya agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi, sama seperti halnya antara Belinda dan Daniel. “Isabella, terima kasih sudah jujur ke gua.” Brandon menghembuskan napas dengan lemas. “Tapi gua ga bisa terima perasaan lu.”Isabella tidak terkejut sama sekali, justru sudah siap mental mendengarkan jawaban ini. “Gua tau alasannya kenapa, Brandon. Karena lu sudah nikah kan.”Brandon membulatkan mata hingga batuk tersedak saat menyesap secangkir jus jeruk. “Kok lu bisa tau? Padahal gua kan belum pernah kasih tau lu.”“Gua tau dari Natasha. Dia ceritakan semuanya ke g
Di sisi lain, setelah mendengar semua ceramah disampaikan teman baiknya, Isabella langsung mengunjungi kediaman William, meskipun hari sudah malam. Jantungnya yang terus berdebar sepanjang perjalanan membuatnya tidak bisa menahannya lagi. Saat tiba di depan apartemen William, ia berusaha menutupi air matanya agar tidak dipertanyakan. Namun, sejak meninggalkan restoran hingga sekarang, ia terus melampiaskan air mata kesedihan, sehingga menyerah dan menekan tombol bel apartemen. Tidak sampai satu menit, pintu kediaman ini terbuka. William membelalakan mata menatap teman baiknya mendatanginya di saat larut malam, ditambah teman baiknya ini menangis di malam hari membuatnya langsung cemas. “Kamu kenapa, Isabella?”Isabella menangis tersedu-sedu. “Wil…”William langsung menarik tangan Isabella memasuki kediamannya, kemudian mengunci pintu dengan rapat. Saat memasuki kediaman ini, Isabella melampiaskan tangisannya begitu pecah membuat William merasakan hatinya hancur berkeping-keping. Sp
Brandon murka mengamati salah satu mahasiswa yang duduk di belakang Belinda berusaha ingin menyontek. Sengaja tidak menampakkan kemurkaannya selama ujian berlangsung, karena tidak ingin mengganggu konsentrasi istrinya sedang serius mengerjakan soal ujian. Saat jam ujian berakhir, semua mahasiswa mengumpulkan lembar jawaban dan soal di meja dosen. Brandon sengaja menahan istrinya dan mahasiswa itu, sedangkan sisanya diizinkan keluar dari kelas. Belinda masih bingung permasalahan apa yang diperbuatnya sampai dipanggil tiba-tiba begini. Apalagi tidak biasanya suaminya menahannya bersama satu mahasiswa yang bukan teman baiknya. “Ada apa, Pak?” tanyanya dengan gugup. Brandon menaikkan alis kanan dan melipat kedua tangan di dada. “Kenapa kamu kelihatan gugup padahal saya tidak berniat mengomeli kamu, Belinda?”“Lalu, kenapa Pak Brandon menahan saya di kelas?”Sorot mata Brandon menajam pada mahasiswa yang berdiri di sebelah Belinda masih tidak menunjukkan rasa berdosa. “Saya mau kasih t
Bicara soal perayaan tahun baru, sewaktu masih kecil Belinda merayakan tahun baru bersama keluarga Brandon. Meskipun saat itu mereka baru berteman baik, Brandon langsung memperkenalkan Belinda ke orang tuanya. Memperkenalkan bukan berarti dengan tujuan pernikahan, mengingat usia Belinda saat itu masih kurang dari sepuluh tahun.“Wah, ternyata kalau dilihat secara langsung, Belinda sangat manis ya!” puji Yenny dengan pandangan berbinar-binar mengelus pipi mungil Belinda.Brandon memutar bola mata. “Manis-manis tapi aslinya nakal!”Belinda mendengkus dan menendang kaki Brandon di bawah meja. “Padahal kakak juga nakal! Aku mau minta beli cokelat, tapi kakak ga kasih aku kemarin.”“Lama-lama kan gigimu bisa berlubang kalau keseringan makan cokelat!” “Dasar kakak ga ngaca!”Para orang tua hanya bisa menggeleng-geleng menatap tingkah anak mereka seperti tom and jerry. Terutama Yenny mengelus dada, tidak menyangka sikap putranya juga kekanak-kanakan padahal sudah remaja.“Maaf ya kalau putr
Tiga belas tahun lalu… Sejak bertemu Brandon pertama kali di perpustakaan, Belinda menjadi semakin rajin pergi ke perpustakaan setiap hari. Terutama sengaja menempati kursi yang ditempati Brandon supaya Brandon bisa menjadi guru les matematika setiap ada PR. Apalagi hari ini Belinda mendapatkan banyak PR lagi, sudah pasti ia mengincar pangeran tampan mendatanginya untuk membantu mengerjakan PR. Sudah bermenit-menit menunggu sambil mengayunkan kaki dengan gesit, tetapi tidak ada tanda-tanda dosen itu akan mendatanginya, sehingga membuat bibirnya memanyun. “Kok kak Brandon lama amat ya datangnya? Padahal aku mau dia yang kerjain PR.” Pada saat bersamaan, Brandon menampakkan batang hidung sambil membawa sebuah paper bag berukuran besar. Senyumannya terlihat sumringah, berbeda dari biasanya membuat Belinda penasaran apa yang ada di benak Brandon. “Benar tebakanku. Pasti hari ini kamu pergi ke perpustakaan lagi dan duduk di tempatku,” ucap Brandon sambil menaruh paper bag di meja
Tidak terasa sang buah hati akhirnya hadir dalam kehidupan rumah tangga Belinda dan Brandon. Mereka dikaruniai bayi perempuan diberi nama Gabriella. Brandon sangat bersyukur memiliki anak perempuan, karena ia masih trauma melihat putranya William selalu berbuat onar yang menyebabkan William dan Isabella berdebat karena masalah anak hampir setiap hari. Namun, mengurus anak tentunya bukan hal yang mudah bagi mereka juga. Walaupun sebelumnya sempat percaya diri ingin punya anak perempuan, yang namanya masih bayi pasti susah diurus juga, apalagi mereka tidak mau punya pengasuh. Sejak sudah punya anak, Belinda memutuskan mengundurkan diri dari perusahaan dan ingin fokus mengurus anak saja. Lagi pula, tidak mungkin terus bekerja di bawah suaminya sedangkan dirinya sendiri masih punya perusahaan perlu diurus. Perusahaan milik orang tuanya yang kini diserahkan pada semua saudara sepupunya. Selama menjadi ibu rumah tangga, Belinda bangun lebih awal demi mengurus
Saat memasuki usia kandungan tujuh bulan, Belinda tidak diperbolehkan bekerja oleh Brandon. Selain itu, untuk menemani istrinya di rumah, Brandon juga berinisiatif bekerja dari rumah kalau tidak ada agenda penting agar istri tidak cepat bosan dan tidak ada jadwal mengajar di kampus. Sejak mengajar mata kuliah akuntansi, Brandon semakin sibuk mereview tugas mahasiswa. Tidak seperti dulu hanya mengajar mata kuliah strategi manajemen yang tugasnya hanya menjawab pertanyaan di buku teks dan membuat materi presentasi. Akibat lagi banyak pekerjaan kantor belakangan ini, Brandon memiliki ide usil setiap mahasiswanya berbuat ulah di kelas. Sering mengadakan ujian tiba-tiba dengan memberikan soal ujian yang sulit, sehingga para mahasiswa di kampus semakin membencinya.Sekarang pekerjaannya semakin bertumpuk di rumah. Baru memeriksa sebagian tugas mahasiswa sudah membuat kepalanya sakit. Rambut terlihat tidak beraturan akibat keseringan mengacak-acak rambutnya.
Sejak Belinda memasuki masa mengandung anaknya, sikap Brandon sebagai suami dan bos semakin ketat. Ia tidak membiarkan istrinya pulang malam atau diberikan pekerjaan kantor yang berlebihan. Bahkan ia sudah memperingatkan semua pegawainya untuk tidak membuat Belinda merasa repot selama bekerja. Akibat sikap Brandon yang sangat berlebihan, selama bekerja di kantor Belinda cepat bosan. Tidak seperti saat sebelum hamil, ia diberikan pekerjaan cukup banyak, sedangkan sekarang pekerjaan banyak itu dilimpahkan ke Yena. Belinda merasa segan karena secara tidak langsung menghambat Yena yang ingin berkencan dengan Daniel setiap pulang kerja. Selain itu, setiap pulang kerja, Brandon berinisiatif mendatangi Belinda bermaksud untuk mengajak pulang bersama. Tidak peduli semua pegawainya iri melihat sikapnya yang romantis pada istri, nomor satu dalam pikirannya adalah memastikan istri selalu sehat di matanya. Gara-gara setiap hari dimanjakan suami, Belinda semakin ing
Urusan ingin memiliki sang buah hati, Belinda tidak ingin mengambil pusing lagi. Entah akan ditanyakan seperti apa, tidak peduli. Apalagi tidak melakukannya hanya sekali. Hanya bisa berharap keajaiban mendatangi kehidupan rumah tangga mereka walaupun sudah berbulan-bulan berlalu. Namun, entah kenapa Belinda merasakan tubuhnya sejak bangun tidur seperti ingin memuntahkan seisi perutnya. Meskipun begitu, tetap berusaha tegar di hadapan Brandon supaya diperbolehkan pergi bekerja hari ini. Seperti biasa, Brandon selalu memanjakannya. Tidak enak badan sedikit langsung dibilang tidak usah bekerja. Walaupun diberikan nasi omelet merupakan makanan favoritnya, Belinda ingin memuntahkan seisi perutnya. Terpaksa menghabiskan nasi omelet buatan suaminya, entah nanti berakhir di kamar mandi atau tidak, daripada menyinggung perasaan suami di pagi hari. Sebenarnya Brandon mulai curiga melihat sikap Belinda belakangan ini tidak seperti biasanya. Padahal biasanya sarapa
Pertanyaan soal keinginan memiliki keturunan masih menghantui pikiran Belinda, walaupun acara makan-makan sederhana telah berakhir. Pergi kencan bersama suami saja sampai tidak tenang. Suaminya mengajak menonton di bioskop, tetapi pikirannya sedang tidak fokus. Dalam hati terus mengatakan apakah sebenarnya Brandon berubah pikiran tidak ingin memiliki anak bersamanya. Sejak ditanyakan pertanyaan sulit itu, Brandon juga terus berdiam. Dalam hati justru menginginkan anak, tetapi cemas istrinya tidak mau punya anak karena usianya masih tergolong muda. Walaupun film yang ditonton mereka merupakan film romantis, mereka terlihat gugup saat menyaksikan sebuah adegan ciuman di depan mata. Terutama Belinda terlalu gugup sampai batuk tersedak saat memakan sepotong cookies. Spontan Brandon langsung mengelus punggung lentik sang pujaan hati lambat laun sambil memberikan botol air. “Makannya pelan-pelan.”Belinda mengangguk kaku sambil menyesap air. Betapa m
Enam bulan kemudian….Setelah berbulan-bulan berjuang mengerjakan skripsi hingga ujian komprehensif, akhirnya Belinda bisa melepaskan statusnya sebagai mahasiswa. Upacara wisuda dihadiri oleh Brandon, William, dan Isabella. Sambil menunggu giliran Belinda menaiki panggung, Brandon berbincang santai dengan dua sahabatnya terlebih dahulu. “Omong-omong, menurut kalian berdua, gua boleh ekspos hubungan gua sama istri gua ga sih hari ini?”Isabella mengernyitkan alis. “Lu kayaknya sudah ga sabaran amat. Emangnya istri lu sudah setuju?”“Istri gua sih selalu bilang gua mesti rahasiakan pernikahan kami sampai dia lulus. Hari ini kan dia sudah lulus, seharusnya gua sudah boleh memamerkan hubungan kamu terang-terangan.”William menyunggingkan senyuman usil merangkul pundak istrinya dengan mesra. “Makanya kalau cari istri itu jangan masih di bawah umur. Kan jadinya ga bisa pacaran terang-terangan kayak kami.”“Ish gua kan dari dulu cuma c
Tantangan utama yang harus dihadapi Belinda sekarang adalah harus terbiasa hidup sendirian tanpa kehadiran suaminya, meskipun suaminya bepergian hanya tiga hari. Tugas skripsi tetap berjalan, walaupun sebelumnya hasilnya memuaskan bagi Brandon. Selama tiga hari itu, siapa yang akan memberikan masukan untuknya? Sejak Brandon berangkat ke bandara pagi-pagi sekali, Belinda sudah mulai merasakan kesepian dan merindukan Brandon. Untuk menghilangkan rasa kesepian, mengundang dua sahabatnya mengerjakan skripsi bersama di rumahnya. Lagi pula, ide ini berasal dari Brandon yang sebelumnya menyarankan mengundang Daniel dan Yena jika merasa kesepian di rumah. Brandon juga membelikan banyak camilan untuk dua tamu istimewanya sebelum bepergian. Tujuannya agar Daniel dan Yena betah menemani Belinda sepanjang hari di rumah. Sebenarnya baru kali ini mengundang dua tamunya itu, demi istrinya tidak kesepian di saat dirinya sedang melakukan perjalanan bisnis. “Pak Brandon