Home / Pernikahan / Pernikahan Rahasia Dosen Impoten / Bab 4. Pertama Kali Menggenggam

Share

Bab 4. Pertama Kali Menggenggam

Author: Eka Pradita
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Selamat membaca!

Setelah sang rektor pergi, barulah Viola keluar dari tempat persembunyiannya. Gadis itu pun langsung menagih janji pada Devan sesuai dengan apa yang dikatakan sebelum ia bersembunyi.

"Pak, jangan lupa sama janji Bapak ya!" Viola tersenyum sambil mengangkat kedua alisnya. Menatap Devan yang baru saja menutup pintu ruangan setelah Gunawan keluar.

"Sebelum saya menepati janji saya, kamu harus tahu dulu sesuatu tentang saya."

"Tentang, Bapak? Maksudnya?"

"Ya, kamu harus tahu alasan kenapa saya ninggalin kamu dua tahun lalu?"

"Apa itu, Pak?" Viola menautkan kedua alisnya. Menatap tajam wajah Devan seolah menuntut agar pria itu segera menjawab pertanyaannya.

Devan menghela napas kasar. Raut wajahnya berubah ragu, seperti tidak yakin untuk bicara. "Saya itu impoten."

"Apa, Pak?" Sambil mendekatkan telinganya pada Devan, Viola bertanya. Meminta pria itu mengulangi apa yang baru saja ia katakan.

"Saya menderita disfungsi ereksi sejak tiga tahun lalu. Makanya, malam itu saya bilang sama kamu kalau saya enggak bisa sampe berhubungan. Bukan karena saya enggak mau, tapi karena saya enggak bisa."

Tentu saja Viola tercengang mendengar pengakuan Devan. Kedua bibirnya bahkan sampai menganga dengan kedua mata yang membulat sempurna karena merasa begitu terkejut. "Ini pasti rencana Pak Devan. Dia pikir gue bakal percaya sama akal-akalan dia," batin Viola yang langsung menatap nyalang wajah Devan.

"Pak, kalau Bapak enggak mau nikahin saya, enggak usah pake bohong sama saya, apa lagi bawa-bawa impoten segala! Lagian siapa juga yang percaya pria yang punya tubuh kekar seperti Bapak ini menderita penyakit itu? Kalau Bapak merasa bisa bodoh-bodohin saya, Bapak salah!"

"Loh, tapi saya cerita yang sesungguhnya, Vi. Untuk apa saya bohong, apa untungnya menurut kamu?"

Viola terdiam sejenak. Wajahnya masih dipenuhi keterkejutan karena sama sekali tidak menyangka jika itu alasan Devan meninggalkannya dua tahun lalu.

"Ya, tapi kan bisa aja Bapak nyari alasan agar saya enggak jadi minta pertanggungjawaban, Bapak?"

"Anggaplah itu juga niat saya, tapi saya memang berkata yang sejujur-jujurnya, Vi." Devan menampilkan raut wajah yang penuh keseriusan hingga Viola mulai sedikit percaya atas apa yang dikatakan oleh pria itu.

"Jadi benar, Pak Devan pergi dua tahun lalu karena Bapak impoten?"

"Iya, begitulah kondisinya. Jadi, sekarang karena kamu berubah pikiran, tolong rahasiakan semua ini ya! Ya, setidaknya kamu sudah tahu kalau saya tidak benar-benar ingin meninggalkan kamu. Saat itu, saya hanya malu jika sampai kamu tahu saya impoten."

"Berubah? Siapa yang bilang, Pak?"

Devan yang sudah jauh lebih tenang karena melihat Viola seolah tidak jadi meminta pertanggungjawabannya pun, seketika merasa heran saat mendengar perkataan Viola.

"Maksudnya kamu masih ingin saya nikahi?"

"Tentu aja, Pak. Saya enggak akan berubah pikiran hanya karena Bapak impoten. Lagian juga yang saya pernah baca di portal berita online kalau penyakit itu masih bisa disembuhkan."

Devan hanya geleng-geleng kepala. Baginya, percuma berkata jujur pada Viola jika ujung-ujungnya wanita itu masih bersikeras untuk minta pertanggungjawabannya.

***

Pernikahan sederhana tanpa melibatkan orang di luar keluarga baru saja berlangsung. Hanya ada keluarga dan juga kerabat dekat dari kedua mempelai di acara tersebut. Ya, walau awalnya Viola merasa tidak yakin untuk mendapatkan izin menikah muda dari sang ayah, tetapi pada akhirnya, Bimo memberi lampu hijau. Dan, selang satu Minggu setelah Devan melamar, pernikahan pun berlangsung di rumah pria itu. Rumah di mana Devan hanya tinggal sendiri karena kedua orang tuanya tidak serumah dengannya.

"Sekarang kita sudah resmi menjadi suami-istri, pokoknya kamu harus ingat 5 syarat yang saya ajukan."

Saat baru masuk ke dalam kamar Devan yang tampak cukup besar dan mewah, Viola pun menoleh, menatap lekat wajah pria yang baru setengah jam lalu resmi menjadi suaminya. "Apa untuk syarat nomor 3 bisa dibatalkan? Bagaimana jika kedua orang tuamu dan orang tuaku sampe tahu kita tidak tidur sekamar?"

"Mereka tidak akan tahu. Nanti malam kita akan tidur sekamar, tapi setelah mereka pulang, kamu harus pindah ke kamar tamu."

Viola hanya mendesah kasar. Raut wajahnya berubah masam. Tentu saja ia masih ingat betul dengan syarat yang diajukan oleh Devan. Namun, Viola tidak menyangka jika itu benar-benar akan terjadi setelah mereka menikah.

"Ya, aku tidak punya pilihan selain menurutimu, Pak Devan." Viola menjawab sekaligus memenuhi syarat kedua Devan yang tidak ingin dipanggil dengan sebutan lain, walau mereka sudah menikah. Selayaknya suami-istri, sebenarnya Viola ingin memanggil Devan dengan panggilan sayang seperti pasangan lain. Walaupun merasa sedih, tetapi Viola tahu jika ini adalah pilihan yang harus dijalaninya. Menjadi istri Devan memang harapannya sejak dua tahun lalu, maka itulah Viola tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang didapatnya sekalipun Devan mengajukan 5 syarat yang tidak masuk akal.

"Bagus kalau begitu. Lagi pula kamu harus tahu jika pernikahan ini bukanlah kemauan saya, melainkan keinginan kamu sendiri. Jadi, ingat syarat terakhir yang saya pernah katakan."

Viola kembali diam. Wajah masamnya berubah sendu saat ingat jika pernikahannya hanya akan berlangsung sementara seandainya Viola tidak berhasil membuat Devan jatuh cinta padanya dalam dua tahun.

"Iya, Pak Devan. Saya enggak akan lupa syarat terakhir itu. Walaupun dua tahun terbilang sangat singkat, tapi itu lebih masuk akal dari waktu yang Bapak ajukan sebelumnya."

"Sebenarnya saya hanya ingin 6 bulan, tapi kamu malah mengancam akan menceritakan rahasia malam itu pada semua orang di kampus. Dasar licik!"

Melihat raut cemberut di wajah Devan, Viola sejenak melupakan kesedihannya. Entah kenapa wanita itu merasa yakin bisa membuat Devan jatuh cinta padanya. Keyakinan yang jadi alasan terbesarnya untuk tetap menjadi nyonya Devan. "Sekarang waktu yang tepat untuk membuktikan apa benar pak Devan impoten atau tidak." Terbesit sebuah ide dalam pikiran Viola.

Tanpa membuang waktu, gadis itu pun langsung membuka kebaya berwarna putih yang sejak tadi melekat pada tubuhnya selama beberapa jam saat acara akad nikah berlangsung.

"Kamu ngapain, Vi?"

"Saya mau ganti baju soalnya gerah dari tadi pake kebaya ini terus."

"Ya, tapi kan kamu bisa ganti di walk in closet, itu di sebelah sana!" Devan menunjuk sebuah ruangan yang ada di sisi kiri Viola.

"Enggak ah, saya mau ganti di sini aja."

Dalam sekejap, tubuh polos Viola terlihat jelas di mata Devan. Pria itu sampai menelan saliva-nya sendiri karena merasa tubuh Viola begitu indah. Bagaimana tidak, dada berukuran besar dan tubuh ramping wanita itu benar-benar membuat aliran darah dalam tubuh Devan sampai berdesir hebat. Namun, sama seperti dua tahun lalu, pria itu tak bisa merasakan bagian intim miliknya yang ada di bawah sana membesar.

"Percuma, Vi. Kamu enggak akan berhasil."

Sambil mengulas senyum yang menggoda, Viola pun melangkah maju. Membuat Devan hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah liar Viola yang menurutnya tidak tahu malu.

"Pak ...." Viola memanggil, suaranya terdengar berbisik di telinga Devan saat langkahnya terhenti tepat di hadapan pria itu. "Apa Bapak tahu kenapa saya masih ingin menjadi istri Bapak, walau ada syarat-syarat yang enggak masuk akal yang Bapak kasih ke saya?"

"Saya enggak mau tahu! Menurut saya, kamu itu cuma terobsesi sama saya karena dendam saat saya meninggalkan kamu begitu saja di kamar hotel dua tahun lalu."

"Salah, Pak! Saya itu udah jatuh cinta sama Bapak sejak Bapak pertama kali mengajar di kelas saya."

Tentu saja Devan tersentak kaget, terlebih lagi saat tangan Viola mulai meraba celana bahan hitam tepat di bagian intimnya.

"Lepas, Viola!" Devan coba meraih tangan Viola yang kini mulai menggenggam sesuatu di balik celananya setelah tangan gadis itu berhasil merangsek masuk hingga ke dalam saat tubuh mereka semakin rapat.

"Ya ampun, kenapa gue bisa senakal ini sih? Tapi enggak apa-apalah, sama suami sendiri ini," batin Viola menahan rasa malu sambil terus meremas lembut milik Devan yang masih mengecil dalam genggamannya. Namun, semakin lama Viola mulai merasakan genggaman yang tadinya kosong, kini mulai sedikit berisi. Viola pun terkejut sama seperti Devan yang dalam sekejap langsung melepas genggaman tangan gadis itu sambil melangkah mundur.

"Jaga sikap kamu, Viola! Saya akan tambahkan satu syarat lagi, ini sebagai syarat keenam yang harus kamu lakukan selama kita menikah, kamu tidak boleh menyentuh bagian mana pun tubuh saya dengan tanganmu! Kamu ngerti!"

Viola hanya tersenyum. Mengedipkan mata, lalu berbalik dan melangkah begitu saja meninggalkan Devan yang hanya menatapnya bingung. Bingung karena ternyata sentuhan Viola pada bagian intimnya berhasil membuat miliknya sedikit bereaksi, walau itu hanya berlangsung singkat.

Bersambung ✍️

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
ya ampun Viola!! kamu kok y nekat banget sih. eh tapi kayaknya anunya Devan bereaksi deh sama kamu. mungkin kamu bisa mencobanya lain kali. biar bisa menyembuhkan penyakitnya Devan. semangat Viola.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 5. Reaksi Membingungkan

    Selamat membaca!Merasa tidak nyaman karena sejak tadi mengenakan kebaya yang tidak pernah sekalipun dikenakannya, Viola bergegas menuju kamar mandi yang ada di sudut kamar itu untuk mandi. Ya, walau setiap ruangan di rumah Devan mengenakan AC, tetap saja Viola masih berkeringat saat akad nikah tadi. Entah karena merasa gugup akan menjadi istri Devan atau karena tidak terbiasa mengenakan kebaya dan itu membuatnya merasa gerah hingga berkeringat. Sambil melangkah, Viola masih terus mengingat momen mendebarkan saat tangannya menggenggam pusaka milik Devan. Sejenak bayangan nakal pun terbesit di benaknya. "Ih, kenapa pikiran gue jadi kotor begini sih? Kenapa juga gue malah bayangin punyanya Pak Devan kalau lagi bangun? Fokus, Vi, fokus ... sekarang itu yang paling penting gue tahu kalau penyakit impoten Pak Devan ternyata masih bisa disembuhkan, buktinya tadi gue ngerasa punya Pak Devan mulai bangun pas gue pegang. Ya, walau mungkin kaya telat respon gitu sih." Viola tampak berpikir. La

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 6. Pembalasan Sempurna

    Selamat membaca!Setelah selesai berpakaian, Viola melangkah keluar dari kamar dengan perasaan kesal. Sejak tadi ia masih tidak terima karena rasa sakit akibat dijatuhkan oleh Devan masih terasa dari pinggang hingga kakinya."Seenaknya aja Pak Devan jatuhin gue. Dasar dosen killer, kalau gue nggak cinta ama dia, nggak akan mau gue minta dinikahin." Sambil menghentakkan kedua kakinya dengan penuh penekanan, Viola terus melangkah hingga di sisi lorong lainnya."Kenapa lama banget ganti baju aja?" Suara itu seketika membuat Viola menoleh. Tentu saja raut kesal benar-benar ditunjukkan oleh gadis cantik itu, terlebih ia hafal betul dengan siapa pemilik suara yang saat ini memanggilnya."Apa Bapak enggak tahu karena Bapak tadi jatuhin saya, pinggang saya tuh jadi sakit sampai ke kaki?""Saya nggak peduli. Lagian suruh siapa kamu pake pura-pura pingsan.""Dasar nggak punya hati!" Viola merasa sangat geram. Namun, rasa kesal itu hanya bisa ia luapkan di dalam hatinya."Kenapa kamu lama? Saya

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 7. Memancing Hasrat

    Selamat membaca!Setelah makan bersama, semuanya kini berkumpul di ruang keluarga. Di sana, Nilam dan Dina terlihat begitu akrab seperti sudah saling mengenal lama. Sementara Viola, selesai bercengkrama dengan mereka, gadis cantik itu pun kini tengah bersama sang ayah. Ya, Bimo sejak kecil memang sangat memanjakan putri semata wayangnya. Maka itulah, agak berat baginya untuk melepas Viola di usianya yang masih sangat muda. Namun, Bimo punya alasan kenapa ia sampai mengizinkan putrinya menikah muda."Vi, pokoknya kalau suami kamu sampai nyakitin kamu, kamu harus ngomong sama Ayah!"Viola yang tengah menyeruput segelas lemon tea pun dibuat tersedak karena perkataan itu."Ayah tenang aja, ya! Mas Devan nggak akan nyakitin aku kok." Setelah sempat kesulitan bicara karena masih tak percaya dengan apa yang didengarnya, Viola pun coba meyakinkan sang ayah."Ya, pokoknya Ayah nggak mau kalau putri Ayah sampai disakiti sama orang. Kalau itu terjadi, nanti biar Ayah tegur si Devan itu.""Iya, Y

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 8. Menyebalkan

    Selamat membaca!"Bangun!" Suara teriakan itu membuat Viola terperanjat. Gadis itu pun seketika duduk. Melihat sosok Devan yang sudah rapi dengan mengenakan pakaian formal. Dan, hanya melihat penampilannya saja Viola sudah tahu jika saat ini ia kesiangan untuk pergi ke kampus."Ya Tuhan, jam berapa ini, Pak?" Sambil mengusap kedua mata, pandangan Viola langsung tertuju pada jam dinding yang ada di sisi kirinya. "Jam 8?" Tanpa berkata apa-apa lagi, Viola bangkit dari posisi duduknya. Bergegas menuju kamar mandi meninggalkan Devan yang hanya melihatnya dengan sinis."10 menit ya! Kalau lebih dari itu, saya akan ninggalin kamu."Tanpa menjawab, Viola pun melengos masuk ke dalam kamar mandi sambil menggerutu kesal, "10 menit, emang mandiin bebek apa ya? Ish, Viola, Viola, kenapa sih kebiasaan banget suka kesiangan?" keluh gadis itu merutuki kebiasannya."Ayo, cepat! Jalanan nanti macet! Seandainya aja nggak ada orang tua kita, saya pasti udah ninggalin kamu." Terdengar suara Devan dari lu

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 9. Rencana Elegan

    Selamat membaca!Viola yang tahu bahwa ia datang terlambat pun akhirnya tiba di depan kelas. Setidaknya ia masih yakin jika Devan akan mengizinkannya masuk karena mau bagaimanapun mereka berdua sama-sama datang terlambat."Ya ampun, capek banget deh. Betis gue sampe lemes gini." Dengan napas terengah-engah, Viola membuka pintu. "Permisi, Pak!" Pandangannya langsung tertuju pada Devan yang sudah berada di kursinya."Buat apa kamu masuk?" tanya Devan yang baru 5 menit lalu ada di dalam kelas. Pertanyaan itu sangat jauh berbeda dengan apa yang ada di pikirannya. "Emang nggak boleh, Pak?" Viola balik bertanya dengan raut wajahnya yang polos.Sementara itu, Tari yang melihat Viola dalam masalah pun tak bisa berbuat apa-apa. "Kasihan Viola. Lagi-lagi dia bikin Pak Devan marah.""Saya tidak izinkan kamu masuk. Sekarang kamu boleh pergi! Lain kali, kalau mau ikut kelas saya, kamu harus datang tepat waktu.""Tapi, Pak—""Tidak ada tapi-tapian, sekarang kamu keluar karena saya akan segera mula

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 10. Permintaan Viola

    Selamat membaca!"Baiklah, materi hari ini cukup. Jangan lupa kirim tugas yang tadi saya kasih malam ini, setengah delapan."Seketika ruang kelas terdengar bergemuruh. Beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang ada di ruangan tampak tidak suka saat Devan memberikan tugas dengan jangka waktu yang sempit."Lihat tuh, Vi, dosen idaman lo killer banget. Dia pasti sengaja ngasih tugas biar kita nggak bisa bebas nikmatin waktu weekend.""Ya udah sih nggak apa-apa, kerjain aja. Daripada nanti matkul dia lo dapat nilai C. Lo kan tahu, Pak Devan itu termasuk dosen penting di semester ini.""Ya, ya, terus aja lo belain dosen idaman lo.""Ih, gue tuh bukan belain, tapi ini demi kebaikan lo juga tahu.""Iya, ya. Eh, tapi ngomong-ngomong, kemarin lo ke mana aja, gue chat kok nggak dibaca-baca sampai sekarang lho, tumben?"Seketika Viola tersedak salivanya sendiri saat sorot mata Devan tiba-tiba menatapnya dengan begitu tajam sebelum keluar dari ruang kelas."Pak Devan pasti marah deh gara-gara gue bawa

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 11. Tawaran Pulang

    Selamat membaca!Merasa Tari terlalu cerewet dan tidak bisa diajak bicara baik-baik, Viola pun langsung menarik pergelangan tangan sahabatnya itu untuk diajak pergi ke taman karena ia malu sejak tadi menjadi pusat perhatian orang sekantin."Eh, Vi, lepasin dong ah! Lo mau bawa gue ke mana sih?" "Ke taman! Habisnya lo itu bikin gue malu tahu nggak! Orang yang lagi makan di kantin malah jadi ngelihat ke arah kita terus karena lo berisik nggak bisa diem!" Viola menjawab dengan ketus sambil terus menarik tangan Tari keluar dari kantin.Setibanya di taman yang tidak jauh dari kantin, barulah Viola melepaskan genggamannya dari tangan Tari yang seketika menghela napas lega. "Aduh, Vi, lo itu kasar banget sih jadi cewek. Megang tangan gue aja sampai perih begini. Gimana gue mau percaya coba kalau lo sama Pak Devan udah ni—" Lagi dan lagi Viola terpaksa membungkam mulut sahabatnya agar mahasiswa lain yang juga tengah berada di taman tidak mengetahui soal kabar pernikahannya dengan sang dosen

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 12. Menahan Malu

    Selamat membaca!"Apa Tari udah ngomong sama Arya ya soal permintaan gue buat bikin Pak Devan cemburu?" Di dalam hati Viola menduga, walau sebenarnya ia masih ragu menerima tawaran itu."Gimana? Mau gue anterin pulang nggak?" tanya Arya kembali. Wajahnya memang sungguh tampan seperti yang dikatakan Tari. Lesung pipit yang terbentuk dari senyumannya sungguh membuat kedua matanya sampai tak berkedip menatap."Yuk, tapi by the way, makasih ya lo udah mau bantuin gue.""Iya, sama-sama. Kita kan satu kampus. Jadi, kita harus saling membantu, kan?" Arya menjawab, walau sebenarnya arah perkataan Viola berbeda dengan pikirannya saat ini."Iya, pokoknya makasih ya."Keduanya pun mulai melangkah. Menuju parkiran motor yang kebetulan memang harus melewati mobil Devan."Nah, ini kesempatan gue buat bikin Pak Devan cemburu," batin Viola yang tengah bersiap saat melintas di depan mobil Devan. Viola menganggap bahwa Devan menyetujui permintaannya bukan hanya karena ancaman yang ia katakan, tetapi ad

Latest chapter

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 49. Terjebak Rencana Jahat

    Selamat membaca!Viola tampak begitu cemas. Menanti balasan pesan suaminya. Namun, sampai ia mau berangkat pergi ke rumah Arya, Devan tak kunjung membalas. Membuat raut wajahnya semakin murung. Gadis itu pun mulai berpikir jika suaminya itu memang sudah tak lagi peduli."Apa ini akhir dari rumah tanggu gue?" Kenangan demi kenangan mulai bermunculan. Satu persatu terbesit jelas dalam pikirannya. Membuat air mata tak sanggup lagi Viola tahan untuk tak menetes. Gadis itu coba menguatkan hati. Memaksa isak tangisnya mereda saat panggilan dari sang ibu terdengar di depan kamar."Vi, ada temen kamu datang.""Iya, Bu, bentar." Sebelum keluar dari kamar, Viola sejenak mematutkan diri di depan cermin. Memastikan tak ada air mata yang tertinggal di wajahnya. Tentu saja ia tidak ingin jika Arya sampai tahu bahwa ia habis menangis karena menunggu balasan pesan dari Devan yang tak kunjung datang."Vi, apa kamu sudah izin sama suami kamu kalau mau pergi sama Arya?" tanya Dina begitu melihat Viola

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 48. Di Luar Dugaan

    Selamat membaca!Di dalam mobil, Viola dan Devan masih diam tak saling bicara, padahal mereka sudah menempuh setengah perjalanan pulang."Ngapain diajak bareng kalau cuma didiemin doang. Tahu gitu kan mending tadi pulang sendiri aja." Kesal Viola menggerutu dalam hati. Masih menatap ke luar jendela tanpa pernah melihat Devan sejak dirinya berada di dalam mobil."Saya minta maaf ya, Vi."Akhirnya, kata-kata itu terdengar dari mulut Devan. Viola pun tersenyum. Namun, sengaja ia tahan karena tak ingin terlalu kelihatan bahagia di depan Devan."Kenapa minta maaf, Pak?" Viola menatap wajah Devan yang sesekali melihatnya karena harus fokus dengan kemudi."Saya udah salah. Nggak seharusnya beberapa hari ini saya menyalahkan kamu dan bersikap tidak baik sama kamu."Viola masih diam. Hatinya merasa sangat lega karena akhirnya Devan menyadari kesalahannya."Kalau saya nggak mau maafin gimana?" Viola yang masih ingin melihat Devan lebih berusaha, berpura-pura dingin meski di dalam hati, dirinya

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 47. Undangan Arya

    Selamat membaca!"Berarti bokap lo bisa terlibat kecelakaan setelah nganterin bokapnya William ke rumah sakit?" tanya Viola setelah mendengar cerita dari Tari di jam istirahat. Ya, setelah mata kuliah pertama selesai, keduanya kini tampak sudah berada di kantin."Iya, Vi. Ternyata begitu ceritanya. Pantes aja di lokasi kejadian nggak ada motor bokap gue, bokap gue naik ojek online saat itu.""Sekarang lo udah nggak ngerasa bersalah lagi, kan?""Iya, gue lega sekarang, tapi gue sebenarnya keberatan dengan niat William mau nikahin gue. Gue udah bilang dia nggak harus ngelakuin itu kalau dia nggak mau, cuma dia tetap mau nikahin gue karena itu keinginan yang terakhir dari bokapnya sebelum meninggal.""Oh, bokapnya William meninggal, bukannya bokap lo udah bawa dia ke rumah sakit?""Bokap gue emang udah nyelametin bokapnya William, tapi satu bulan kemudian, bokap William meninggal.""Oh gue ngerti sekarang. Jadi, William dan ibunya ngerasa berutang budi sama bokap lo karena bokap lo mereka

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 46. Menyadari Kesalahan

    Selamat membaca!Devan menuruni anak tangga dengan langkah yang tergesa-gesa. Wajar saja, pagi ini ia bangun kesiangan setelah semalam sulit sekali memejamkan mata meski sudah menyalakan alarm pada ponselnya."Bi, tolong panggilin Viola! Bilang sarapan di kampus aja karena saya udah telat." Setibanya di lantai bawah, Devan langsung memerintahkan Retno yang terlihat sedang menyapu lantai di ruang tengah."Tapi, Mas, Mbak Viola udah jalan dari 15 menit yang lalu." Retno tampak bingung. Merasa heran karena Devan bisa tidak tahu akan hal itu."Dia udah jalan ...?" Devan seketika terdiam. Teringat perdebatan semalam di mana keduanya sampai harus pisah kamar."Bibi pikir Mas Devan tahu. Apa Mas Devan lagi ada masalah sama Mbak Viola?" Meski tak enak hati menanyakan itu, tetapi Retno penasaran karena mencemaskan kedua majikannya. Terlebih Retno tahu jika mereka baru saja bahagia setelah hubungan keduanya sempat diguncang karena kedatangan Renata."Oh, nggak apa-apa, Bi. Mungkin karena saya k

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 45. Hubungan Renggang

    Selamat membaca!"Ini semua salah kamu, Devan! Harusnya kamu temui Audrey saat dia sakit, kenapa kamu malah nggak percaya kalau dia sakit? Kenapa?" Renata langsung mencengkram erat kerah kemeja Devan dengan kasar saat melihat kedatangan pria itu bersama Viola yang seketika langsung berusaha melepaskan tangan Renata dari suaminya."Jangan seperti ini, Renata! Lagi pula kematian Audrey bukan kesalahan Devan. Ini sudah takdir, kamu harus bisa terima."Renata menatap nyalang. Penuh dendam dengan sorot mata yang tajam. "Lebih baik kalian pergi dari sini! Aku nggak sudi kalian datang, cepat pergi!" Dengan mendorong tubuh Devan, Renata mengusir paksa keduanya agar pergi.Suara wanita itu sampai membuat beberapa orang jadi menatap sinis ke arah Devan dan Viola yang seketika merasa tidak nyaman berada di sana."Mas, lebih baik kita pulang aja! Percuma kita datang, niat baik kita nggak dihargai di sini!"Devan menatap sendu. Masih tak mengalihkan pandangannya. Pria itu terus melihat jenazah anak

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 44. Sang Penyelamat

    Selamat membaca!Sejak mengakhiri sambungan teleponnya dengan Viola, Devan kembali pergi, padahal pria itu baru saja tiba di rumah beberapa menit lalu. Namun, entah kenapa ia merasa tidak tenang. Memikirkan Viola yang baru diizinkan pulang dari rumah sakit, tetapi sudah pergi keluar rumah seorang diri."Apa sebaiknya gue jemput Viola dulu, ya?" Setelah cukup lama bergelut dalam keraguan, Devan pun akhirnya memutuskan untuk pergi menuju cafe tempat di mana Viola berada. "Lebih baik gue jemput Viola dulu. Setelah itu, baru gue bisa nemuin Elmer. Lagian kenapa juga Viola harus pergi segala, padahal dia baru dibolehin pulang dari rumah sakit."Devan merasa cemas. Menambah kecepatan mobilnya agar segera tiba di cafe yang berada dekat dari kampus tempatnya mengajar.Tak butuh waktu yang lama, Devan sudah berbelok ke jalan di mana tempat tujuannya berada. Cafe Brewbee ada di sisi kanan dari jalan yang dilaluinya. Artinya, Devan harus memutar dulu di pertigaan yang berada di ujung depan sana

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 43. Hanya Diam Membeku

    Selamat membaca!"Mau bagaimanapun gue harus pastiin apa Dokter Elmer itu bener-bener sahabat suami gue. Kalau memang bener, berarti dia adalah mantan suami Renata dan pastinya dia tahu soal status Audrey."Taksi yang ditumpangi Viola pun tiba di sebuah cafe. Tujuannya adalah untuk bertemu dengan Arya. Viola merasa tidak tenang saat membaca pesan dari suaminya. Pesan di mana Devan ternyata datang menemui Renata tanpa melihat Audrey yang sedang sakit hanya karena beranggapan jika Renata berbohong soal status anak perempuan itu."Arya, maaf ya gue telat, tadi jalanan lumayan macet." Sambil tersenyum, Viola menyapa saat melihat Arya sudah datang lebih dulu darinya."Nggak apa-apa kok, gue juga baru 5 menit duduk. Lo kenapa mau ketemu gue?""Ini ada yang mau gue tanyain sama lo, soal dokter ini?" Viola menyodorkan ponselnya. Menampilkan wajah pria berjas putih yang seketika membuat kening Arya mengerut dalam."Kenapa sama cowok ini?""Lo kenal dia, kan?""Pastilah, dia paman gue!""Berarti

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 42. Mengancam Renata

    Selamat membaca!Devan terlihat sudah berada di dalam mobil lagi setelah mengantar Viola ke rumah. Meski tidak ingin meninggalkan istrinya. Namun, Viola memaksanya untuk tetap pergi karena tidak tega jika harus melarang Devan bertemu dengan putrinya, terlebih saat Renata mengatakan jika Audrey sedang sakit dan terus memanggil-manggil ayahnya. Tidak hanya itu, Viola juga ingin jika Devan membawa bukti soal foto di atas ranjang itu memang bagian dari rencana Renata. Viola tentu tidak akan lupa akan hal itu, walau hubungannya dengan Devan sudah kembali baik seperti biasa. Bahkan bisa dikatakan saat ini menjadi fase terbaik dalam hubungan keduanya sejak menikah kontrak."Apa ini juga bagian dari rencana Renata? Apa Audrey benar-benar sakit? Sekarang gue makin ragu soal hasil tes DNA itu, apa benar Audrey anak gue?" Devan terus memacu kecepatan mobilnya. Mengingat betapa mudah ia memercayai Renata membuatnya sangat kesal. Walaupun awalnya saat itu ia memang ragu, tetapi air mata dan juga

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 41. Nama yang Tak Asing

    Selamat membaca!Suasana di ruang rawat tak lagi tegang. Lewat kata-katanya Devan mampu meyakinkan Viola untuk percaya, meski gadis itu tetap dengan pendiriannya bahwa mau bagaimanapun harus ada bukti yang ditunjukkan Devan. Bukti di mana pria itu tidak mengkhianati pernikahan yang sebenarnya baru akan mereka mulai ke jenjang yang lebih serius. Bukan hanya karena perkataan Devan saja. Namun, Viola juga mempertimbangkan sosok Renata yang pernah memanipulasi seolah dirinya menyakiti wanita itu di depan Audrey hingga membuat Devan pun terperdaya saat itu. Dari kejadian itu, Viola bisa berasumsi jika apa yang dilakukan Renata pasti bertujuan untuk menghancurkan rumah tangganya dengan Devan."Terus kapan Pak Devan mau nemuin Renata lagi?" Viola mengunyah makanan setelah Devan menyuapinya makan. Ya, meski ibunya meminta Viola untuk mengusir Devan pergi, tetapi gadis itu tak menggubrisnya. Viola tetap mengizinkan Devan ada di dekatnya, walau terkadang bayangan foto mesra Devan dan Renata seri

DMCA.com Protection Status