Beranda / Pernikahan / Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan / BAB 144 Hasrat yang tak pernah terpuaskan

Share

BAB 144 Hasrat yang tak pernah terpuaskan

Penulis: Prisma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Akhir-akhir ini, Reygan terlihat semakin sibuk dari biasanya. Wajahnya yang tampan terkoyak oleh garis-garis kelelahan, dan matanya tampak letih oleh beban pekerjaan yang semakin bertumpuk. Dan Ayrin merasa kasihan melihat suaminya seperti ini setiap kali dia pulang larut malam.

"Mau dipijat, Mas?" tawar Ayrin dengan lembut saat Reygan baru saja selesai mandi dan naik ke ranjang. Matanya yang lelah tampak sedikit bersinar mendengar tawaran tersebut.

"Tapi seluruh badan, ya. Jangan sampai ada yang terlewat," ujar Reygan dengan senyum menggoda, matanya memancarkan kilatan nakal yang masih menyala meski tubuhnya lelah.

"Jangan bercanda ah, Mas," sahut Ayrin sambil menahan tangan Reygan yang mulai merayap naik ke atas pahanya.

"Tapi saya menginginkannya, Rin," kata Reygan sa

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 145 Hasrat yang tak pernah puas 2

    Reygan mendekatkan dirinya pada Ayrin yang masih terlelap, bibirnya mendekati telinga istrinya. "Selamat pagi, Sayang," bisiknya lembut, suaranya seperti melodi hangat yang membangunkan wanita itu dari tidurnya."Pagi," sahut Ayrin dengan suara serak, matanya masih setengah terpejam.Namun, sebelum dia sepenuhnya sadar, Reygan sudah mulai membelai perutnya, sentuhan hangat yang membuatnya mendesah pelan, mencoba menahan keinginan yang mulai timbul."Ini masih pagi, Mas," katanya sambil menahan tangan Reygan dan berbalik menghadapnya.Reygan tersenyum nakal, menatap mata Ayrin dengan penuh keinginan. "Apa bedanya pagi dan malam kalau saya masih menginginkanmu," jawabnya dengan nada menggoda."Tapi kita kan bukan penganti

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 146 Firasat Buruk

    Ayrin merasakan keganjilan demi keganjilan dalam diri suaminya saat tiba-tiba pria itu memintanya untuk menemaninya ke bandara. Padahal selama ini, Reygan tidak pernah melakukannya. Biasanya pria itu hanya akan mengabarinya lewat pesan singkat atau telepon."Temani saya dulu ke bandara ya, Rin," kata Reygan setelah pagi itu mengantarkan anak-anak ke sekolah. Suaranya terdengar lebih serius dari biasanya."Tapi sebentar lagi aku harus bertemu Dokter Vio, Mas. Ada beberapa hal yang mau kami bahas," balas Ayrin dengan lembut, walaupun dalam hatinya dia merasa cemas. Tidak biasanya Reygan meminta ditemani seperti ini."Tolonglah, Rin. Sekali ini saja," pinta Reygan sambil meremas tangan istrinya. Sentuhannya terasa dingin dan cemas, membuat Ayrin semakin khawatir.Ayrin term

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 147 Pertanyaan tanpa jawaban

    Ayrin membanting file di tangannya dengan gelisah. Matanya menatap kosong ke arah tumpukan dokumen di mejanya, sementara pikirannya melayang jauh. Sejak mengantar Reygan kemarin, perasaannya selalu tak tenang. Apalagi, selama hampir satu hari ini, suaminya itu belum memberi kabar apa pun padanya."Besok sepertinya saya akan sibuk sekali, Rin. Banyak yang harus saya urus di sini," kata Reygan pada malam sebelumnya melalui sambungan telepon. Suaranya terdengar lelah, namun ada ketegasan yang tidak biasa di nada bicaranya.Ayrin menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya yang gelisah. Sudah berlebihan kah sikapnya? Kenapa perasaan tak enak ini tak kunjung hilang?Dia sering merasa bahwa kegelisahan ini datang karena dia tidak bisa menemani suaminya dan ikut membantu mengatasi masalah yang dihadapinya.&nb

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 148 Dosa yang menghantui setiap langkah

    Reygan belum sempat membuka mulut ketika tiba-tiba Veranda berlutut di depan Ayrin, air mata berderai jatuh di wajahnya yang penuh penyesalan. "Semuanya kesalahan saya, Rin. Tolong jangan libatkan Riska. Dia tidak berdosa," ucapnya dengan terisak, suaranya hampir tenggelam dalam kepedihan.Ayrin menatap kakak sepupunya itu dengan dingin. Rasa muak menyelimuti hatinya melihat wajah wanita yang telah menghancurkan hidupnya. Bagaimana mungkin wanita yang pernah dianggapnya sebagai saudara bisa mengkhianatinya sekejam ini?"Biarkan saya mempertanggung jawabkan semuanya padamu, Rin. Apa pun yang kamu inginkan akan saya lakukan. Kalau pun kamu menginginkan nyawa saya sebagai gantinya, saya akan memberikannya," sambung Veranda dengan berderai air mata, suaranya penuh dengan penyesalan yang mendalam.Ayrin merasakan hatinya

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 149 Hukuman yang harus dijalani

    Ayrin kembali ke rumah dengan perasaan hancur lebur, seolah seluruh dunia di sekitarnya runtuh. Sepanjang perjalanan pulang, hatinya dipenuhi oleh rasa sakit yang mencekam. Setiap langkah terasa berat, seolah kakinya terbenam dalam lumpur. Begitu sampai di rumah, dia merasa kosong, seperti sebuah cangkang yang tak bernyawa.Sejak kejadian di rumah sakit, dia berubah menjadi sangat pendiam dan lebih banyak mengurung diri di dalam kamar. Rasanya setiap kenangan yang mengingatkannya pada pengkhianatan Reygan terasa seperti luka yang terus-menerus disiram garam.Rasa sakitnya begitu mendalam hingga terkadang ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya, jika saja ia tidak mengingat anak-anaknya yang masih sangat membutuhkannya."Saya ingin menebus kesalahan saya pada Riska, Rin. Biar bagaimanapun juga dia memang tidak be

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 150 Neraka yang tak berujung

    Di tengah keheningan rumah, suara tawa ceria Rania memecah suasana. "Papa...!" serunya dengan penuh semangat saat melihat ayahnya sedang duduk di ruang tamu, tenggelam dalam bacaan korannya. Reygan segera menurunkan koran, menangkap tubuh putrinya yang melompat ke arahnya dengan gesit, lalu memeluknya erat penuh kerinduan."Nia kangen banget sama Papa. Kenapa perginya lama banget sih, Pa?" tanya Rania sambil melepaskan diri dan menatap wajah ayahnya dengan mata berbinar."Maafkan Papa ya, Sayang," jawab Reygan sambil meremas pipi anaknya dengan lembut, merasakan kehangatan yang hanya bisa diberikan oleh putrinya.Namun, perlakuan berbeda datang dari Rian. Anak itu menjadi lebih pendiam. Saat melihat ayahnya pulang, dia hanya menyapa sekilas sebelum pergi ke meja makan.

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 152 Hancur berkeping-keping

    Di kamar yang sama, namun terpisah di ranjang masing-masing, Ayrin dan Reygan tenggelam dalam pikiran mereka sendiri. Ayrin menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya mengumpulkan keberanian untuk berbicara."Mulai besok aku akan pindah, Mas," desah Ayrin dengan suara parau. Dia menatap langit-langit kamar, mencoba menahan gejolak perasaan yang menghimpit dadanya.Reygan, yang juga terperangkap dalam pikirannya sendiri, menoleh pelan. "Biar saya saja yang pergi, Rin," sahutnya dengan tenang yang dipaksakan. "Sejak awal ini rumahmu. Jadi, kamu yang lebih berhak."Ayrin tersenyum pahit. Bagaimana mungkin dia bisa tinggal di rumah ini, di mana setiap sudutnya menyimpan bayang-bayang masa lalu yang menyakitkan, kenangan yang tak bisa dia hapus begitu saja? "Aku nggak bisa tinggal di sini," katanya dengan suara getir. "Rasanya terlalu menyakitkan."Reygan terdiam, hatinya teriris mendengar kepahitan dalam suara istrinya. Dia tahu luka yang dia berikan terlalu dalam. "Maafkan saya, Rin. Kar

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 153 Tenggelam dalam pikiran

    Ayrin menikmati minumannya seorang diri di salah satu lounge bar yang elegan di London. Lampu-lampu temaram memberikan kesan hangat, sementara suara denting gelas dan tawa riang dari pengunjung lain mengisi udara.Ayrin, duduk di pojok dengan segelas wine di tangannya, merasa sedikit terasing di tengah keramaian itu. Dia tenggelam dalam pikirannya, mengabaikan hiruk-pikuk di sekitarnya.Di seberang ruangan, seorang pria paruh baya dengan kemeja lengan pendek yang rapi, memperhatikannya. Dengan langkah mantap, dia mendekati meja Ayrin. "Selamat malam," sapanya dengan nada ramah, menghentikan lamunan Ayrin.Ayrin mendongak dengan enggan. Di depannya, berdiri seorang pria dengan senyuman hangat dan kacamata yang menambah kesan bersahabat. "Maaf, mengganggu. Boleh saya duduk di sini? Kebetulan semua meja sudah pen

Bab terbaru

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 173 Lembar Penutup

    Ayrin duduk dengan gelisah di sebuah bangku kayu yang menghadap kolam. Hatinya dipenuhi dengan berbagai perasaan, harapan, dan kecemasan. Dia terus memandangi jalan setapak yang mengarah ke taman, menunggu kehadiran Lily. Frans telah berjanji untuk membawa gadis itu ke sana, dan saat itu akhirnya tiba.Ketika Lily muncul di kejauhan, melangkah mendekatinya dengan perlahan, Ayrin merasa ada kehangatan yang tak bisa dijelaskan dalam hatinya. Gadis itu tumbuh menjadi remaja cantik, penuh pesona, namun di mata Ayrin, Lily masih seperti anak kecil yang dulu pernah hilang dari pelukannya.Mereka saling pandang untuk beberapa saat, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Keheningan itu begitu penuh makna, seolah semua yang ingin mereka katakan sudah tercurah dalam tatapan mereka."Lily..." suara Ayrin bergetar saat dia akhirny

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 172 Dia yang hilang (Akhirnya kembali)

    Frans tampak gelisah ketika dia menemui Ayrin di tempat prakteknya. Sejenak mereka hanya saling bertatapan, seolah kata-kata yang ingin diucapkan Frans begitu berat untuk disampaikan."Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan, Rin," kata Frans akhirnya, suaranya terdengar gemetar.Ayrin menatapnya dengan cemas. "Ada apa sih, Frans? Kenapa akhir-akhir ini kamu aneh sekali?" desaknya, penasaran dan khawatir karena tidak biasanya Frans datang ke tempat prakteknya dengan ekspresi seperti ini."Kamu tidak sakit, kan?" tuntutnya lagi dengan nada gemetar, takut kalau-kalau ada sesuatu yang buruk terjadi pada sahabatnya.Frans menggelengkan kepalanya perlahan, tatapannya penuh kebimbangan. Dia menatap Ayrin dengan lekat, seakan mencari keberanian dalam pandangannya sebelum akhirnya

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 171 Seperti putriku yang hilang

    "Selamat datang, silakan duduk," sambut Ayrin dengan senyum tulus, matanya berbinar-binar bahagia.Lily dan Frans duduk di tempat yang telah disiapkan, dan tanpa menunggu lama, mereka mulai menyantap hidangan yang telah tersedia. Suasana terasa nyaman dan akrab, seolah mereka sudah menjadi satu keluarga besar."Wah, masakan Tante memang oke juga," puji Lily dengan jujur setelah mencicipi satu suapan. "Semuanya enak, Tan."Ayrin baru akan menjawab, tetapi Rania dengan cepat menyela. "Iya, dong. Masakan Mama emang yang paling enak," ujarnya penuh kebanggaan. Pujian itu membuat semua orang di meja makan tersenyum."Kalau begitu, aku main ke sini setiap hari deh, biar bisa makan enak terus," goda Lily sambil melirik ke arah Rania.

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 170 Kembali utuh 2

    Setelah semua ketegangan ini mereda, Ayrin dan Reygan kembali ke rumah mereka sambil saling bergandengan tangan, perasaan lega dan bahagia terpancar dari wajah mereka."Hai, Sayang," sapa mereka pada anak-anaknya yang tengah duduk bersama di ruang keluarga. Rian dan Rania, yang sedang asyik dengan aktivitas mereka, segera menoleh bersamaan. Melihat kedua orang tuanya datang bersama dengan senyum bahagia membuat hati mereka meledak oleh kebahagiaan."Mama dan Papa nggak akan berpisah, kan?" tanya Rian dengan hati-hati setelah beberapa saat lamanya mereka duduk bersama. Ada kekhawatiran di balik tatapan matanya yang polos, kekhawatiran akan perpisahan yang mungkin terjadi lagi.Reygan tersenyum sambil menoleh ke arah Ayrin, tatapannya penuh kasih. "Bodoh kalau Papa melepaskan wanita sebaik Mama, Rian," katanya dengan

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 169 Kembali utuh

    Setelah akhirnya pulih, Ayrin memutuskan untuk menemui Lily bersama Reygan.Saat mereka masuk, mata Lily menatap mereka dengan perasaan campur aduk. Tidak ada lagi sorot tajam dan kebencian seperti dulu. Yang terlihat di sana hanyalah penyesalan yang mendalam. Gadis itu menundukkan kepalanya, suaranya gemetar saat berkata, "Maafkan Lily, Tante. Maafkan sikap Lily selama ini."Ayrin merasakan gelombang kesedihan mengalir di hatinya. Dia mendekati Lily dengan langkah pelan dan mendekap tubuh gadis itu dengan lembut. "Maafkan Tante juga, Lily. Maaf karena sikap Tante membuatmu salah paham. Maaf karena membuatmu tidak nyaman selama ini," balasnya dengan suara bergetar.Lily pun menangis, menumpahkan segala penyesalan dan kesedihannya di dada Ayrin. Dalam dekapan hangat itu, semua ketegangan yang selama ini a

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 168 Di ambang hidup dan mati

    Ayrin menatap wajah Lily yang pucat di ranjang rumah sakit sebelum operasi transplantasi ginjal yang sebentar lagi akan dilakukan. Hatinya serasa diremas melihat betapa rapuhnya gadis itu. Di dalam hatinya, ada perasaan yang tak terlukiskan. Entah dari mana datangnya perasaan ini, setiap kali berada di samping gadis ini, dia merasakan ada tali tak kasat mata yang mengikat mereka, seolah-olah Lily adalah bagian dari dirinya sendiri.Dengan lembut, Ayrin membelai kepala Lily, sentuhan yang penuh kasih dan kelembutan, seakan gadis itu adalah anaknya sendiri. "Cepatlah sembuh, Lily. Cepatlah kembali pulih. Izinkan Tante meminta maaf padamu. Izinkan Tante menjelaskan semuanya," bisik Ayrin dengan suara yang hangat namun penuh harap. Matanya berkaca-kaca, berharap agar gadis itu segera membuka mata indahnya lagi.Jika dulu Ayrin sangat tidak menyukai tatapan Lily yan

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 167 Penebusan dosa

    Reygan duduk di sudut ruang tunggu rumah sakit, dengan tatapan kosong yang menatap ke langit-langit putih yang terang. Setiap hari, ia merasa tersiksa oleh pertanyaan tak terjawab dan rasa bersalah yang membelit hatinya. Air mata sering kali tak bisa ia tahan lagi, mengalir deras ketika melihat Rania yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang perawatan, dan Lily yang masih berjuang untuk hidupnya."Kalau memang dosa-dosaku lah yang menyebabkan semua ini. Tolong limpahkan semuanya padaku, Tuhan. Jangan pada anak istriku. Mereka tidak bersalah. Akulah yang penuh dosa," gumam Reygan dengan suara gemetar, bibirnya bergetar dalam keputusasaan yang mendalam.Tidak hanya Reygan yang dihantui rasa bersalah yang mendalam, tetapi juga Frans. Setiap hari, pria itu duduk di sisi ranjang Lily, memegang tangannya yang lemah, membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang. Kat

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 166 Tak sesuai harapan

    Reygan melangkah masuk ke dalam klub malam yang gemerlap, tempat di mana dia pertama kali bertemu dengan Lily. Lampu berwarna-warni yang berkedip-kedip dan musik yang menghentak keras tidak mampu mengalihkan perhatiannya dari kekhawatiran yang menghimpit hatinya. Dia menelusuri setiap sudut klub, berharap menemukan gadis itu di antara kerumunan orang. Namun, sia-sia. Lily tidak terlihat di mana pun."Di mana kamu, Lily?" bisiknya putus asa pada diri sendiri, suaranya tenggelam di tengah bisingnya musik. Rasa bersalah semakin mencengkeram hatinya dengan setiap detik yang berlalu tanpa menemukan gadis itu.Dia hampir tergoda untuk mengalihkan perasaannya dengan segelas minuman. Namun, saat tangan terulur menuju bar, ponselnya bergetar. Panggilan dari Ayrin menyentak kesadarannya."Lily, Mas. Kami sudah bertemu d

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 165 Masih belum terlambat

    Ayrin dan Reygan kembali bersama ke rumah sakit. Langkah mereka terayun mantap, seakan sudah menemukan keputusan besar yang akan mengubah segalanya. Ketika Frans melihat mereka, matanya langsung menangkap sinyal yang jelas—Ayrin telah membuat keputusan untuk memaafkan suaminya."Jadi, inikah kejutannya?" kata Frans dengan tenang, matanya yang penuh pengertian menatap dalam ke mata Ayrin. Setelah Reygan pergi ke sudut lain ruangan untuk memberi keduanya privasi, mereka akhirnya mendapatkan kesempatan untuk berbicara."Maafkan aku, Frans," gumam Ayrin sambil menundukkan kepalanya, jemarinya saling meremas dengan gelisah. Dia merasa berat untuk mengucapkan kata-kata itu, tetapi tahu bahwa dia harus melakukannya.Frans mendekat dan memegang kedua pundak Ayrin dengan lembut namun tegas, memaksa wanita itu men

DMCA.com Protection Status