Beranda / Romansa / Pernikahan Nona Smith / Bab 165_ (Bukan) Tukang Gombal

Share

Bab 165_ (Bukan) Tukang Gombal

Penulis: Khoirul N.
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Janu tidak mengerti mengapa Smith memintanya untuk menghentikan motornya di depan halte bus. Tapi ia tetap memenuhi permintaan istrinya tanpa membantah atau bertanya.

Halte bus tampak kosong tanpa ada seorang pun calon penumpang yang menunggu kedatangan bus. Mungkin lantaran malam telah terlalu larut dan sudah tidak ada lagi bus yang lewat.

"Duduklah, ada hal penting yang ingin aku katakan padamu," kata Smith sambil menepuk kursi kosong di samping kirinya.

Janu mengangguk dan duduk di sebelah Smith tanpa mengatakan apa-apa. Ia menatap wajah Smith lekat-lekat. Wajah ayu Smith terlihat agak muram.

Smith menghembuskan napas berat. Ia tertunduk sebentar, seolah apa yang hendak ia sampaikan adalah hal yang tidak menyenangkan. Tapi Janu masih menguatkan diri untuk tetap menutup mulutnya dulu.

Smith meraih tangan kiri suaminya. Lantas digenggam cukup erat. Tentu saja berhasil membuat jantung Janu nyaris melompat ke luar.

"Apa istriku baik-baik saja

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 166_ Gagal Ciuman, Lagi!

    Smith menarik napas panjang. Ia tahu bahwa kadang-kadang Janu menjadi lebih keras kepala darinya. Satu hal yang ada dalam pikiran Smith adalah ia tidak yakin jika Janu akan bahagia jika tetap menjadi suaminya.Sesungguhnya Smith tidak pernah berpikir untuk melakukan hubungan suami istri dengan siapa pun. Sedangkan dalam pernikahan hal itu termasuk kebutuhan batin yang mesti terpenuhi.Selain itu, Smith sangat mengerti bagaimana keadaan perekonomian Janu. Sangat tidak bisa diandalkan untuk menopang kebutuhan dua orang, apalagi tiga orang jika Bibi Ipah sudah berada di antara mereka. Pasti hal itu akan membuat Janu bekerja keras sebagaimana dulu ketika lelaki itu merasa bertanggung jawab untuk membiayai persalinan Smith yang hanya pura-pura hamil. Lantas ia akan tertidur di dalam kelas saat perkuliahan berlangsung. Menyedihkan!Sedangkan Smith sendiri tidak memiliki kekayaan lagi. Ia tahu bagaimana watak sang ayah. Hendry tidak akan mau lagi me

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 167_ Gairah Smith

    Setelah berputar-putar mencari tempat untuk tidur, akhirnya Janu menemukan sebuah penginapan yang masih buka. Semoga saja masih ada kamar yang kosong untuk mereka. Terus terang Janu mencemaskan istrinya. Ia ingin melihat Smith istirahat secepatnya agar tidak terlalu kelelahan. Penginapan yang masih buka itu tidak terlalu besar. Hanya ada sepuluh kamar di dalamnya dengan ukuran 3 x 4 meter, yang saling berhadapan. Kamar satu di depan kamar dua, kamar dua di depan kamar tiga, dan seterusnya. "Pak, apa masih ada kamar kosong?" tanya Janu sambil tersenyum. Resepsionis membalas senyum Janu dengan senyuman entah. Lelaki itu juga memandang Janu dan Smith dengan tatapan yang tidak biasa. "Wah, kalian beruntung sekali. Tinggal satu kamar yang kosong. Jadi kalian bisa tiduran dengan nyaman ketimbang harus gelap-gelapan di kebon," jawab lelaki berkumis tebal yang berusia sekitar 40 tahun. Janu tidak begitu menanggapi resepsionis yang

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 168_ Mengharap Kecupan

    Mata Smith beradu dengan mata kucing Janu. Keduanya saling memandang cukup lama.Smith merasakan detak jantungnya menjadi sangat kencang. Ia khawatir Janu bisa merasakan jantungnya yang berdebar kuat. Itu sangat memalukan dan bisa membuat Janu besar kepala.Namun, hal yang lebih meresahkan Smith bukan itu. Sebab ia pun bisa merasakan debaran jantung dari suaminya.Smith menjadi sangat gugup karena kenyataannya bibir suaminya sangat menggoda. Mengingat mereka sudah gagal ciuman dua kali, sejatinya Smith ingin membayarnya hari ini. Tapi tentu saja ia tidak berani. Juga malu kalau harus memulai lebih dulu.Dalam benaknya Smith mengatakan bahwa ia tidak akan menolak ataupun marah jika Janu menarik kepalanya, sehingga wajah mereka menjadi lebih dekat dan menempel. Ia berjanji akan pasrah dan manut saja pada aksi suaminya.Sementara itu, keinginan untuk mencium bibir Smith yang ranum, juga dirasakan oleh Janu. Darahnya berdesir cepat ingin lekas-lekas me

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 169_ Serangan Sesal

    Pagi baru saja dimulai. Tapi kediaman Hendry Sasongko sudah gaduh oleh suara Sinta yang mengoceh tanpa jeda. Suara itu bahkan sampai membuat Hendry yang baru bisa tidur pukul 04.30 jadi terbangun.Hendry menengok pada jam weker di meja. Ternyata baru pukul 06.00. Tapi istrinya sudah mengomel entah karena apa dan dengan siapa."Apa yang membuat Sinta marah-marah sepagi ini?" gumam Hendry yang beranjak dari tempat tidurnya. Dengan terburu-buru Hendry membasuh wajahnya dan mengelapnya dengan handuk.Hendry menghembuskan napas berat. Ada kekecewaan di sana. Tapi helaan napas tidak mengurangi sesak di dadanya sama sekali. Hanya berharap bisa membuat dadanya menjadi lebih lapang.Hendry jelas keheranan. Jika sumber dari semua kekacauan di rumahnya adalah Smith, kenapa rasa damai tidak kunjung mampir ke rumahnya setelah Smith angkat kaki dari sana?Dalam langkahnya yang terasa berat, Hendry teringat pada semua hal yang dulu pernah dikatakan Smith padanya,

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 170_ Kritik dari Pembantu

    "Minem! Kenapa kau masih menghadap ke sana? Balikkan badanmu cepat! Tuan Hendry ingin berbicara denganmu!" pekik Sinta yang mengira kalau Hendry kembali untuk melakukan suatu hal yang akan membuat pembantu barunya itu tidak merengek minta dipecat lagi.Sinta sangat percaya pada kewibawaan suaminya. Juga kuasanya dalam membuat semua orang menerima keputusannya. Kalau Smith si Singa Jantan itu saja dihempaskan oleh Hendry dengan sekali perintah, apalagi ini Minem yang hanya seorang pembantu penakut.Minem menelan ludah. Lalu memberanikan diri untuk membalikkan badan dan kembali berhadapan dengan sang majikan, tapi tanpa mengangkat kepalanya sedikit pun."Iya Tuan," kata Minem dengan suara bergetar."Tadi kamu bilang mau berhenti kerja karena takut padaku," kata Hendry masih dengan wajah dingin.Dengan kepala yang semakin tertunduk, hingga dagunya hampir menempel pada lehernya, Minem menjawab dengan sedikit terbata, "Be-nar Tuan. Maafkan saya."

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 171_ Apa Pun Demi Smith

    "Cepatlah ke kelas. Kau bisa telat nanti. Aku akan pergi dulu. Tenang saja, aku sudah izin sakit pada dosen," bisik Janu."Apa?" teriak Smith nyaris copot jantungnya karena kaget. Kedua bola matanya juga hampir ke luar mendengar ucapan suaminya.Smith semakin tidak paham dengan apa yang dilakukan Janu. Bukankah tadi yang seperti orang kebakaran jenggot karena takut terlambat adalah Janu? Tapi sekarang Janu malah membolos, dengan alasan berbohong pula.Jika sebelumnya Smith menilai bahwa sebagai orang sint*ng Janu terlalu waras, kini penilaiannya berbalik arah dengan garis yang menukik tajam ke bawah. Sebagai orang sint*ing, Janu kelewatan sint*ngnya."Nanti kalau ada yang tanya padamu, siapa yang mengantarmu ke kampus, bilang saja teman atau tetangga satu kost Janu. Oke? Aku pergi dulu. Jangan lupa tersenyum!"Janu pergi meninggalkan kedongkolan tingkat puncak di batin Smith, lengkap dengan tanda tanya besar yang memenuhi kepala Smith.

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 172_ Di Mana Istriku?

    Tut ... tut ... tut ...."Apa? Bangs*t! Berani-beraninya dia mematikan teleponku! Lihat saja, kalau dia berani mematikan teleponku lagi. Cari mati!" umpat Smith sudah ingin menelan suaminya hidup-hidup.Smith kembali menelepon Janu dengan dada panas. Ia sudah menyiapkan segala omelan pedas untuk Janu.Tut ... tut ... tut ...."Apa? Dia mematikan teleponku lagi? Apa dia sudah ingin mati? Awas kau! Jangan dikira aku akan menyerah. Smith tidak akan kalah begitu saja. Aku tidak akan berhenti menelepon kalau dia belum mengangkatnya!"Benar saja, Smith menelepon lagi dengan dada yang semakin panas seperti penuh dengan muntahan magma. Ia memencet ikon ponsel kuat-kuat sambil membayangkan sedang mencolok mata suaminya."Coba kita lihat, pria sint*ing itu akan memutuskan teleponku atau tidak," gerutu Smith ketika menunggu Janu untuk mengangkat panggilan darinya.Tut ... tut ... tut ...."Set*n! Orang ini memang sudah bosan hidup,"

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 173_ Pemaparan Dosa

    Janu berdiri di depan pintu. Ia diam mematung karena sibuk berkutat dengan pikirannya.Apa yang sebenarnya terjadi pada Smith? Apa mertuanya menemui Smith di kampus? Apa terjadi keributan selama ia meninggalkan istrinya? Dan seterusnya.Janu menghela napas panjang. Berharap semua baik-baik saja. Kemudian mengangkat tangan kanannya yang terkepal untuk mengetuk pintu."Smith ... " panggil Janu dengan suara lebih pelan dari sebelumnya. Selain karena tidak mau menganggu tetangganya, sekarang perasaan Janu juga sudah menjadi lebih tenang dari sebelumnya sebab ia tahu Smith ada di dalam kost.Namun Janu masih heran. Kalau memang Smith ada di dalam, lalu mengapa Smith tidak menyahuti panggilannya?"Apa dia ketiduran, ya?" tanya Janu menduga-duga. Maka, untuk memastikan semuanya, Janu memutuskan untuk menekan gagang pintu dan mendorongnya saja. Siapa tahu pintunya tidak terkunci.Dan ternyata, benar! Pintu yang sedari tadi Janu t

Bab terbaru

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 186_ Suka dalam Duka

    Janu menelan ludah setelah mengetahui yang sebenarnya terjadi. Ia menghembuskan napas panjang, menyayangkan kecelakaan yang sampai menewaskan Sinta."Janu, Ayah minta maaf. Kau benar, Ayah sudah melakukan kesalahan besar. Kini semua telah terungkap. Sinta sudah menunjukkan siapa dia sebenarnya.""Tidak, Ayah sudah keliru jika meminta maaf padaku. Ayah tidak punya salah padaku," kata Janu memasang senyum lebar. Sama sekali tidak menunjukkan adanya kemarahan apalagi dendam."Tapi Ayah sudah mengusirmu dari rumah.""Tidak Ayah. Sejak awal itu bukan rumahku. Tapi sejak kecil, Smith telah tinggal dan tumbuh besar di sana. Ada banyak kenangan manis di rumah itu. Jadi, akan lebih tepat jika Ayah meminta maaf pada Smith.""Benar, itu semua benar. Ayah tahu kesalahan Ayah pada Smith tidak akan termaafkan.""Tidak Ayah. Smith sudah berjanji untuk memaafkan Ayah."Janu pun ke luar untuk memanggil Smith. Sesaat kemudian Janu kembali dengan mengga

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 185_ Kecelakaan Maut

    Bruaaakkk!"Mama!" jerit Sisil saat melihat mobil yang ditumpangi Sinta bertabrakan dengan mobil lain.Sontak saja jalanan sekitar menjadi sangat ramai. Orang-orang mulai berkerumun untuk melihat lebih dekat kecelakaan itu.Sementara itu, Smith masih berada dalam dekapan Janu. Peristiwa kecelakaan itu berada tepat di belakang mereka. Suara dua mobil yang bertubrukan itu terdengar begitu keras di telinga mereka. Kerasnya tabrakan yang terjadi bahkan sampai membuat salah satu mobil terbalik.Sisil langsung menghentikan mobilnya begitu saja, tanpa menepi dulu. Ia ke luar dengan berlinang air mata. Berlari mendekat untuk melihat keadaan mamanya."Mama ...!" jerit Sisil lebih lantang melihat mamanya mengeluarkan banyak darah dari kepala dan telinga.Smith dan Janu langsung menoleh. Mereka mengenal dengan baik suara perempuan yang berteriak itu. Smith dan Janu langsung terbelalak karena mengenal mobil yang terlibat kecelakaan lalu lint

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 184_ Permintaan Janu

    Mendadak Smith dan Janu menjadi buronan banyak orang. Anak buah Hendry dan orang-orang Sinta sedang berusaha keras melacak keberadaan pasangan muda itu. Sedangkan Sisil, diam-diam mengikuti mamanya.Baik Hendry maupun Sinta sama-sama sibuk menghubungi nomor ponsel Smith, tapi jelas tidak tersambung karena ponsel Smith ikut terbakar. Mereka lantas menghubungi Janu, tapi tidak bisa juga. Ponsel Janu terjatuh ketika lelaki itu pingsan."Bangs*t! Lihat saja, kalau aku sampai menemukan kalian, aku pastikan kalian mamp*s!" umpat Sinta sambil mengendarai mobilnya. Sesekali ia menagih informasi hasil dari pencarian anak buahnya.***"Apa kau yakin kau tidak apa-apa?" tanya Smith melihat suaminya yang masih tampak pucat."Aku baik-baik saja. Selama kau bersamaku, aku akan selalu baik," jawab Janu sambil memegang tangan istrinya. Ia juga menyunggingkan senyum yang membuat hati Smith leleh hingga tanpa sadar pipinya memerah.Di dalam angkot itu hanya a

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 183_ Buku Doa

    Dengan dada hampir meledak, Hendry membuka pintu rumahnya. Tidak cukup sampai di situ, Hendry juga berteriak-teriak memanggil sang istri.Pak Jono yang melihat hal itu, menjadi sangat takut. Ia tahu majikannya sedang sangat murka setelah mendengarkan pengakuannya.Sejujurnya Pak Jono terhitung nekat. Sinta telah melarangnya untuk mengatakan pada siapa pun bahwa majikannya itu telah pergi ke lingkungan kost Smith. Tapi Pak Jono tidak bisa menyembunyikan apa yang ia ketahui. Tuan Hendry harus tahu semuanya, begitulah pikir Pak Jono."Ada apa, Ayah?" kata Sisil yang baru saja membuka kulkas di dapur untuk mengambil air dingin. Ia Langsung berlari menghampiri sang ayah yang terdengar murka menyebut nama mamanya."Di mana mamamu?" bentak Hendry dengan urat leher yang mencuat.Sisil menelan ludah. Ia tidak mengerti mengapa ayahnya sampai membentak dirinya. Sisil merasa tidak melakukan suatu kesalahan apa pun."Mama ... Mama sedang ke luar, Ayah,"

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 182_ Hati Ayah

    Sudah barang tentu kalau wajah Hendry tidak bisa menyembunyikan kecemasan yang luar biasa besar melihat lingkungan kost tempat Smith dan Janu tinggal telah hangus terbakar. Bahkan hingga kini api masih diusahakan untuk dipadamkan.Tanpa pikir panjang, Hendry langsung ke luar dari dalam mobilnya. Ia pun berlari mendekat, bertanya pada siapa saja yang ia temui terkait keberadaan putri dan menantunya. Tapi tentu saja semua yang ia tanyai menggeleng. Tidak ada satu pun yang mengenal orang bernama Smith dan Janu. Mereka bahkan tidak tahu siapa lelaki berkemeja hitam yang bertanya pada mereka.Benar, meski Hendry Sasongko adalah pengusaha sukses yang sering muncul dalam koran bisnis ataupun berita-berita di internet, bahkan televisi, kenyataannya sosoknya tidak menjadi penting dan berharga bagi orang-orang pinggiran di sana.Bagi mereka hidup adalah perjuangan tiada akhir. Tidak berjuang artinya tidak akan makan, sama dengan menggali lubang sendiri. Hal-hal terk

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 181_ Ciuman Cinta

    Janu melepas sendiri selang oksigen yang terpasang. Ia merasa kurang leluasa untuk berbicara. Tentu saja hal itu membuat Smith menanyakan kondisinya. Smith tampak sangat gusar melihat Janu yang masih pucat dan lemah."Tidak apa. Aku baik-baik saja. Melihatmu ada di hadapanku seperti ini membuatku langsung sembuh. Katakan padaku apa kau terluka? Apa ada tubuhmu yang terkena api?" kata Janu yang merasa seperti satu tahun tidak bertemu dengan istrinya."Sebagai orang yang baru sadar, kau terlalu banyak bicara," tukas Smith dengan wajah kesal, tapi hatinya sangat senang dan lega."Maafkan aku. Aku tidak bisa menahan diri. Selalu ingin berbicara saat bersamamu. Sekarang jawablah, apa kau terluka?""Tidak, aku baik-baik saja. Katakan padaku bagaimana dengan napasmu? Apa masih terasa sesak?" tanya Smith dengan jantung yang nyaris melompat ke luar."Tidak," jawab Janu yang kemudian menghela napas panjang untuk memastikan napasnya memang telah normal.

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 180_ Akhirnya Cinta

    Smith terbatuk-batuk. Tidak dipungkiri kepulan asap membuat dadanya menjadi sangat sesak. Juga penglihatan yang menjadi sangat terbatas. Ia berkedip beberapa kali karena asap itu juga membuat matanya perih.Janu masih mengira bahwa Smith yang alergi debu menjadi sangat tersiksa karena asap yang memenuhi bilik kost mereka. Ia lekas-lekas mengambil dua pakaian dari dalam lemari dan mencelupkannya ke dalam bak air. Dengan sigap Janu menutupkan baju itu ke hidung istrinya.Dari luar, suara teriakan Pak Herman memberi peringatan pada Smith dan Janu yang masih terperangkap api. Pak Herman menjadi sangat was-was melihat dua sandal yang ada di depan pintu kost nomor empat. Asal tahu saja, bagian depan bilik, termasuk atap dan pintu telah dipenuhi api. Tidak ada jalan bagi Smith dan Janu untuk ke luar."Smith jangan biarkan kain ini lepas dari mulutmu. Aku akan mengambil selimut," kata Janu setengah berteriak. Ia bersicepat menarik selimut putih yang ada di atas ranjang.

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 179_ Membakar Sampah

    Pagi-pagi sekali Sinta telah rapi. Ia mengendap diam-diam ke luar dari kamar, tidak ingin diketahui oleh Hendry. Sinta akan melakukan pekerjaan besar hari ini. Sebuah pekerjaan yang akan sangat menyenangkan jika sampai berhasil dilakukan.Dengan cepat Sinta berjalan menuju lantai dasar. Ia bahkan membuka pintu rumah dengan hati-hati agar tidak ada orang rumah yang mendengar.Sinta tersenyum lebar saat melihat Pak Jono sedang mengelap mobil. Ia pun bergegas menghampiri Pak Jono."Pak, cepat antarkan aku!" perintah Sinta tanpa basa-basi. Semakin cepat ia pergi, akan semakin baik."Ke mana Nyonya?" tanya Pak Jono keheranan. Biasanya majikannya itu lebih memilih untuk ke luar dengan mengemudikan mobil sendiri. Selain itu, hari masih terlalu pagi untuk Nyonya Sinta bangun.Satu-satunya alasan Sinta memilih untuk ke luar diantar Pak Jono adalah lantaran ia tidak tahu pasti lokasi yang dituju sebab belum pernah ke sana. Meski Sinta mengantungi alamatnya,

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 178_ Malaikat Maut Smith

    Pak Jono menghembuskan napas panjang, bingung dengan tujuan dari sang majikan yang memintanya mengantar ke satu tempat dan berpindah ke tempat lain, tanpa tahu apa yang ingin dilakukan.Pak Jono mengamati ekspresi wajah sang majikan yang tampak tetap berkerut dahinya. Ia juga bisa melihat gurat kecemasan yang membuat sang majikan menatap ke arah jendela mobil, memandang entah."Tuan ... " panggil Pak Jono akhirnya setelah tidak mampu lagi menahan rasa ingin tahunya."Ada apa Pak Jono?" sahut Hendry masih dengan kening mengernyit."Apa ... tadi Tuan ingin menemui Bibi Ipah?""Ya," jawab Hendry cepat dan singkat. Seolah sebagai tanda tidak boleh ada dialog lagi sesudahnya.Entah mengapa jawaban Hendry itu membuat Pak Jono menelan ludah. Sejujurnya Pak Jono ingin bertanya lebih lanjut menyoal tujuan majikannya itu menemui Bibi Ipah padahal hari sudah larut dan semestinya majikannya itu tahu kalau panti tentu sudah tutup.Pak Jono j

DMCA.com Protection Status