Kevin tak memperdulikan Jihan yang merengek minta diperhatikan olehnya, kini ia sudah duduk dikursi samping sang istri berada. Ia membuka bungkus ketoprak yang baru saja dibelinya barusan, kemudian mengambil sendok untuk menyuapkan pada Riri.Riri menolak suapan halus itu, dengan menggelengkan kepalanya pelan. Namun Kevin memberi kode dengan kedipan matanya yang seolah memohon pada Riri, akhirnya wanita itu pun mau membuka mulutnya. Disana juga sudah ada Mami yang sama sedang menikmati makanan itu, sedangkan Kayla bermain dengan mainannya."Ayoo mulutnya buka, aaaaa..." ucapRiri menerima suapan dari Kevin sambil tersenyum, begitu pun sebaliknya. Mami yang melihatnya pun menjadi ikut merasa bahagia akan pernikahan anaknya. Berbeda dengan Jihan, ia memandang mereka dengan foto tidak sukanya."Lebay banget sih, pake suap suapan. Kayak gak bisa makan sendiri aja." celetuk Jihan.Riri yang geram dengan tingkah Jihan, dan karena hormon kehamilannya membalas Jihan. Ia yang hiasanya tetap ka
Orang itu meninggalkan kamar Jihan dengan hati yang memanas, tangannya mengepal tanda jika ia menahan amarah. Ia berjalan menuju kamarnya sendiri.BrakIa membanting pintu kamarnya sendiri dengan kencang sampai menimbulkan suara yang cukup nyaring, untung saja semuanya sedang berada ditaman samping rumah sehingga tak mendengar bunyi tersebut.Ia menghubungi seseorang disebrang sana, dengan perasaan yang masih dongkol. Ditambah teleponnya tidak diangkat angkat membuatnya semakin menggerutu tak jelas."Izzz, kemana sih ini orang. Giliran dibutuhin aja ngilang." gerutunya.Dia terus mencoba untuk menghubungi orang disebrang sana. Tak berselang lama akhirnya panggilan itu dijawab.Tut tut[Halo.][Halo, kemana aja sih. Lama banget angkatnya!] gerutunya.[Maaf, Mih. Tadi Daddy lagi meeting sama klien makanya gak bisa langsung angkat, ada apa?]Yah, orang yang tadi mendengar percakapan antara Jihan dan Mamahnya adalah Maria, tadinya ia ke kamar Jihan untuk menyuruhnya makan dulu. Mengingat
Keesokan harinya,Riri sudah bersiap untuk ke rumah Bu Jeni, pagi pagi buta tadi Bu Jeni menghubungi Riri mengenai Joana yang sudah pulang ke rumah kemarin sore. Sontak membuat Riri kaget, pasalnya sebelum ia pulang bersama sang suami tidak ada tanda tanda jika Joana akan diperbolehkan pulang. Padahal tadinya dirinya ingin mengunjunginya lagi dirumah sakit, itung itung untuk mempererat hubungannya dengan sang adik.Joana sudsh datang ke rumah Bu Jeni dengan diantar oleh Rian, namun lelaki itu langsung pamit sebab harus bekerja sehingga ia tak bertemu dengan mantan istrinya. Ia kembali bertemu dengan sang Ibu dan kakak angkatnya itu."Jo, gimana sudah lebih baik?" tanya Riri lembut membuat perempuan yang tengah duduk dikursi rodanya itu tersenyum."Alhamdulillah mbak."Joana menatap Riri dengan lekat, ia memerhatikan wajah Riri dengan seksama. Dalam hatinya bertanya tanya, sebenarnya apa yang salah dengan wanita yang ada didepannya ini sehingga membuat Ibu mertuanya begitu membencinya.
Riri terus melangkah dengan mantab, ia berusaha tersenyum untuk menutupi kegugupannya. Begitu sampai dipanggung, Pak Yuda memberikan uluran tangannya kepada Riri. Kemudian Pak Yuda memperkenalkan Riri sebagai anak mereka. Semua tamu bertepuk tangan dan terpana melihat Riri didepan, diperkenalkan sebagai anak kandung dari pasangan Pak Yuda dan Bu Jeni. Tak berbeda dengan tamu yang lain, Rian, Bu Dara dan Silvi pun ikut terpana akan hal itu. Mereka masih syok mendengar fakta baru tersebut.Rian melirik ke arah sang istri yang tengah tersenyum sambil bertepuk tangan dengan pandangan lurus ke depan."Kamu....Sudah tahu tentang ini?" tanya Rian."Iya, memangnya kenapa?""Kok kamu gak bilang sama aku?""Bilang apa?" tanya Joana berpura pura tak tahu.Rian memandang istrinya dengan tatapan yang sulit diartikan, tapi Joana terlihat begitu santai saja. Kini terjawab sudsh teka teki pertanyaan yang sedari kemarin disimpan dalam benaknya, mengenai sang istri yang tiba tiba sudah mulai dekat deng
"Ya sudah, ayo ke dalam. Ibu sudah lapar nih, mana habis senam jantung tadi." ujar Bu Dara.Bu Dara dan Silvi masuk ke dalam ruangan tempat pesta dilangsungkan, mereka kembali ke tempat duduk yang sebelumnya. Karena Joana dan Rian sedang mengambilkan makanan untuk Bu Dara, jadilah sekarang wanita paruh baya tersebut hanya menunggu.Setelah mereka menikmati hidangan yang ada, Kevin yang tengah menggendong Kayla tanoa sengaja berpapasan dengan Rian serta Joana yang ingin mengambil minuman. Sebenarnya ada rasa sungkan dalam diri Rian, ia ingin menghindar dari keluarga kecil Riri. Namun mau bagaimana lagi, ya bagaiamana pun juga sekarang dia sudah menjadi saudara ipar mantan istrinya itu.Kayla yang melihat Rian dan Joana pun tertawa menampilkan deretan gigi yang sudah mulai tumbuh, sehingga membuatnya semakin menggemaskan. Ia merentangkan tangannya pertanda ingin digendong oleh lelaki yang merupakan ayah kandungnya."Mas, kayaknya dia minta digendong kamu deh." ucap Joana namun Rian terl
"Bagaimana sayang, sudah merasa lebih baik?" tanya Kevin, sedangkan Riri hanya mengangguk pelan.Kevin yang merasa cemas segera menghubungi dokter keluarga, untuk memeriksa Riri. Maria yang melihat kehadiran dokter keluarganya pun mendadak langsung merasa khawatir, yang tadinya ia tengah berbincang dengan besannya itu. Wajahnya langsung pucat, membuat Bu Jeni dan Mama Amira bertanya tanya."Ada apa Jeng, mengapa terlihat begitu khawatir?" tanya Bu Jeni."I-itu, barusan saya melihat dokter keluarga kami kemari. Apa telha terjadi sesuatu ya?" ucapnya dengan raut khawatir.Bu Jeni dan Mama Amira saling memandang satu sama lain, pikiran mereka langsung tertuju pada hal yang sama yaitu Riri. Tanpa babibu Bu Jeni segera melangkah menuju kamar yang ia siapkan untuk sang putri. diikuti oleh Maria dan Amira.Pak Yuda yang melihat istrinya berjalan tergesa gesa menjadi mengernyitkan keningnya, ia bersama Pak Fauzan menyusul para istrinya ke dalam."Maaf, saya tinggal sebentar ya." pamit Pak Yud
Joana yang sedang bersama dengan Rian, menghampiri sang Ibu yang baru saja keluar. Ia memdorong pelan kursi rodanya sendiri, ia membiarkan sang suami yang masih terhenyak dalam pemikirannya. Biarlah ia tenang terlebih dahulu."Ma, Mbak Riri mana?" tanya Joana pelan.Bu Jeni menghela napas pelan, "Riri istirahat dikamar, tadi dia sempat mengalami kram diperutnya.""Astaga! Terus gimana keadaannya sekarang Ma?" tanya Joana panik."Sudah lebih baik Na, tadi sudah dipanggilkan dokter keluarga Pratama.""Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu. Tapi kok bisa tiba tiba kram Ma?" tanya Joana."Kata dokter karena terlalu emosi dan juga setres Jo."Deg'Jangan jangan karena ulah Bu Dara tadi?' tanya Joana dalam hati.Joana terlarut dalam lamunannya, sementara Bu Dara semakin cemas memikirkan Riri yang ternyata anak kandung dari besannya. Ia masih terduduk ditempatnya, wajahnya menerawang jauh lurus ke depan. Ia berharap semua ini hanyalah mimpi belaka. Namun apalah daya karena semua itu adalah k
FlashbackKevin yang sedang berada dirumahnya, bermain game diponselnya seorang diri. Ia memang sangat pendiam dan cenderung tidak punya banyak teman, sehingga hari libur seperti ini ia hanya menghabiskan waktunya dengan bermain ponsel. Ia hanya mempunyai beberapa teman saja, bahkan bisa dihitung dengan jari. Salah satunya adalah Jihan itu, tetangga sekaligus anak dari sahabat Maminya.Drt drtPonsel Kevin Bergetar karena terdapat panggilan masuk, ia mendengus sebal melihat nama yang tertera dilayar ponselnya 'Jihan'."Ck ck ck, mengganggu saja." gumam Kevin, namun pria itu tetap mengangkatnya.[Ada apa?] tanya Kevin ketus.[Tolonggg....Tolong aku Vin....] teriak Jihan disebrang.[Becanda loe gak lucu, ganggu orang ngegame aja!] rutuk Kevin.[Hiks hiks, aaaaaaaaaa.....] teriak Jihan.[Han, loe kenapa? Jawab Han, loe dimana?] tanya Kevin panik karena mendengar teriakan Jihan.[Hiks hiks, Vin tolongin aku. Aku takut!][Tenang, Han....Sekarang loe kasih tahu gue loe dimana?]Setelah mend
Esok menjelang, semua rencana yang telah Riri susun untuk menyembunyikan anak mereka berubah total. Pagi pagi sekali semua keluarga Riri dan orang tua Kevin sudah datang ke rumah sakit, bahkan George. Ayah kandung dari Kevin pun langsung meluncur dari kuar negri begitu dikabari jika cucunya sudah lahir dan selamat, ya kemarin setelah Riri melakukan operasi George memang sudah dikabari tapi karena ada sesuatu mendesak belum sempat ia pulang ia mendapat kabar jika cucunya tidak selamat. Ia begitu syok namun yang membuatnya kembali syok yaitu ketika Kevin kembali mengabarinya jika sang anak sebenarnya masih hidup.Tidak hanya George, tapi Maria dan juga seluruh keluarga Riri juga syok mendengar kabar itu. Awalnya Riri masih bersikeras untuk menyembunyikan fakta ini untuk sementara, tapi Kevin berhasil meyakinkan dirinya jika keamanan sang anak akan semakin terjamin jika keluarganya diberitahu sehingga semakin banyak orang yang bisa membantu menjaganya. Dan bagaimanapun juga sikecil butuh
Kevin mengurai pelukan sang istri, ia menatap wajah teduh Riri yang masih dihiasi oleh air mata. Kemudian mengecup pelan kedua kelopak mata sang istri, dan mendekapnya kembali dengan sayang."Aku minta maaf ya, terima kasih karena kamu telah memikirkan keselamatan anak kita. Maaf karena aku sudah gagal dalam menjaga kalian."Riri membalas pelukan Kevin dengan erat, hatinya merasa teduh. Ia bersyukur karena sekarang laki laki ini telah mengerti akan posisi Riri yang memang mengharuskan melakukan itu semua."Tolong ingat satu hal Ras, kalau aku sampai kapanpun gak akan pernah bisa berpaling dari kamu. Kamu dan anak anak kita begitu berharga bagiku, aku akan berusaha menjaga kalian dengan baik meski nyawaku sebagai taruhannya aku rela."Riri merasa terharu setelah mendengar ucapan suaminya, ia tak menyangka jika sang suami akan berbicara seperti itu. Lagi ia merasa sangat bersyukur bisa bersama dengan Kevin, orang yang begitu mencintai dan menyayangi dirinya serta anak anaknya."Sudah, a
CeklekSuster mendorong kursi roda Riri ke dalam ruang rawatnya, Kevin tengah menatap sang istri dengan tatapan datarnya. Namun ia tetap membantu memindahkan istrinya itu ke ranjangnya kembali, suster pergi dari sana dengan membawa kursi roda yang telah kosong."Kamu habis dari mana?" tanya Kevin khawatir."Aku cuma habis cari angin karena tadi gak bisa tidur lagi, kebetulan ada suster yang bertugas ngecek infus aku makanya sekalian aku minta cari angin." jawab Riri yang tak mau melihat ke arah Kevin, sebab ia habis menangis tadi karena bertemu dengan anaknya."Cari angin? Malam malam begini? Terus kenapa kamu gak bangunin aku aja Ras?""Emangnya kenapa? Aku gak mau bangunin kamu sebab kamu terlihat begitu kelelahan, tidurmu nyenyak banget aku jadi gak tega.""Sayang, lihat aku! Kamu habis nangis?" tanya Kevin yang memaksa Riri untuk melihat ke arahnya."Aku cuma lagi keinget semuanya saja kok." kilah Riri."Maafin aku Ras." Kevin mengira jika Riri tengah teringat dengan anak mereka
"Jadi selama ini kalian berdua bersekongkol untuk membohongiku?" tanya Riri, ia menatap nanar ke arah Kevin dan Tasya yang tampak menyesali perbuatannya."Maafkan aku sayang, aku tak bermaksud ingin menyakitimu, aku hanya ingin melindungimu." ujar Kevin sedangkan Tasya hanya menunduk."Kenapa Vin, bahkan anak kita sudah tiada. Kembalikan anakku!!!" ucap Riri dengan mata memerah."Kau sudah membunuh anakku, Vin. Aku membencimu, benci sekaliaku tak ingin bersamamu lagi." Riri menumpahkan segala emosi yang ada dalam jiwanya, ia melihat raut penyesalan dalam wajah kedua orang didepannya itu. Dia menangis sesenggukan disana, ia merasa dibodohi oleh suaminya sendiri. Ia ingin suaminya juga merasakan bagaimana rasanya menjadi dirinya."Sayanggggg...." Kevin berusaha menggapai Riri yang masih saja terus menangis. Sementara Tasya dan dokter Lucas sudah terlebihbdahulu oergi dari ruangan itu mereka ingin memberikan waktu bagi keduanya menyelesaikan masalah mereka."Pergilah, aku ingin sendiri.
Riri termenung seorang diri dibrangkar tempat tidurnya, entah apa yang membuat pikirannya begitu kacau. Usai kejadian yang baru saja terjadi diruangannya, tentang Jihan yang berusaha untuk melenyapkannya dan juga kedatangan Tasya yang menolong dirinya. Ia berpikir untuk apa Tasya menolong dirinya? Bukankah jika Tasya memang ingin merebut Kevin darinya seharusnya dia membiarkan Jihan melakukan hal tersebut kepadanya, tapi mengapa ini kebalikannya?"Apa yang sebenarnya dia rencanakan?" gumam Riri.Ceklek"Sayang?" ucap Kevin."Sedang memikirkan apa?" tanya Kevin lagi."Tak ada, bagaimana keadaan kekasihmu?" tanya Riri membuat kening Kevin berkerut."Dia bukan keka......"CeklekBelum sempat Kevin meneruskan ucapannya, pintu ruangan tersebut kembali dibuka oleh seseorang. Satu pemandangan yang sangat tidak Riri duga, ia melihat seorang dokter lelaki yang masih muda tengah mendorong kursi roda dimana Tasya duduk diatasnya."Dia?" tanya Riri bingung."Dia siapa, kok bisa sama Tasya?" tanya
DughBrukAww"Tasya." teriak Riri yang melihat Tasya terjatuh karena tendangan dari Jihan. Dia ingin menolong Tasya namun ia tidak bisa dengan cepat langsung turun dari ranjang sebab ia masih belum pulih benar.Ya orang yang telah menolong Riri dari niat jahat Jihan adalah Tasya, orqng yang dianggap sebagai rivalnya oleh Riri. Sedangkan Jihan mencoba lari dari ruangan tersebut tapi kakinya berhasil dicekal oleh Tasya menggunakan tongkatnya hingga membuatnya ikut terjerembab.Bruk"Sial!" Jihan kembali menendang Tasya membuat perempuan itu kembali tersungkur. Kemudian ia bangkit dan keluar dari sana meskipun dengan terseok seok.BrukJihan yang berpapasan dengan Kevin tak sengaja menabrak bahu lelaki itu ketika Kevin hendak masuk ke dalam ruangan sang istri, namun karena penutup hoodie itu dan posisinya Jihan menunduk sehingga membuat Kevin sedikit tak mengenali Jihan."Gimana sih jalannya." gerutu Kevin."Astaga! Ras, Tasya....Kamu kenapa?" pekik Kevin.Ia menghampiri sang istri terl
Mereka berbincang bincang didalam kamar inap Riri. Meskipun lebih dominan Pak Yuda dan Kevin saja yang berbicara, sedangkan Riri lebih banyak diamnya.Pak Yuda menyadari jika ada yang tak beres dari sikap anaknya, yang tidak seperti biasanya. Sebab ia tahu, Riri itu orangnya seperti apa. Biasanya ia pasti akan banyak tersenyum dna menimpali ucapan seseorang. Tetapi kini dihadapannya, anak itu malah memilih diam sambil melihat ke arah jendela.Sebuah satu set makanan dan juga obat yang telah terjadwalkan dari rumah sakit datang menghampiri ruangan Riri diantarkan oleh perawat yang berjaga, sesaat Riri hanya melirik makanan tersebut tanpa ingin menyentuhnya."Ini untuk jatah makanan atas nama Pasien Riani Saraswati ya Pak, beserta obatnya." ucap perawat tersebut."Ya terima kasih.""Makan dulu Ras, habis itu minum obatnya. Aku suapi." ujar Kevin.Kevin mulai menyendokkan makanan itu dan disodorkannya ke depan mulut sang istri, namun Riri hanya bergeming saja dan tak mau membuka mulutnya
Keesokan harinya Kevin terbangun dari tidurnya, beberapa hari ini ia tidur dengan posisi tidak benar membuat badannya terasa sakit semua. Ia menoleh ke arah ranjang tempat istrinya dirawat, namun ia kaget karena tak melihat sang istri berada disana.Ia segera mencarinya ke kamar mandi, tetapi tidak ada lantas ia keluar dari kamar inap tersebut berjalan melewati lorong. Ketika melewati taman, ia melihat siluet Riri tengah duduk dikursi roda dengan Pak Yuda disampingnya. Ia melihat Riri tengah menangis dipelukan sang ayah, Kevin memutuskan untuk memberikan ruang kepada sang istri supaya lebih tenang terlebih dahulu.Kevin tahu, pasti saat ini istrinya masih terpukul atas kejadian yang telah menimpa dirinya.FlashbackAdzan subuh telah berkumandang, namun agaknya Kevin enggan bangun kali ini. Riri yang tak bisa tidur kembali memutuskan untuk belajar duduk sendiri pelan pelan, ia sudah bertekad untuk bisa cepat pulih. Ia tak ingin seperti ini terus, ia harus melindungi keluarganya. Setela
"Kenapa kau terlihat terburu buru sekali, Ras?" tanya Kevin.Riri yang hendak melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat suaminya berada, harus kembali berhenti lantaran tangannya dicekal oleh Kevin.Dia ingin segera berlalu dari sana sebenarnya namun karena ditahan oleh Kevin membuatnya tak bisa kemana mana, apalagi keringat dingin telah membasahi wajahnya sekarang karena perutnya kian terasa nyeri."Kau kenapa?" tanya Kevin yang menyadari ada yang tidak beres dengan diri istrinya. Namun Riri hanya bergeming saja, dan.....BrukkTubuh Riri ambruk tak sadarkan diri, membuat Kevin semakin khawatir dengan kondisi istrinya. Apalagi melihat wajah pucat sang istri, padahal baru kemarin Riri keluar dari rumah sakit namun sekarang justru terjadi hal seperti ini.Untung saja Kevin berada disamping Riri sehingga dengan sigap ia dapat menangkap tubuh sang istri yang ambruk. Tanpa pikir panjang langsung saja ia menggendong tubuh besar Riri yang melebar berkali lipat karena kehamilannya."Ras, Sa