"Apa sih, bang. Cuma foto aja kok di permasalahin?" jawab Anjani menentang. Postingan instagram terbarunya kembali jadi perdebatan. Tentu saja karena Key melihat foto dirinya bersama Langit yang di posting beberapa jam lalu.
"Hell... Cuma? Kamu foto berdua sama cowok yang bukan suami kamu sampe nempel, berdekatan, lengket kayak prangko dan di kasih caption emoji love, kamu bilang cuma?" ujar Key tak mau kalah argumen.
Key selalu jadi orang nomor yang menegur Anjani ketika adiknya itu membuat masalah. Key tidak keberatan jika Anjani posting foto di sosial media bersama cowok, tapi tidak jika foto mereka saling nempel tanpa jarak dan di beri caption yang membuat orang lain berspekulasi yang tidak - tidak. Tidak heran jika Key akan menc
Di saat mentari masih malu - malu mengeluarkan sinarnya di ufuk timur, kaki Langit sudah menginjak lantai lobby gedung apartement tempat tinggal Anjani. Sesuai janjinya pada Anjani kemarin malam, pagi ini Langit menjemput pacarnya tepat pada jam lima pagi dengan mata yang masih mengantuk. Kalau bukan karena Anjani, mungkin Langit masih bergulung di balik selimut hangatnya. Beberapa pesan sudah Langit kirim ke Anjani dan mengabari kalau dirinya sudah menunggu di lobby, tapi tak ada satu pun pesan nya yang Anjani balas. Langit juga sudah coba menelfon Anjani, tapi hasilnya tetap nihil, tak ada respon. Langit mendaratkan bokongnya di kursi besi, pandangannya masih fokus ke layar ponsel sementara kakinya menghentak - hentak lantai dengan gerakan yang santai. Langit yakin, pacarnya itu pasti masih menyelam di dalam dunia mimpi. Langit mengusak rambutnya, berpikir apa yang harus ia lakukan sekarang, ia tidak bisa hanya duduk
Dalam satu menit mata Sean sudah melirik sebanyak lebih dari sepuluh kali kearah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sean duduk gusar di atas sofa ruang tengah, lelaki itu masih berpakaian kantor lengkap, hanya saja dasinya sudah sedikit lebih longgar sekarang.Biasanya setelah tibanya Sean di apartement, lelaki itu langsung membersihkan diri dan istirahat, atau kadang melanjutkan pekerjaan nya yang belum tuntas yang ia bawa dari kantor. Tapi hari ini, setelah kakinya menginjak lantai marmer apartement nya, Sean langsung berjalan menuju kamar Anjani, mengecek apakah istrinya itu sudah pulang atau belum, meskipun rasanya mustahil jika Anjani pulang lebih cepat darinya.Sean mengigit kukunya risau, seharian ini dirinya di buat tidak tenang. Bahkan satu pun pekerjaan nya tak ada yang tersentuh di kantor, Sean hanya melamun dan memikirkan jalan keluar dari masalah ia dan Anjani. Sean harus mencari cara agar Anjani memaafkan dirinya dan m
Sean menginjak pedal gasnya kuat, Audi hitam yang ia kendalikan membelah lalu lintas Jakarta yang senggang dengan kecepatan di atas rata - rata. Mata elangnya menatap lurus ke jalanan di depannya, bibir tipisnya sesekali mengumpat ketika ada kendaraan yang menghalangi jalannya. Audi hitam Sean terparkir di slot kosong dekat lift, lelaki itu melepas sabuk pengaman nya kemudian beranjak keluar dari dalam mobil. Langkah lebar Sean berjalan di lorong gedung apartement Yuna. Jari Sean langsung memecat beberapa digit angka, membuka pintu utama tanpa sepengetahuan yang punya kediaman. Hubungan dengan Yuna sudah sejauh itu, jadi wajar saja jika Sean tau mengetahui password pintu apartement Yuna. "Sudah jangan nangis, kan ada aku." Kaki Sean yang semula terburu - buru melangkah perlahan melambat saat telinganya menangkap suara laki - laki dari arah ruang tengah. Sean menajamkan telinganya, kak
Anjani membuka pintu kamarnya dengan hati - hati, ia menyembulkan kepalanya lebih dulu keluar pintu, menatap ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada Sean berkeliaran di depan sana. Anjani menghela napas lega karena sepertinya Sean masih tidur di kamarnya. Dengan santai Anjani berjalan keluar kamar, tapi begitu dirinya akan melewati kamar Sean, langkah Anjani berubah jadi lambat dan mengendap - ngedap. Anjani tidak ingin Sean melihat kantung matanya yang membengkak, lelaki itu pasti akan semakin besar kepala jika tau Anjani menangisinya semalaman.Anjani memang bodoh karena sudah membuang - buang air mata berharganya karena Sean, tapi percayalah, rasanya sesakit itu melihat lelaki miliknya yang sah di mata hukum dan agama bercumbu dengan wanita lain di depan matanya.Setelah melewati kamar Sean dengan langkah penuh hati - hati, Anjani sampai di dapur dengan selamat, dua hari ini ia berhasil tidak bertemu Sean di pagi hari. Seperti biasa, An
"Serius kamu cantik banget!" ujar Anjani yang tidak bisa menahan tawanya saat melihar wajah Langit yang baru selesai Anjani hias dengan make - up miliknya.Langit tersenyum saja, ia tampak tidak perduli meskipun penampilan wajahnya saat ini akan menjadi aib seumur hidupnya jika di di abadikan."Oh, iya, satu lagi!" Ada yang terlupa, Anjani mengurek tas kecilnya, mengambil ikan rambut berwarna merah muda dari dalam sana."Sini aku kuncir rambut kamu." ujar Anjani, secara sukarela Langit memajukan kepalanya, membuat Anjani jadi lebih mudah mengikat rambut cowok itu.Dengan gerakan tangan yang telanten Anjani mengikat rambut Langit menjadi dua bagian, "Ini gaya kuncir favorit aku waktu TK." celetuk Anjani di tengah kesibukannya mengikat rambut Langit."Aku dapat spoiler masa depan." sahut Langit sambil tersenyum misterius.Dahi Anjani mengerut, "Maksu
"Pernikahan Kontrak?!" tanya Langit dengan pupil mata membulat sempurna setelah mendengar penjelasan dari perempuan bernama Yuna yang duduk di hadapannya. Setelah perkenalan singkat di lorong gedung apartement, Yuna membawa Langit ke kafe yang berada di sebrang apartement. Awalnya Langit menolak, tapi lelaki itu langsung mengikuti jejak Yuna ketika Yuna bilang ingin membicarakan hal penting yang bersangkutan dengan Anjani dan Sean.Langit menggelengkan kepalanya, mencoba berpikir jernih dan menganggap ucapan Yuna tadi adalah lelucon. Bagaimana Langit bisa percaya kalau Yuna mengatakan bahwa Sean dan Anjani merupakan sepasang suami - istri, tapi mereka mempunyai perjanjian yang singkatnya di sebut pernikahan kontrak, semacam pernikahan yang memiliki tenggat waktu yang di tentukan kapan berakhirnya."Ya, mereka di jodohkan, makanya mereka bikin perjanjian kontrak seperti itu." ujar Yuna lagi makin gencar membeberkan rahasia yang Se
"Ada keperluan apa kamu datang kesini?""Apa kabar, tante?" alih - alih menjawab pertanyaan to the point Lucia, Yuna malah balik bertanya."Saya baik, seperti yang kamu lihat." jawab Lucia sedikit tak ramah. Matanya memandang Yuna dengan tatapan tak suka. Ya, bagaimana Lucia ingin ramah jika Yuna bertamu ke rumahnya di waktu seharusnya ia istirahat. Jujur saja, Lucia terganggu dengan kedatangannya."Syukurlah kalau begitu." balas Yuna masih terus mengulas senyum manisnya."Jadi, ada keperluan apa kamu datang kerumah saya?" tanpa basa - basi Lucia bertanya lagi. Sepertinya ia ingin buru - buru menyelesai obrolannya dengan Yuna.Yuna tertawa tanpa suara melihat raut wajah Lucia yang penuh rasa penasaran. Cewek itu lantas merogoh tasnya, mengeluarkan beberapa lembar foto yang ia potret secara diam - diam kemudian meletakkannya di atas meja.Mata Lucia menyipit menatap lima le
Anjani membekap mulutnya, matanya menatap ke lembaran foto dirinya bersama Langit yang diambil dari beberapa tempat berbeda, salah satunya ketika ia dan Langit sedang berada di dalam mobil. Foto yang diambil ketika Langit ingin mencium bibirnya di mobil kemarin. Padahal, mereka tidak melakukan itu, namun angel foto yang membuat mereka terlihat seperti sedang berciuman.Roger mengepalkan tangannya, matanya menyalang menatap anaknya yang sudah pias di atas sofa di hadapannya."Apa ini, Anjani?!" bentak Roger membuat beberapa orang tersentak mendengarnya.Bibir Anjani bergetar kecil, kepalanya menunduk takut."Pah,--""Apa yang kurang dari Sean sampai kamu selingkuh seperti ini?!" bentak Roger lagi menyela penjelasan dari Sean, sementara Diandra mencoba memenangkan suaminya itu yang sudah naik pitam."Kamu seharusnya bersyukur memiliki suami seperti Sean!" lanjut Roger kali i
"Anjani, jangan tinggalin aku." Anjani menatap nanar Langit yang terkapar di jalanan. Lelaki itu tidak sepenuhnya sadar karena efek alkohol yang habis di minumnya. Anjani mengalihkan pandangannya, tak tega menatap suaminya yang berubah kacau seperti tak terurus. Penampilannya berantakan dan tubuhnya menjadi lebih kurus dari yang terakhi ia lihat satu bulan lalu. Tangan Anjani terkepal, amarahnya terhadap Ibu mertua semakin menjadi. Satu bulan lalu, Rita meminta Anjani untuk melepaskan Langit jika memang Anjani tidak sudi untuk di madu. Lalu setelah Anjani pergi dan Langit terpuruk seperti ini, Rita tidak mengambil tindakan apapun. Mungkin sudah, tapi tidak mempan. Buktinya sejak 3 hari belakangan ini Rita selalu mencoba menemui Anjani, wanita itu meminta Anjani untuk kembali pada Langit dan membujuk Langit ke jalan yang benar seperti dulu. Katanya, sejak Anjani pergi dari rumah, Langit berubah, pria itu jadi pemabok dan
"Aku capek mas sama mamah kamu." Langit mengusap pundak Anjani. Mendengar istrinya mengeluh, ia jadi tidak enak hati. Langit tahu kalau selama ini mamahnya membuat Anjani tertekan. Bahkan bukan hanya menekan Anjani saja, namun Langit juga. Sering kali Rita menyuruh Langit untuk bersikap tegas kepada istrinya. Tapi Langit abaikan, Langit tidak ingin dirinya di kontrol penuh oleh Rita meskipun wanita itu wanita yang melahirkannya, tapi jika urusan rumah tangga, Rita tidak punya hak untuk ikut campur. Rita terlalu kebelet ingin mempunyai cucu. Maklum, Langit ini anak satu-satunya, hanya Langit dan Anjani yang bisa memberikan Rita cucu. "Sabar, mamah memang begitu. Jangan di ambil hati. Apa yang mamah omongin ke kamu tadi?" ujar Langit menegarnya. Suasana hati Anjani selalu berubah suram setiap mereka pulang dari rumah Rita. Entah apa yang Rita bicarakan kepada Anjani, tapi Langit yakin kalau yang Rita bicarakan hari ini pasti sudah kelewatan hingga membu
Anjani mengusap perutnya dengan pandangan lurus menerawang. Bibirnya terlukis senyum tipis, namun bersamaan dengan itu air matanya menetes. Ia teringat ucapan dokter lima bulan lalu, dimana dokter tersebut mengabarkan bahwa ia sedang mengandung janin usia dua minggu. Rasa bahagianya saat itu masih Anjani ingat dengan jelas. Lima bulan, ya, seharusnya saat ini kandungan Anjani berusia lima bulan. Mata kosong Anjani meneteskan air mata lagi. "Bayiku.." lirihnya menyedihkan. Sudah satu minggu ia kehilangan bayi yang di kandungnya. Anjani mengalami keguguran dan sampai saat ini cewek itu masih merasa kehilangan, penyesalan dan kesedihan bercampur menjadi satu. Rasanya menyakitkan sekali. "Sudah, jangan di tangisi." Langit selalu berada di sampingnya, berusaha menegarkan dan menanamkan rasa iklas di hati istrinya itu. "Harusnya aku turutin kata mas, harusnya aku gak
Setelah gagal mempertahankan rumah tangganya bersama Anjani dan Yuna, Sean memilih lari dari kota Jakarta bersama anaknya, Keenan. Bali adalah tempat tujuan Sean, berharap pulau indah itu bisa menciptakan lembaran hidup barunya dan mengikis kenangannya bersama Anjani yang sudah menjadi milik pria lain. Tapi ternyata Sean salah, niatnya untuk melupakan Anjani tidak membuahkan hasil meski tahun demi tahun berlalu. Sean sudah mencoba berbagai cara untuk melupakan mantan istrinya itu. Berkencan dengan beberapa wanita hingga menjadi member eksklusif di sebuah bar mewah demi bercumbu dengan wanita berbeda disetiap malamnya. Tapi tetap tidak ada kemajuan, hidup Sean malah tambah berantakan dan tidak memiliki tujuan yang pasti. Sean menyerah, menuruti perintah sang mamah untuk kembali ke Jakarta setelah 4 tahun lamanya melarikan diri dari ibu kota. Sean kembali menemukan jati dirinya, namun yang membuatnya tak habis pikir, ia kembali jatuh cinta dengan gadis muda yang tinggal di seb
Beberapa tahun kemudian... Sinar matahari yang semakin terik menembus tirai jendela kamar Anjani, membuat Anjani secara spontan menutup wajahnya dengan telapak tangannya saat merasakan sengatan sinar mentari pada wajahnya. Perempuan itu mengulet kecil seraya membalikan tubuhnya, mata Anjani lantas terbuka ketika dadanya menabrak sesuatu. "Good morning, wife..." suara berat itu menyapa dengan mata yang masih tertutup rapat, tangan kekarnya menarik pinggang Anjani untuk semakin dekat lalu memeluknya. Anjani tersenyum melihat pemandangan bangun tidurnya yang luar biasa. Wajah sang suami yang masih terlelap tampak sayu, terlihat polos dan begitu menenangkan. Anjani menggerakan tangannya, mengusap pipi sang suami dengan hati-hati. "Good morning, mas Sky." Cup! Anjani mengecup pipi Langit dengan secepat kilat, membuat Langit langsung membuka matany
Jantung Anjani berdebar kencang saat kakinya satu persatu menuruni anak tangga. Cewek itu sudah cantik dengan gaun selutut yang membalut tubuhnya, membuat mata siapapun yang memandang akan takjub dan sulit berpaling darinya. Langkah Anjani berhenti, masih diambang anak tangga. Tampaknya dia tidak sanggup melanjutkan langkahnya saat suara yang saling bersahutan diruang tengah terdengar semakin jelas.Anjani memegang dadanya yang berdebar, ia menarik napas panjang kemudian menghembuskan nya, mencoba merilekskan diri sejenak sebelum pingsan didepan dua keluarga sang mantan suami dan mantan pacar yang melamarnya secara bersamaan.Tubuh Anjani hampir saja terjungkal saat Diandra datang dan menarik tangannya dan membawanya kedalam kamar. Anjani didudukan secara paksa di atas ranjang, sementara Diandra dan Roger bersedekap dada di hadapannya, kedua mata suami istri itu tampak kebingungan namun juga marah."Kamu kalau selingkuh main
"Jan, Jeka sudah punya pacar belum sih?"Anjani yang baru saja selesai mengaplikasikan skincare malam ke wajah langsung menoleh kearah Rena yang memandangnya serius -menunggu jawaban. Anjani mendengus samar, pasti tadi Rena melihat dirinya di jemput Jeka, bau - baunya Rena pengen minta Anjani kenalin ke Jeka.Pandangan Anjani menoleh lagi ke kaca didepannya, memasukan kapas - kapas bekas membersihkan make - up kedalam tong sampah kecil, kemudian Anjani bangkit dan merebahkan diri disamping Rena."Memangnya kenapa kalau belum?" tanya saja sambil fokus dengan ponsel digenggamannya."Yaelah pake nanya lagi, lo gak liat nih teman lo yang satu ini sudah lumutan menjomblo lima bulan lamanya.""Ah, lima bulan sih belum lama - lama amat kali. Lebay deh!"Rena memegang lengan kecil Anjani, lalu ia memasang wajah mengenaskan agar tampak menyedihkan dimata Anjani."Jan, ken
Sean mengeratkan jaketnya, angin yang berhembus malam ini membuat bulu kuduknya berdiri. Sean menyenderkan badannya pada pintu mobilnya yang terparkir didepan gedung asrama Anjani. Laki-laki itu hendak mengembalikan lipstick milik Anjani yang tertinggal didalam mobilnya kemarin. Sean sudah meminta izin kepada kepala asrama untuk menemui Anjani, tetapi kata beliau Anjani sedang tidak ada dikamarnya. Jadi Sean memutuskan untuk menunggu perempuan itu meski ia sudah berdiri selama satu jam lamanya.Sean melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah hampir tengah malam. Mungkin dia harus baluk kesini lagi besok, Sean mengkhawatirkan Keenan yang ia titipin dirumah mamahnya karena babysitter Keenan sudah resign kemarin dengan alasan karena akan segera menikah.Sean hampir saja melajukan mobilnya kalau saja dia tidak melihat motor besar yang baru saja datang sambil membonceng perempuan yang proporsi fisiknya mirip Anjani. Dan yang membu
"Kata Mamah, kamu sudah gak sama Langit ya?" Sean bertanya, memecahkan kesunyian didalam mobilnya.Anjani yang duduk di kursi belakang bersama Keenan yang sudah tertidur langsung menoleh kearah Sean, ia tersenyum canggung seraya menganggukkan kepalanya."Iya, Om." jawabnya. Anjani sedikit tidak percaya kalau ternyata Sean mengetahui urusan percintaannya.Tanpa sadar senyum tipis di bibir Sean terbentang, seakan jawaban Anjani barusan sesuai dengan harapannya.Sean merapatkan bibirnya menahan senyumnya yang semakin lama semakin ingin mengembang, ia merasa sesenang itu. Tangan Sean bergerak mengusap tengkuknya kikuk, banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan kepada Anjani, namun Sean takut membuat Anjani tidak nyaman.Sekarang sudah pukul 4 sore, mobil Sean sudah menuju rumah sakit tempat Anjani bekerja usai menghabiskan waktu seharian di kebun binatang. Banyak momen hari ini yang tidak akan Se