"Ada keperluan apa kamu datang kesini?"
"Apa kabar, tante?" alih - alih menjawab pertanyaan to the point Lucia, Yuna malah balik bertanya.
"Saya baik, seperti yang kamu lihat." jawab Lucia sedikit tak ramah. Matanya memandang Yuna dengan tatapan tak suka. Ya, bagaimana Lucia ingin ramah jika Yuna bertamu ke rumahnya di waktu seharusnya ia istirahat. Jujur saja, Lucia terganggu dengan kedatangannya.
"Syukurlah kalau begitu." balas Yuna masih terus mengulas senyum manisnya.
"Jadi, ada keperluan apa kamu datang kerumah saya?" tanpa basa - basi Lucia bertanya lagi. Sepertinya ia ingin buru - buru menyelesai obrolannya dengan Yuna.
Yuna tertawa tanpa suara melihat raut wajah Lucia yang penuh rasa penasaran. Cewek itu lantas merogoh tasnya, mengeluarkan beberapa lembar foto yang ia potret secara diam - diam kemudian meletakkannya di atas meja.
Mata Lucia menyipit menatap lima le
Anjani membekap mulutnya, matanya menatap ke lembaran foto dirinya bersama Langit yang diambil dari beberapa tempat berbeda, salah satunya ketika ia dan Langit sedang berada di dalam mobil. Foto yang diambil ketika Langit ingin mencium bibirnya di mobil kemarin. Padahal, mereka tidak melakukan itu, namun angel foto yang membuat mereka terlihat seperti sedang berciuman.Roger mengepalkan tangannya, matanya menyalang menatap anaknya yang sudah pias di atas sofa di hadapannya."Apa ini, Anjani?!" bentak Roger membuat beberapa orang tersentak mendengarnya.Bibir Anjani bergetar kecil, kepalanya menunduk takut."Pah,--""Apa yang kurang dari Sean sampai kamu selingkuh seperti ini?!" bentak Roger lagi menyela penjelasan dari Sean, sementara Diandra mencoba memenangkan suaminya itu yang sudah naik pitam."Kamu seharusnya bersyukur memiliki suami seperti Sean!" lanjut Roger kali i
Sean berjalan memasuki rumah Roger dengan kepala tertunduk lesuh, sudah hampir tiga jam ia mencari keberadaan Anjani di daerah rumah Roger, tapi tak membuahkan hasil. Yang ada Sean pusing bukan kepalang."Gimana Sean?" Lucia segera bertanya saat melihat kehadiran Sean. Meski seharusnya melihat ekspresi Sean saat ini sudah menjadi jawaban buat mereka.Sean menggeleng lemah, membuat orang tua dan mertuanya menghembuskan napas berat.Lucia menghampiri Sean, menuntun anaknya itu untuk duduk di sebelahnya. Memberi Sean minum dan mengusap - usap punggung Sean menenangkan. Sean menegak minumnya hingga tandas, lalu ia meletakan gelas kosong itu di atas meja."Saya tidak mau pisah dengan Anjani." lirih Sean menatap orang tua dan mertuanya dengan kilat mata sendunya.Lucia ikut menggeleng, ia kembali mengusap punggung Sean sambil menahan tangis, "Mamah melakukan ini bukan untuk merusak rumah tangga kalia
Bab ini lumayan lebih panjang dari biasanya, semoga gak ngebosenin dan tetap dapat feelnya yaaa.Oh iya, buat kalian yang penasaran sama visual cast nya bisa lihat foto visual mereka di akun instagram: @hello_imironmanudah gitu aja, happy reading ya! 😁***Langit berjalan dengan cepat menghampiri Key yang menatapnya tajam di depan pintu, dengan kasar Langit tarik kerah kemeja Key, menyeretnya ke depan monitor. Langit bahkan tidak perduli sekalipun Key abangnya Anjani yang harus ia hormati, -persetan dengan sopan santun, Langit teringat suara tamparan tadi, pasti tangan kurang ajar Key yang membuat pipi Anjani memerah.BRAK !Langit mendorong Key dengan kasar hingga Key terduduk di kursi depan monitor, membiarkan Key menonton apa yang tampil di layar sana. Sebuah adegan panas Sean dan Yuna yang terpaksa berhenti
"Kamu yang kasih foto - foto ini ke mamah?"Yuna mengangguk dengan senyum yang tak kunjung luntur sedikit pun. Membenarkan pertanyaan yang Sean ajukan.Hembusan napas berat Sean keluarkan, ia memijat pelipisnya tampak frustasi."Ada apa sih, sayang? Kamu jauh - jauh nyusul aku ke Surabaya cuma buat nanya foto ini?" ujar Yuna sembari bergelayut manja di lengan kekar Sean. Tentu saja Yuna kegirangan melihat kehadiran Sean di kamar hotel nya, padahal terakhir mereka bertemu Sean marah padanya karena melihat kehadiran Aldo di dalam apartement. Yuna mengeluarkan smirk nya, yeah, Sean tidak mungkin bisa marah padanya dalam jangka waktu yang lama.Sepulang dari rumah mertua, Sean langsung menginjak pedal gas mobilnya menuju ke Surabaya, menghampiri Yuna yang sedang syuting drama di kota tersebut. Tapi kedatangannya ke Surabaya bukan karena seperti apa yang Yuna pikiran, Sean mendatangi pacarnya itu karena Lucia bilan
Warning: Bab ini dapat menyebabkan emosi dan darah tinggi* * *"Saya cinta kamu, Anjani. Saya ingin membatalkan kontrak itu. Ayo berumah tangga dengan saya tanpa batas waktu yang di tentukan."Anjani terdiam sesaat, sebenarnya ia terkejut, tapi berusaha untuk terlihat biasa saja.Tatapan mata Sean masih fokus dan dalam, menunggu anggukan atau mungkin pelukan dari Anjani."Om lagi mimpi ya?"Kaki Sean langsung lemas mendengarnya. Ia menghembuskan napas kecewa mendengar jawaban dari Anjani yang tak sesuai ekspektasi nya.Anjani berdecih, menyingkirkan kedua telapak tangan Sean yang menelangkup wajahnya. Dalam hati Anjani menggerutu, enak s
Warning ya, yang masih di bawah umur harap mundur bun. Yang udah punya KTP, happy reading!* * *Sean menarik Anjani kedalam pelukannya, lelaki itu baru saja tersadar dengan apa yang ia lakukan. Tangan Sean mengusap punggung Anjani yang bergetar, rasa bersalah langsung menyeruak begitu saja mendengar suara isakan Anjani yang menyedihkan.Sean menghembuskan napas berat, ia memaki dirinya dalam hati karena hampir saja ia bertindak kebablasan. Ia hampir menjadi pemerkosa kalau saja dirinya tidak langsung sadar."Maaf, Jan, saya tidak akan melakukannya lagi, maaf saya khilaf." ujar Sean berusaha menenangkan Anjani, meskipun yang ada isakan Anjani terdengar semakin kencang.Sean menarik diri dari Anjani, menatap Anjani yang kini menunduk menyembuyikan wajahnya. "Hei, saya minta maaf, saya tidak akan seperti itu lagi." ujar Sean penuh penyesalan. Tangan Sean mengangkat dagu Anjani dengan lembut, lalu mengusap jejak air mata Anjani yang
Sudah hampir setengah jam Anjani mengurung diri di dalam kamar Key, berjalan ke sana ke sini dan menyentuh beberapa barang koleksi milik Key seperti sepatu dan buku - buku yang berjejer rapih di tempatnya. Kamar Key tidak pernah berubah, selalu bersih dan rapih, malah terkadang kamar Anjani yang notebene perempuan lebih berantakan dari kamar Key. Diandra bahkan selalu meminta Anjani untuk mencontoh Key, sebab kamar Key sangat bersih dan rapih.Kamar Key juga wangi, barang - barang di kamarnya tidak ada yang berdebu, lantainya kinclong dan licin, apalagi dinding kamarnya, tak ada noda atau coretan tinta sedikit pun. Anjani tidak kebayang bagaimana nasib yang menjadi kakak iparnya nanti karena mempunyai suami yang gila kebersihan seperti Key. Mungkin kakak iparnya nanti harus menyapu dan mengepel lantai 10 kali dalam sehari supaya tidak kena omelan Key.Tok tok tokAnjani yang sedang memandang tanaman kaktus milik Key tersentak
Kedua mata Sean tak lepas dari Anjani dan Langit yang saling melempar tawa kecil, dada Sean bergemuruh melihat pemandangan di depannya, Langit yang tengah menatap Anjani yang sedang makan dan Anjani yang sesekali menyuapi Langit dengan sendoknya, kalau saja Sean tidak tahan emosinya, mungkin semua perlengkapan makan yang berada di atas meja sudah terhempas semua ke lantai."Langit, kalau kamu laper ambil piring aja makan sendiri, jangan ganggu istri saya makan." celetuk Sean ketika Anjani hendak menyuapi Langit lagi.Langit merapatkan kembali mulutnya, membuat Anjani mendelik jengkel kearah Sean."Apa sih om, aku sendiri kok yang mau suapin Sky." ujar Anjani menahan kesal.Sean meletakan sendok dan garpunya, kemudian ia bangkit dan pindah duduknya di samping kiri Anjani, membuat Anjani berada diantara suami dan pacarnya itu."Kalau gitu suapin saya sekalian." ujar Sean dengan tidak tahu malunya
"Anjani, jangan tinggalin aku." Anjani menatap nanar Langit yang terkapar di jalanan. Lelaki itu tidak sepenuhnya sadar karena efek alkohol yang habis di minumnya. Anjani mengalihkan pandangannya, tak tega menatap suaminya yang berubah kacau seperti tak terurus. Penampilannya berantakan dan tubuhnya menjadi lebih kurus dari yang terakhi ia lihat satu bulan lalu. Tangan Anjani terkepal, amarahnya terhadap Ibu mertua semakin menjadi. Satu bulan lalu, Rita meminta Anjani untuk melepaskan Langit jika memang Anjani tidak sudi untuk di madu. Lalu setelah Anjani pergi dan Langit terpuruk seperti ini, Rita tidak mengambil tindakan apapun. Mungkin sudah, tapi tidak mempan. Buktinya sejak 3 hari belakangan ini Rita selalu mencoba menemui Anjani, wanita itu meminta Anjani untuk kembali pada Langit dan membujuk Langit ke jalan yang benar seperti dulu. Katanya, sejak Anjani pergi dari rumah, Langit berubah, pria itu jadi pemabok dan
"Aku capek mas sama mamah kamu." Langit mengusap pundak Anjani. Mendengar istrinya mengeluh, ia jadi tidak enak hati. Langit tahu kalau selama ini mamahnya membuat Anjani tertekan. Bahkan bukan hanya menekan Anjani saja, namun Langit juga. Sering kali Rita menyuruh Langit untuk bersikap tegas kepada istrinya. Tapi Langit abaikan, Langit tidak ingin dirinya di kontrol penuh oleh Rita meskipun wanita itu wanita yang melahirkannya, tapi jika urusan rumah tangga, Rita tidak punya hak untuk ikut campur. Rita terlalu kebelet ingin mempunyai cucu. Maklum, Langit ini anak satu-satunya, hanya Langit dan Anjani yang bisa memberikan Rita cucu. "Sabar, mamah memang begitu. Jangan di ambil hati. Apa yang mamah omongin ke kamu tadi?" ujar Langit menegarnya. Suasana hati Anjani selalu berubah suram setiap mereka pulang dari rumah Rita. Entah apa yang Rita bicarakan kepada Anjani, tapi Langit yakin kalau yang Rita bicarakan hari ini pasti sudah kelewatan hingga membu
Anjani mengusap perutnya dengan pandangan lurus menerawang. Bibirnya terlukis senyum tipis, namun bersamaan dengan itu air matanya menetes. Ia teringat ucapan dokter lima bulan lalu, dimana dokter tersebut mengabarkan bahwa ia sedang mengandung janin usia dua minggu. Rasa bahagianya saat itu masih Anjani ingat dengan jelas. Lima bulan, ya, seharusnya saat ini kandungan Anjani berusia lima bulan. Mata kosong Anjani meneteskan air mata lagi. "Bayiku.." lirihnya menyedihkan. Sudah satu minggu ia kehilangan bayi yang di kandungnya. Anjani mengalami keguguran dan sampai saat ini cewek itu masih merasa kehilangan, penyesalan dan kesedihan bercampur menjadi satu. Rasanya menyakitkan sekali. "Sudah, jangan di tangisi." Langit selalu berada di sampingnya, berusaha menegarkan dan menanamkan rasa iklas di hati istrinya itu. "Harusnya aku turutin kata mas, harusnya aku gak
Setelah gagal mempertahankan rumah tangganya bersama Anjani dan Yuna, Sean memilih lari dari kota Jakarta bersama anaknya, Keenan. Bali adalah tempat tujuan Sean, berharap pulau indah itu bisa menciptakan lembaran hidup barunya dan mengikis kenangannya bersama Anjani yang sudah menjadi milik pria lain. Tapi ternyata Sean salah, niatnya untuk melupakan Anjani tidak membuahkan hasil meski tahun demi tahun berlalu. Sean sudah mencoba berbagai cara untuk melupakan mantan istrinya itu. Berkencan dengan beberapa wanita hingga menjadi member eksklusif di sebuah bar mewah demi bercumbu dengan wanita berbeda disetiap malamnya. Tapi tetap tidak ada kemajuan, hidup Sean malah tambah berantakan dan tidak memiliki tujuan yang pasti. Sean menyerah, menuruti perintah sang mamah untuk kembali ke Jakarta setelah 4 tahun lamanya melarikan diri dari ibu kota. Sean kembali menemukan jati dirinya, namun yang membuatnya tak habis pikir, ia kembali jatuh cinta dengan gadis muda yang tinggal di seb
Beberapa tahun kemudian... Sinar matahari yang semakin terik menembus tirai jendela kamar Anjani, membuat Anjani secara spontan menutup wajahnya dengan telapak tangannya saat merasakan sengatan sinar mentari pada wajahnya. Perempuan itu mengulet kecil seraya membalikan tubuhnya, mata Anjani lantas terbuka ketika dadanya menabrak sesuatu. "Good morning, wife..." suara berat itu menyapa dengan mata yang masih tertutup rapat, tangan kekarnya menarik pinggang Anjani untuk semakin dekat lalu memeluknya. Anjani tersenyum melihat pemandangan bangun tidurnya yang luar biasa. Wajah sang suami yang masih terlelap tampak sayu, terlihat polos dan begitu menenangkan. Anjani menggerakan tangannya, mengusap pipi sang suami dengan hati-hati. "Good morning, mas Sky." Cup! Anjani mengecup pipi Langit dengan secepat kilat, membuat Langit langsung membuka matany
Jantung Anjani berdebar kencang saat kakinya satu persatu menuruni anak tangga. Cewek itu sudah cantik dengan gaun selutut yang membalut tubuhnya, membuat mata siapapun yang memandang akan takjub dan sulit berpaling darinya. Langkah Anjani berhenti, masih diambang anak tangga. Tampaknya dia tidak sanggup melanjutkan langkahnya saat suara yang saling bersahutan diruang tengah terdengar semakin jelas.Anjani memegang dadanya yang berdebar, ia menarik napas panjang kemudian menghembuskan nya, mencoba merilekskan diri sejenak sebelum pingsan didepan dua keluarga sang mantan suami dan mantan pacar yang melamarnya secara bersamaan.Tubuh Anjani hampir saja terjungkal saat Diandra datang dan menarik tangannya dan membawanya kedalam kamar. Anjani didudukan secara paksa di atas ranjang, sementara Diandra dan Roger bersedekap dada di hadapannya, kedua mata suami istri itu tampak kebingungan namun juga marah."Kamu kalau selingkuh main
"Jan, Jeka sudah punya pacar belum sih?"Anjani yang baru saja selesai mengaplikasikan skincare malam ke wajah langsung menoleh kearah Rena yang memandangnya serius -menunggu jawaban. Anjani mendengus samar, pasti tadi Rena melihat dirinya di jemput Jeka, bau - baunya Rena pengen minta Anjani kenalin ke Jeka.Pandangan Anjani menoleh lagi ke kaca didepannya, memasukan kapas - kapas bekas membersihkan make - up kedalam tong sampah kecil, kemudian Anjani bangkit dan merebahkan diri disamping Rena."Memangnya kenapa kalau belum?" tanya saja sambil fokus dengan ponsel digenggamannya."Yaelah pake nanya lagi, lo gak liat nih teman lo yang satu ini sudah lumutan menjomblo lima bulan lamanya.""Ah, lima bulan sih belum lama - lama amat kali. Lebay deh!"Rena memegang lengan kecil Anjani, lalu ia memasang wajah mengenaskan agar tampak menyedihkan dimata Anjani."Jan, ken
Sean mengeratkan jaketnya, angin yang berhembus malam ini membuat bulu kuduknya berdiri. Sean menyenderkan badannya pada pintu mobilnya yang terparkir didepan gedung asrama Anjani. Laki-laki itu hendak mengembalikan lipstick milik Anjani yang tertinggal didalam mobilnya kemarin. Sean sudah meminta izin kepada kepala asrama untuk menemui Anjani, tetapi kata beliau Anjani sedang tidak ada dikamarnya. Jadi Sean memutuskan untuk menunggu perempuan itu meski ia sudah berdiri selama satu jam lamanya.Sean melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah hampir tengah malam. Mungkin dia harus baluk kesini lagi besok, Sean mengkhawatirkan Keenan yang ia titipin dirumah mamahnya karena babysitter Keenan sudah resign kemarin dengan alasan karena akan segera menikah.Sean hampir saja melajukan mobilnya kalau saja dia tidak melihat motor besar yang baru saja datang sambil membonceng perempuan yang proporsi fisiknya mirip Anjani. Dan yang membu
"Kata Mamah, kamu sudah gak sama Langit ya?" Sean bertanya, memecahkan kesunyian didalam mobilnya.Anjani yang duduk di kursi belakang bersama Keenan yang sudah tertidur langsung menoleh kearah Sean, ia tersenyum canggung seraya menganggukkan kepalanya."Iya, Om." jawabnya. Anjani sedikit tidak percaya kalau ternyata Sean mengetahui urusan percintaannya.Tanpa sadar senyum tipis di bibir Sean terbentang, seakan jawaban Anjani barusan sesuai dengan harapannya.Sean merapatkan bibirnya menahan senyumnya yang semakin lama semakin ingin mengembang, ia merasa sesenang itu. Tangan Sean bergerak mengusap tengkuknya kikuk, banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan kepada Anjani, namun Sean takut membuat Anjani tidak nyaman.Sekarang sudah pukul 4 sore, mobil Sean sudah menuju rumah sakit tempat Anjani bekerja usai menghabiskan waktu seharian di kebun binatang. Banyak momen hari ini yang tidak akan Se