Sepertinya malam ini Anjani tidak dapat tertidur nyenyak sampai pagi. Bagaimana dapat tertidur kalau jantung Anjani terus maraton semenjak Sean merebahkan diri di sebelahnya. Anjani mengira, ia akan tidur nyenyak di sebelah Sean tapi ternyata dirinya malah tak nyaman dan gelisah. Seperti ada yang janggal, ranjangnya yang biasanya luas dan dingin itu terasa lebih hangat karena ada Sean.
Anjani mengulum bibirnya, perlahan dia mencuri lirikan kearah Sean yang sudah memejamkan matanya. Lirikan mata Anjani semakin lama semakin intens dan tak mau lepas dari wajah Sean. Pahatan wajah Sean membuat Anjani bertanya - tanya dalam hati, bagaimana bisa Tuhan menciptakan mahluknya yang setampan itu masuk kedalam kehidupannya. Mengambil peran penting yang tidak pernah Anjani bayangkan sebelumnya.
Terkadang Anjani bingung harus bersyukur atau mengeluh di beri suami semacam Sean. Anjani ingin bersyukur kepada Tuhan karena sudah memberikan suami yang b
Segala cara sudah Sean lakukan untuk mengusir Anjani dari pikirannya. Tapi tidak bisa, sekalipun Sean sudah melakukan video call selama satu jam lebih dengan Yuna, pikiran Sean tetap dipenuhi dengan Anjani. Dan Sean merasa jengkel karena ada sesuatu di pagi ini yang tidak ia dapatkan. Kecupan dari Anjani. Biasanya Sean mendapatkan kecupan dari Anjani, tapi karena pagi ini Anjani diantar sekolah dengan lelaki kampret bernama Langit, Sean jadi tidak mendapatkan kecupan hangat dari istri kecilnya itu. Sean tidak cemburu sama Langit, hanya saja Sean marah kepada Anjani yang tidak memegang omongannya. Anjani bilang ingin membuatnya jatuh cinta, tapi ternyata cewek itu malah sepertinya mencintai Langit. Tapi kalau dipikir - pikir, punya hak apa Sean marah jika Anjani memang jatuh cinta sama Langit? Bukankah mereka sudah berbuat perjanjian untuk tidak ikut campur dalam urusan masalah masing - masing, termasuk perasaan.
Walaupun masih remaja, ternyata Anjani tidak lupa dengan tugasnya sebagai seorang menantu dari keluarga Rangadi. Meski Anjani tidak begitu pandai memasak, tapi setidaknya Anjani bisa memotong wortel dengan bentuk dadu sembari mencari topik pembicaraan dengan mamah mertuanya. Tentu saja, di rumah mertuanya Anjani tidak bisa leha - leha, begitu kakinya memasuki kediaman mertuanya, dapur adalah tujuan kaki Anjani melangkah."Kamu pintar masak ya, Jan?" tanya Lucia -Mamahnya Sean- seraya memperhatikan Anjani yang sedang bergulat dengan pisau dan talenan."Sedikit - sedikit bisa mah, walaupun masakan aku gak seenak masakannya chef Renata." jawab Anjani jenaka. Lucia tertawa kecil mendengar itu.Dengan tatapan sendunya Lucia jatuh pada sosok menantunya yang tengah memotong wortel dengan senyum ceria. Tangan Lucia terangkat mengusap lembut surai Anjani yang terikat menjadi satu bagian. Anjani melempar senyum pada Lu
"Eugh.. Om.."Sean semakin menggila mendengar erangan Anjani di bawahnya. Usai memberi banyak jejak di leher Anjani, bibir mungil Sean kembali melahap bibir ranum Anjani dengan rakus. Tangan kanan Sean menekan tengkuk Anjani memperdalam lumatan nya, sementara tangan kiri Sean menyelinap masuk kedalam piyama yang Anjani pakai, memainkan gunung kembar milik Anjani yang begitu pas di genggamannya."Eugh" Anjani kembali mengerang, membuat kewarasan Sean semakin menipis. Sean melepaskan ciumannya, kini lidahnya aktif menciumi dada Anjani yang mencondong.Perlahan Sean lepas kancing piyama yang istrinya kenakan, sementara bibirnya masih betah menjamah buah dada Anjani, membiarkan Anjani merintih kenikmatan sepuasnya.Anjani mengigit bibir bawahnya menahan desahan yang mendesak ingin di keluarkan, kedua tangannya memeluk Sean yang tengah berasa di atasnya. Di remasnya rambut Sean tak kala lidah nakal Sean memainkan nipple nya, memberikan efek
"Nanti kamu pulang bareng saya. Saya jemput." Akhirnya Sean membuka suara setelah selama di perjalanan dia membungkam mulutnya.Aku tersenyum tipis, dia membuka seatbelt nya sembari menjawab pertanyaan Sean dengan singkat, "Siap, om!" Singkat namun penuh kegembiraan.Anjani mengulurkan tangannya, seperti biasa, dia ingin mencium tangan Sean. Perlahan Sean mengulurkan tangannya, membuat Anjani segera mencium tangan tangan Sean yang putih dan mulus. "Kalau gitu aku pamit ya om," kata Anjani bersiap untuk keluar dari dalam mobil. "Tunggu--" Tapi Sean segera mencegahnya, dia menahan lengan Anjani membuat Anjani menghentikan pergerakannya yang sudah bersiap membuka pintu mobil. "Kenapa, om?" tanya Anjani kebingungan. Sehun tergugup, dia melepaskan tangannya yang menahan lengan Anjani, dengan wajah memerah nya Sean berdehem, dia sedikit memajukan pipinya bermaksud m
"Lo di jemput Langit, jan?"Anjani menjawab pertanyaan Jane dengan gelengan di kepalanya. Mereka bertiga, Lisa, Jane dan Anjani sedang berjalan beriringan di lorong kelas menuju lobby sekolah.Lorong sekolah masih ramai karena bel pulang baru berbunyi beberapa menit lalu. Anjani menarik lengan Jane dan Lisa ke tepi lorong ketika ada rombongan laki - laki yang datang dengan setengah berlari. Kalau saja Anjani tidak menarik Lisa dan Jane dengan cepat, mungkin mereka sudah tertabrak."Jani! Lo kenapa narik gue sih!" sentak Lisa, bukannya mengucapkan terima kasih karena sudah Anjani selamatkan dari celaka, Lisa malah berteriak kesal pada Anjani."Tadi kamu hampir ke tabrak, Lisa." jawab Anjani dengan tenangnya.Lisa menghentakkan kakinya jengkel, "Gue memang sengaja jalan di tengah biar di tabrak Bambam!" ujar Lisa menyebutkan nama gebetannya yang kesekian. Lisa ini jomblo, tapi kecengan nya terseb
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Sean sudah bersiap untuk mengakhiri pekerjaan nya hari ini. Dengan langkah lebarnya Sean berjalan menuju keluar dari gedung kantornya, sesekali ia tersenyum kecil ketika ada karyawan yang menyapa.Hari ini Sean lumayan bersemangat untuk menjemput istri kecilnya ke sekolah, awalnya Sean memang terpaksa menjemput Anjani karena sang Ayah, tapi sekarang Sean sudah terbiasa malah dengan senang hati Sean menjemput Anjani. Tiba di dalam mobil Sean langsung memakai seatbelt nya. DrttttPonsel Sean bergetar, sebuah panggilan masuk menginstruksikan pergerakan. Dengan cekatan tangan Sean meraih ponselnya ketika matanya melihat nama pacar kesayangan tertera di sana. "Hallo sayang," Sean mengangkat panggilan dengan manisnya. "Kamu dimana, sayang?" Suara merdu milik Yuna bertanya. "Aku baru mau pulang dari kantor, ada apa?" "Hm, aku udah di bandara, kamu bisa jemput aku?" Mata Sean mele
Anjani masuk kedalam apartemen nya di ikuti Langit yang membututinya di belakang. Pakaian keduanya basah kuyup karena Langit menuruti keinginan Anjani untuk menerobos hujan, alhasil, pakaian mereka kebasahan. Kedua bola mata Anjani menatap keseluruhan penjuru ruang apartement nya, sepi, sepertinya Sean belum pulang. Ah iya, Anjani lupa, kalau sama Yuna kan Suaminya itu suka lupa waktu. "Kamu duduk dulu, Lang, aku ambilkan baju om ku ya sebentar." titah Anjani sembari beranjak masuk kedalam kamar Sean. Tatapan Langit membuntuti kepergian Anjani hingga tubuh mungil cewek itu hilang karena tertelan pintu, Langit beranjak menuju sofa di ruang tengah. Baru saja Langit ingin mendaratkan pantatnya di sofa empuk itu, tapi ia langsung teringat kalau pakaian dan celana nya basah, kalau ia duduk maka sofa nya akan ikut basah juga, jadi Langit memilih menunggu Anjani kembali sambil berdiri saja. Sementara di ka
CEKLEKSean membuka pintu kamar Anjani, tungkainya langsung berlari cepat menuju ranjang sang istri. Sontak kedua mata Sean langsung melebar ketika melihat Langit tengah tertidur dengan nyenyak di sana. Dengan sekali hentakan Sean tarik selimut itu hingga Langit terjungkal di lantai. Langit yang kesadarannya belum terkumpul sepenuhnya itu meringis, mengusap - usap bokongnya yang di landa rasa perih karena baru saja berciuman dengan lantai. "Ngapain kamu di sini?" Suara tegas Sean terdengar, emosi Sean sudah mengepul di ubun - ubun saat mengetahui kalau Langit hanya mengenakan bokser saja. Dengan tatapan mata Sean yang menyalang menghunus tajam pada Langit yang sedang meringis kesakitan di lantai, menandakan bahwa Sean sedang murka. Mendengar suara bariton milik Sean, kedua mata Langit praktis terbuka lebar. Dia langsung menyilangkan kedua tangannya di depan dada, kemudian bangkit berdir
"Anjani, jangan tinggalin aku." Anjani menatap nanar Langit yang terkapar di jalanan. Lelaki itu tidak sepenuhnya sadar karena efek alkohol yang habis di minumnya. Anjani mengalihkan pandangannya, tak tega menatap suaminya yang berubah kacau seperti tak terurus. Penampilannya berantakan dan tubuhnya menjadi lebih kurus dari yang terakhi ia lihat satu bulan lalu. Tangan Anjani terkepal, amarahnya terhadap Ibu mertua semakin menjadi. Satu bulan lalu, Rita meminta Anjani untuk melepaskan Langit jika memang Anjani tidak sudi untuk di madu. Lalu setelah Anjani pergi dan Langit terpuruk seperti ini, Rita tidak mengambil tindakan apapun. Mungkin sudah, tapi tidak mempan. Buktinya sejak 3 hari belakangan ini Rita selalu mencoba menemui Anjani, wanita itu meminta Anjani untuk kembali pada Langit dan membujuk Langit ke jalan yang benar seperti dulu. Katanya, sejak Anjani pergi dari rumah, Langit berubah, pria itu jadi pemabok dan
"Aku capek mas sama mamah kamu." Langit mengusap pundak Anjani. Mendengar istrinya mengeluh, ia jadi tidak enak hati. Langit tahu kalau selama ini mamahnya membuat Anjani tertekan. Bahkan bukan hanya menekan Anjani saja, namun Langit juga. Sering kali Rita menyuruh Langit untuk bersikap tegas kepada istrinya. Tapi Langit abaikan, Langit tidak ingin dirinya di kontrol penuh oleh Rita meskipun wanita itu wanita yang melahirkannya, tapi jika urusan rumah tangga, Rita tidak punya hak untuk ikut campur. Rita terlalu kebelet ingin mempunyai cucu. Maklum, Langit ini anak satu-satunya, hanya Langit dan Anjani yang bisa memberikan Rita cucu. "Sabar, mamah memang begitu. Jangan di ambil hati. Apa yang mamah omongin ke kamu tadi?" ujar Langit menegarnya. Suasana hati Anjani selalu berubah suram setiap mereka pulang dari rumah Rita. Entah apa yang Rita bicarakan kepada Anjani, tapi Langit yakin kalau yang Rita bicarakan hari ini pasti sudah kelewatan hingga membu
Anjani mengusap perutnya dengan pandangan lurus menerawang. Bibirnya terlukis senyum tipis, namun bersamaan dengan itu air matanya menetes. Ia teringat ucapan dokter lima bulan lalu, dimana dokter tersebut mengabarkan bahwa ia sedang mengandung janin usia dua minggu. Rasa bahagianya saat itu masih Anjani ingat dengan jelas. Lima bulan, ya, seharusnya saat ini kandungan Anjani berusia lima bulan. Mata kosong Anjani meneteskan air mata lagi. "Bayiku.." lirihnya menyedihkan. Sudah satu minggu ia kehilangan bayi yang di kandungnya. Anjani mengalami keguguran dan sampai saat ini cewek itu masih merasa kehilangan, penyesalan dan kesedihan bercampur menjadi satu. Rasanya menyakitkan sekali. "Sudah, jangan di tangisi." Langit selalu berada di sampingnya, berusaha menegarkan dan menanamkan rasa iklas di hati istrinya itu. "Harusnya aku turutin kata mas, harusnya aku gak
Setelah gagal mempertahankan rumah tangganya bersama Anjani dan Yuna, Sean memilih lari dari kota Jakarta bersama anaknya, Keenan. Bali adalah tempat tujuan Sean, berharap pulau indah itu bisa menciptakan lembaran hidup barunya dan mengikis kenangannya bersama Anjani yang sudah menjadi milik pria lain. Tapi ternyata Sean salah, niatnya untuk melupakan Anjani tidak membuahkan hasil meski tahun demi tahun berlalu. Sean sudah mencoba berbagai cara untuk melupakan mantan istrinya itu. Berkencan dengan beberapa wanita hingga menjadi member eksklusif di sebuah bar mewah demi bercumbu dengan wanita berbeda disetiap malamnya. Tapi tetap tidak ada kemajuan, hidup Sean malah tambah berantakan dan tidak memiliki tujuan yang pasti. Sean menyerah, menuruti perintah sang mamah untuk kembali ke Jakarta setelah 4 tahun lamanya melarikan diri dari ibu kota. Sean kembali menemukan jati dirinya, namun yang membuatnya tak habis pikir, ia kembali jatuh cinta dengan gadis muda yang tinggal di seb
Beberapa tahun kemudian... Sinar matahari yang semakin terik menembus tirai jendela kamar Anjani, membuat Anjani secara spontan menutup wajahnya dengan telapak tangannya saat merasakan sengatan sinar mentari pada wajahnya. Perempuan itu mengulet kecil seraya membalikan tubuhnya, mata Anjani lantas terbuka ketika dadanya menabrak sesuatu. "Good morning, wife..." suara berat itu menyapa dengan mata yang masih tertutup rapat, tangan kekarnya menarik pinggang Anjani untuk semakin dekat lalu memeluknya. Anjani tersenyum melihat pemandangan bangun tidurnya yang luar biasa. Wajah sang suami yang masih terlelap tampak sayu, terlihat polos dan begitu menenangkan. Anjani menggerakan tangannya, mengusap pipi sang suami dengan hati-hati. "Good morning, mas Sky." Cup! Anjani mengecup pipi Langit dengan secepat kilat, membuat Langit langsung membuka matany
Jantung Anjani berdebar kencang saat kakinya satu persatu menuruni anak tangga. Cewek itu sudah cantik dengan gaun selutut yang membalut tubuhnya, membuat mata siapapun yang memandang akan takjub dan sulit berpaling darinya. Langkah Anjani berhenti, masih diambang anak tangga. Tampaknya dia tidak sanggup melanjutkan langkahnya saat suara yang saling bersahutan diruang tengah terdengar semakin jelas.Anjani memegang dadanya yang berdebar, ia menarik napas panjang kemudian menghembuskan nya, mencoba merilekskan diri sejenak sebelum pingsan didepan dua keluarga sang mantan suami dan mantan pacar yang melamarnya secara bersamaan.Tubuh Anjani hampir saja terjungkal saat Diandra datang dan menarik tangannya dan membawanya kedalam kamar. Anjani didudukan secara paksa di atas ranjang, sementara Diandra dan Roger bersedekap dada di hadapannya, kedua mata suami istri itu tampak kebingungan namun juga marah."Kamu kalau selingkuh main
"Jan, Jeka sudah punya pacar belum sih?"Anjani yang baru saja selesai mengaplikasikan skincare malam ke wajah langsung menoleh kearah Rena yang memandangnya serius -menunggu jawaban. Anjani mendengus samar, pasti tadi Rena melihat dirinya di jemput Jeka, bau - baunya Rena pengen minta Anjani kenalin ke Jeka.Pandangan Anjani menoleh lagi ke kaca didepannya, memasukan kapas - kapas bekas membersihkan make - up kedalam tong sampah kecil, kemudian Anjani bangkit dan merebahkan diri disamping Rena."Memangnya kenapa kalau belum?" tanya saja sambil fokus dengan ponsel digenggamannya."Yaelah pake nanya lagi, lo gak liat nih teman lo yang satu ini sudah lumutan menjomblo lima bulan lamanya.""Ah, lima bulan sih belum lama - lama amat kali. Lebay deh!"Rena memegang lengan kecil Anjani, lalu ia memasang wajah mengenaskan agar tampak menyedihkan dimata Anjani."Jan, ken
Sean mengeratkan jaketnya, angin yang berhembus malam ini membuat bulu kuduknya berdiri. Sean menyenderkan badannya pada pintu mobilnya yang terparkir didepan gedung asrama Anjani. Laki-laki itu hendak mengembalikan lipstick milik Anjani yang tertinggal didalam mobilnya kemarin. Sean sudah meminta izin kepada kepala asrama untuk menemui Anjani, tetapi kata beliau Anjani sedang tidak ada dikamarnya. Jadi Sean memutuskan untuk menunggu perempuan itu meski ia sudah berdiri selama satu jam lamanya.Sean melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah hampir tengah malam. Mungkin dia harus baluk kesini lagi besok, Sean mengkhawatirkan Keenan yang ia titipin dirumah mamahnya karena babysitter Keenan sudah resign kemarin dengan alasan karena akan segera menikah.Sean hampir saja melajukan mobilnya kalau saja dia tidak melihat motor besar yang baru saja datang sambil membonceng perempuan yang proporsi fisiknya mirip Anjani. Dan yang membu
"Kata Mamah, kamu sudah gak sama Langit ya?" Sean bertanya, memecahkan kesunyian didalam mobilnya.Anjani yang duduk di kursi belakang bersama Keenan yang sudah tertidur langsung menoleh kearah Sean, ia tersenyum canggung seraya menganggukkan kepalanya."Iya, Om." jawabnya. Anjani sedikit tidak percaya kalau ternyata Sean mengetahui urusan percintaannya.Tanpa sadar senyum tipis di bibir Sean terbentang, seakan jawaban Anjani barusan sesuai dengan harapannya.Sean merapatkan bibirnya menahan senyumnya yang semakin lama semakin ingin mengembang, ia merasa sesenang itu. Tangan Sean bergerak mengusap tengkuknya kikuk, banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan kepada Anjani, namun Sean takut membuat Anjani tidak nyaman.Sekarang sudah pukul 4 sore, mobil Sean sudah menuju rumah sakit tempat Anjani bekerja usai menghabiskan waktu seharian di kebun binatang. Banyak momen hari ini yang tidak akan Se