Hari pernikahan Sean dan Anjani tiba.
Tidak seperti pernikahan pada umumnya yang terlaksana karena cinta dari sang calon pengantin, pernikahan Sean dan Anjani terlaksana justru karena kehendak dari kedua orang tua mereka.Ya, pada akhirnya Sean dan Anjani harus menerima perjodohan yang orang tuanya rencana kan sejak dulu.Dua kepala yang tidak saling mengenal apalagi mencintai itu harus terikat janji pernikahan. Sean dan Anjani, mereka bahkan belum pernah bertemu sebelumnya, dan di pertemuan pertama mereka, mereka resmi menjadi sepasang suami dan istri.Ijab kobul sudah Sean ucapkan dengan lantang, kini para tamu undangan sedang menunggu pengantin wanita keluar dari kamarnya.Dengan balutan gaun pernikahan berwarna putih, Anjani tampak begitu cantik dan anggun, beberapa tamu undangan bahkan memuji wanita cantik itu secara terang - terangan. Tak luput juga dari perhatian Sean tentunya, mata Sean tidak lepas memandang Anjani yang sedang berjalan kearah dirinya sambil membawa seikat bunga di tangan.Dengan di dampingin Diandra dan Lucia, Anjani berjalan menuju Sean dengan langkah pelan. Jantung Anjani berdetak cepat ketika melihat pria dengan tuxedo putih berdiri di depan sana, pria itu adalah suaminya.Sean menerbitkan senyum tipis yang di paksakan ketika Anjani sudah berdiri tepat di hadapannya, pria yang sudah menjadi seorang suami itu mengulurkan telapak tangannya meminta Anjani untuk menggandeng tangannya.Anjani tersenyum malu - malu, dengan ragu tangannya menyambut telapak tangan Sean, mereka berjalan menuju kursi pelaminan. Seketika para tamu undangannya tersorak gembira, namun ada juga beberapa anak muda yang menangis haru karena iri dengan pengantin baru itu."Jangan menangis, harusnya kamu bahagia melihat momen yang kamu tunggu - tunggu ini." ujar Lucia ketika melihat Adi mengusap air matanya. Suaminya itu terharu melihat pemandangan dimana sang anak melepas masa lajangnya."Ini air mata bahagia. Anakku benar - benar tampan di hari pernikahannya." jawab Adi tak kuasa menahan air mata bahagianya yang terus menetes.Omong - omong, Adi masih menutupi masalah penyakit yang di deritanya dari Sean dan Anjani. Adi meminta istri dan besannya untuk tutup mulut perihal penyakit nya. Adi tidak ingin Sean mengkhawatirkan dirinya.Namun, bila kondisi Adi semakin memburuk ia berjanji akan memberitahu Sean dan meminta maaf. Bagaimana pun keputusan yang Adi buat bukanlah untuk menyiksa anaknya, tapi Adi ingin yang terbaik untuk anaknya. Dan menurut Adi, Anjani adalah sosok terbaik yang pantas untuk Sean.* * *Setelah melewati hari yang panjang menjadi seorang pengantin. Akhirnya Sean dan Anjani bisa bernafas lega ketika mereka menginjakan kaki di apartemen mewah milik Sean.Hal pertama yang Sean lakukan ketika sampai di dalam apartemen adalah membuka ponselnya dan mengirim pesan ke Yuna, sang pacar yang saat ini sedang syuting film di luar kota.Sean tampak begitu santai dan tenang, berbeda dengan Anjani yang sedari tadi tegang dan bingung harus melakukan apa. Tapi karena di rasa tubuhnya sudah panas dan lengket karena keringat, jadi Anjani memutuskan untuk mandi.Anjani berendam air hangat di bathtub, ia memainkan busa dengan raut wajah yang ceria, tampak tidak ada raut wajah kelelahan sama sekali. Anjani yang awalnya merasa pernikahan ini adalah nasib sialnya langsung berubah ketika mengetahui bahwa wajah suaminya setampan aktor Korea.Senyum Sean yang manis dan pahatan wajah yang hampir mendekati kata sempurna, nasib sial Anjani berubah menjadi keberuntungan. Seperti Anjani sudah jatuh cinta pandangan pertama dengan suaminya.Anjani berharap Sean juga mencintai dirinya dan pernikahan mereka awet hingga maut memisahkan.Meskipun pernikahannya terlaksana tanpa rasa cinta sebelumnya, namun Anjani berharap setelah ini rumah tangga mereka di penuhi dengan kasih sayang. Anjani ingin memiliki rumah tangga yang harmonis dan suami yang romantis.Tok tok tokSuara pintu toilet di ketuk, Anjani terdiam sejenak dengan mata yang perlahan melebar.Apa ini saat? Apa Sean akan memulai malam pertama mereka dengan mandi bareng?Ayolah! Kepala Anjani sudah di penuhi dengan hal - hal kotor.Anjani tidak sepolos itu, dia adalah gadis berumur 18 tahun yang diam - diam suka membaca buku novel bergenre dewasa. Jadi, tentu saja ia tahu apa yang seharusnya pengantin baru lakukan di malam pertama mereka."Bisakah mandi mu di percepat, ada yang ingin saya bicarakan denganmu."Anjani menghela nafas lega kala mendengar apa yang Sean katakan. Ternyata suaminya itu tidak meminta Anjani untuk membuka pintunya dan mempersilahkan Sean masuk seperti yang Anjani pikirkan.Mendengar permintaan Sean barusan, lantas Anjani langsung membilas tubuhnya dengan cepat lalu memakai piyama nya dan berjalan keluar dari toilet untuk menemui Sean.Jantung Anjani berdebar cepat ketika melihat Sean yang sedang duduk membelakangi nya. Percayalah, pikiran Anjani bahkan menjadi kotor hanya dengan menatap punggung tegap milik Sean.Anjani berdeham, ia mengontrol dirinya sebelum berjalan menuju Sean."Duduklah," titah Sean begitu melihat Anjani datang. Pria itu lantas menaruh ponselnya di atas meja, dengan kasar Sean melempar selembar kertas pada Anjani."Ini apa?" tanya Anjani menatap bingung kertas yang Sean berikan padanya secara kasar."Surat perjanjian. Kamu gak berpikir kalo kita nikah sungguhan kan?"Kening Anjani mengernyit tak paham, "Maksudnya?""Saya sudah punya pacar. Dan saya tidak mencintai kamu. Pernikahan ini hanya sementara. Jadi silahkan tanda tangani surat perjanjian ini."Ternyata rumah tangga mereka tak seindah yang Anjani harapkan. Pernikahan kontrak Sean cetuskan karena alasan Anjani bukanlah wanita yang ia cintai."Tapi..." Anjani ingin bersuara, bertanya apa yang kurang darinya hingga Sean memilih untuk membuat perjanjian seperti itu."Saya sudah punya pacar. Saya tidak mencintai kamu." Namun Sean langsung berkata dengan sarkas nya.Hati Anjani hancur mendengar itu. Sekuat mungkin Anjani menahan air matanya untuk tidak menetes meski rasanya Anjani ingin menjerit dan berteriak."Kenapa Om terima perjodohan ini kalau om udah punya pacar?" Anjani bertanya."Saya tidak bisa menentang permintaan Ayah saya. Dan saya pikir, kamu juga berada di posisi yang sama dengan saya, kita sama - sama di paksa menjadi sepasang suami-istri untuk melunasi perjanjian konyol yang orang tua kita buat." jelas Sean membuat Anjani meneguk ludah.Anjani tidak menjawab perkataan Sean, dengan tenang Anjani membaca isi surat yang tadi Sean berikan padanya.Mata Anjani melebar, ia menutup mulutnya kaget begitu membaca isi surat perjanjian nya.Disana tertulis bahwa mereka akan bercerai setelah pernikahan sudah berjalan selama satu tahun."Ini sama saja membohongi orang tua kita om" kata Anjani dengan nada serius.Sean terkekeh meremehkan, "Lalu, apa kamu mau menjadi istri dari laki - laki yang mencintai wanita lain?"Tentu saja Anjani menggeleng. Perempuan bodoh mana yang ingin berasa di posisi seperti itu. Rasanya harga diri Anjani sedang di injak - injak dengan Sean.Tatapan Anjani yang tadi menatap Sean dengan lembut, kini menjadi menyalang. Baru saja tadi Anjani mengaku bahwa ia jatuh cinta pandangan pertama dengan suaminya, tapi seperti nya perasaan cinta Anjani berubah jadi benci."Kamu bisa menikah dengan lelaki yang mencintamu setelah bercerai dari saya. Ayolah Anjani, kamu masih muda, tidak seharusnya masa muda mu di habiskan dengan menjadi seorang istri." rayu Sean."Lalu, aku akan menjadi seorang janda di usia muda, begitu?""Lebih baik begitu daripada menjadi seorang istri yang tidak dicintai suaminya. Omong - omong, tahun depan saya akan menikahi pacar saya."Anjani menggeram, dia mengepal tangannya kesal. Dengan wajah menahan amarah Anjani mengambil pulpen dan langsung menandatangani surat penjanjian pernikahan kontrak itu. Melihat itu, senyum Sean terbentang."Om puas sekarang?" ujar Anjani sambil melempar kertas tersebut ke wajah Sean.Sean tersenyum simpul."Aku ada permintaan." kata Anjani."Katakanlah" jawab Sean."Aku minta Om jangan ikut campur dengan urusanku. Om tidak boleh meminta jatah biologis om ke aku. Dan aku tidak akan memperlakukan paman layaknya suami aku." ujar Anjani mengatakan permintaannya.Sean mengangguk setuju dengan mudah nya, "Baiklah, saya bakalan menganggap kamu sebagai adik."Anjani berdecih, "Gak perlu, aku udah punya abang kandung di rumah. Lagian Om lebih pantes jadi Om - Om daripada abang!" ketus Anjani lalu pergi dari hadapan Sean.Satu minggu menyandang status sebagai seorang suami, sebuah insiden tak terduga terjadi. Tepatnya pagi ini, ketika Sean bersiap untuk berangkat ke kantornya."Jadi aku pergi ke sekolah tanpa pakai pembalut gitu, om?! Nanti kalo darahnya pada tembus gimana?! Ngadi - ngadi aja sih Om!"Anjani datang bulan, dan Sean tidak tau harus melakukan apa."Sumpel dulu pakai tisu!”"Om kira vagina aku mimisan!"Sean menggeram, "Terus saya harus apa?" tanya Sean mencoba tenang, tapi percayalah, dadanya bergemuruh hebat karena emosi yang ia tahan.Anjani bersedekap dada, menatap jengkel kearah Sean yang tidak peka, "Beliin aku pembalut, yang ada sayapnya.""Hah?!" Mata Sean terbuka lebar, rahangnya jatuh saat itu juga setelah mendengar permintaan Anjani.Sean bertelak pinggang, memijat keningnya yang mendadak dilanda pening. Bayangkan saja, Sean sudah rapih dengan setelan kemeja dan jas kerjanya, masa i
"Om kok bisa sih pacaran sama Yuna?" tanya Anjani di tengah perjalanan menuju sekolahnya..Sean yang tengah menyetir menoleh sekilas ke Anjani, "Pelet saya manjur." jawab Sean asal.Anjani berdecak, sama sekali tidak minat untuk tertawa. Habisnya Sean tidak mendalami lawakannya, masa iya ngelucu tapi mukanya judes banget kayak macan betina PMS."Om, kalau aku gak mau cerai, hubungan Om sama mbak Yuna gimana?" tanya Anjani dengan wajah cueknya, padahal wajah cueknya itu hanya topeng untuk menutupi jantungnya yang berdetak tak sabaran.Anjani bertanya seperti itu karena ia sedikit berubah pikiran. Baru satu minggu berstatus istri Sean, tapi agaknya Anjani sudah terpanah dengan ketampanan suaminya yang memiliki pacar ini."Ya sudah kamu saya madu karena saya akan tetap menikahi Yuna. Tenang saja, saya mampu kok menafkahi dua istri." jawab Sean dengan tenangnya.BUGH!!!Spontan Anjani melayangkan tinjuny
Wajah Anjani merengut sebal saat melihat Yuna sedang duduk manis diruang tengah apartemennya. Anjani yang tadinya ceria karena diantar pulang sama Sean berubah jengkel."Kok kamu masih disini?" tanya Anjani dengan angkuh nya.Yuna tersenyum ramah, tangannya mengusap rambut Anjani sayang, "Aku nginap disini malam ini." jawab Yuna.Anjani terbelalak, ia berbalik badan menoleh kearah Sean yang sedang mengganti sepatunya dengan sendal rumah."Gak boleh!" sentak Anjani, "kamu gak boleh nginep disini!" ujar Anjani sembari bertelak pinggang.Yuna yang masih mengusap rambut Anjani spontan berhenti, matanya menyendu merasa sedih tidak mendapatkan izin dari istri pacarnya."Kenapa?" tanya Yuna pelan.Anjani mengangkat wajahnya sombong, "Gak boleh lah, itu namanya zinah! Zinah itu dosa, kamu mau masuk neraka?" kata Anjani menceramahi.&
Baru beberapa menit kakinya mendarat ditempat kelap-kelip, Anjani sudah merengek minta pulang. Ia merasa kecil dan tidak cocok berada di tempat itu, beda halnya dengan Jane yang sudah asik berjoget menikmati musik yang di mainkan DJ di atas forum."Mamah.. Aku .au pulang..." lirih Anjani yang merengut ketakutan di pojok ruangan. Ia duduk di sofa sendirian. Jane meninggalkan Anjani di sana sendirian karena cewek itu terus merengek meminta Jane untuk mengantarnya pulang. Tentu saja Jane enggan, kakinya sulit beranjak keluar dari sana kalau telinganya sudah mendengar hentakan musik club malam.Anjani menatap sekeliling nya, orang-orang sedang sibuk dengan urusan. Ada yang berjoget, merokok, mengobrol sembari menegak minuman dan ada juga yang sedang bercumbu di pojokan.Happy happy apanya, yang ada Anjani menyesal karena tlah menerimaa ajakan Jane. Kalau saja Anjani tahu kalau Jane akan membawanya ketempat ladang dosa
Langit tak berhenti tersenyum sedari tadi mengingat kejadian lucu yang dia alami beberapa menit lalu.Calon pacar?Langit tertawa lagi. Baru kali ini menemukan cewek aneh macam Anjani. Cewek yang Langit anggap aneh tapi sayang nya membuat dia penasaran.Seaneh apa sih Anjani?Langit menepikan mobilnya ke pinggir jalan, dia meraih hapenya. Mencari kontak bernama Jane Rubby lalu menempelkan benda canggih itu ke daun telinga.Langit menggigit bibirnya seraya menunggu sambungan telponnya. Tapi nihil, Jane mengabaikan panggilan dari Langit.Jane: ada apa? Di sini berisik, ketik aja. Buru-buru Langit mengetik balasan pesan untuk Jane.Langit: kirimin nomor AnjaniJane: buat apaan? Langit: mau PDKT* *
Langit: pagiAnjani tersenyum kecut ketika membaca chat masuk dari Langit pagi ini. Cewek yang baru bangun dari tidurnya itu mendengus, merasa jengkel karena Langit mengabaikan chatnya kemarin malam, tapi bisa - bisanya cowok itu mengucapkan selamat pagi, itu tandanya Langit menghindar dari topik percakapan chat semalam. Apa benar kata Sean kalau Langit cuma main - main saja? Anjani berdecak, padahal Anjani baru mengenal Langit, tapi kenapa seolah dia mengharapkan sesuatu pada cowok itu? Anjani melempar ponselnya asal, cahaya matahari sudah menembus kaca jendela nya, itu tandanya Anjani harus segera bangkit dari tempat tidur lalu bergegas menuju kamar mandi. Berbeda dengan Anjani baru saja bangun tidur, Sean sudah rapih dengan setelah jas kerjanya. Sean melangkahkan kakinya menuju dapur, dia terbiasa memasak sarapan sendiri. Karena sedari dulu Sean tidak memakai jasa p
Yuna: aku pulang minggu depan Yuna: tapi gak tau juga sih Sean: yaudah gakpapa, nanti kalo sempet aku jemput kamu pulang Yuna: yeayy Yuna: nanti aku kabarin ya Sean: jangan lama-lama, sayang Sean: aku kangen Yuna: aku jugaaaa Yuna: nanti aku chat lagi, aku mau take dulu by Yuna: kmu jngn sampe telat makan ya Sean: hmm okey Memiliki pacar yang berprofesi sebagai publik figur, Sean sudah biasa di tinggal Yuna keluar kota dalam waktu yang cukup lama. Beruntung, meskipun keduanya sama - sama orang sibuk, mereka tetap berusaha mencuri waktu untuk sekedar menanyakan kabar. Sepadat - padatnya jadwal Yuna, cewek itu tetap perhatian sama Sean. Itu lah mengapa Sean tetap mempertahankan Yuna walaupun Yuna kadang lebih sibuk daripada dirinya. Sean melirik arloji yang melingkar di pergelangan
"Mamah?" Sean membatu di tempat, mulutnya spontan terbuka tak kala perempuan di depan sana membalikan badannya. Perempuan paruh baya yang fashionnya tak kalah kece dengan anak muda jaman sekarang itu tersenyum lebar hingga menampilkan deretan gigi putihnya. Beliau adalah Diandra, mamah mertuanya. "Hallo mantu mamah yang ganteng." sapa Diandra sembari berjalan mendekat ke Sean. Sean mengulum bibir, bingung harus merespon dengan reaksi seperti apa. Jelas karena dia baru pertama kali menerima tamu mertuanya sendiri. "Kok cemberut aja, gak senang ya mamah datang?" tanya Diandra sembari mempoutkan bibirnya, praktis senyum Sean langsung berkibar. Dengan sopan Sean menyalami telapak tangan Diandra. "Anjani mana ya, kok kamu pulang cuma sendiri aja?" tanya Diandra sembari celingak - celinguk mencari keberadaan Putri kesayangan. Mata Sean langsung melebar sempurna. Dia menelan ludah sembari
"Anjani, jangan tinggalin aku." Anjani menatap nanar Langit yang terkapar di jalanan. Lelaki itu tidak sepenuhnya sadar karena efek alkohol yang habis di minumnya. Anjani mengalihkan pandangannya, tak tega menatap suaminya yang berubah kacau seperti tak terurus. Penampilannya berantakan dan tubuhnya menjadi lebih kurus dari yang terakhi ia lihat satu bulan lalu. Tangan Anjani terkepal, amarahnya terhadap Ibu mertua semakin menjadi. Satu bulan lalu, Rita meminta Anjani untuk melepaskan Langit jika memang Anjani tidak sudi untuk di madu. Lalu setelah Anjani pergi dan Langit terpuruk seperti ini, Rita tidak mengambil tindakan apapun. Mungkin sudah, tapi tidak mempan. Buktinya sejak 3 hari belakangan ini Rita selalu mencoba menemui Anjani, wanita itu meminta Anjani untuk kembali pada Langit dan membujuk Langit ke jalan yang benar seperti dulu. Katanya, sejak Anjani pergi dari rumah, Langit berubah, pria itu jadi pemabok dan
"Aku capek mas sama mamah kamu." Langit mengusap pundak Anjani. Mendengar istrinya mengeluh, ia jadi tidak enak hati. Langit tahu kalau selama ini mamahnya membuat Anjani tertekan. Bahkan bukan hanya menekan Anjani saja, namun Langit juga. Sering kali Rita menyuruh Langit untuk bersikap tegas kepada istrinya. Tapi Langit abaikan, Langit tidak ingin dirinya di kontrol penuh oleh Rita meskipun wanita itu wanita yang melahirkannya, tapi jika urusan rumah tangga, Rita tidak punya hak untuk ikut campur. Rita terlalu kebelet ingin mempunyai cucu. Maklum, Langit ini anak satu-satunya, hanya Langit dan Anjani yang bisa memberikan Rita cucu. "Sabar, mamah memang begitu. Jangan di ambil hati. Apa yang mamah omongin ke kamu tadi?" ujar Langit menegarnya. Suasana hati Anjani selalu berubah suram setiap mereka pulang dari rumah Rita. Entah apa yang Rita bicarakan kepada Anjani, tapi Langit yakin kalau yang Rita bicarakan hari ini pasti sudah kelewatan hingga membu
Anjani mengusap perutnya dengan pandangan lurus menerawang. Bibirnya terlukis senyum tipis, namun bersamaan dengan itu air matanya menetes. Ia teringat ucapan dokter lima bulan lalu, dimana dokter tersebut mengabarkan bahwa ia sedang mengandung janin usia dua minggu. Rasa bahagianya saat itu masih Anjani ingat dengan jelas. Lima bulan, ya, seharusnya saat ini kandungan Anjani berusia lima bulan. Mata kosong Anjani meneteskan air mata lagi. "Bayiku.." lirihnya menyedihkan. Sudah satu minggu ia kehilangan bayi yang di kandungnya. Anjani mengalami keguguran dan sampai saat ini cewek itu masih merasa kehilangan, penyesalan dan kesedihan bercampur menjadi satu. Rasanya menyakitkan sekali. "Sudah, jangan di tangisi." Langit selalu berada di sampingnya, berusaha menegarkan dan menanamkan rasa iklas di hati istrinya itu. "Harusnya aku turutin kata mas, harusnya aku gak
Setelah gagal mempertahankan rumah tangganya bersama Anjani dan Yuna, Sean memilih lari dari kota Jakarta bersama anaknya, Keenan. Bali adalah tempat tujuan Sean, berharap pulau indah itu bisa menciptakan lembaran hidup barunya dan mengikis kenangannya bersama Anjani yang sudah menjadi milik pria lain. Tapi ternyata Sean salah, niatnya untuk melupakan Anjani tidak membuahkan hasil meski tahun demi tahun berlalu. Sean sudah mencoba berbagai cara untuk melupakan mantan istrinya itu. Berkencan dengan beberapa wanita hingga menjadi member eksklusif di sebuah bar mewah demi bercumbu dengan wanita berbeda disetiap malamnya. Tapi tetap tidak ada kemajuan, hidup Sean malah tambah berantakan dan tidak memiliki tujuan yang pasti. Sean menyerah, menuruti perintah sang mamah untuk kembali ke Jakarta setelah 4 tahun lamanya melarikan diri dari ibu kota. Sean kembali menemukan jati dirinya, namun yang membuatnya tak habis pikir, ia kembali jatuh cinta dengan gadis muda yang tinggal di seb
Beberapa tahun kemudian... Sinar matahari yang semakin terik menembus tirai jendela kamar Anjani, membuat Anjani secara spontan menutup wajahnya dengan telapak tangannya saat merasakan sengatan sinar mentari pada wajahnya. Perempuan itu mengulet kecil seraya membalikan tubuhnya, mata Anjani lantas terbuka ketika dadanya menabrak sesuatu. "Good morning, wife..." suara berat itu menyapa dengan mata yang masih tertutup rapat, tangan kekarnya menarik pinggang Anjani untuk semakin dekat lalu memeluknya. Anjani tersenyum melihat pemandangan bangun tidurnya yang luar biasa. Wajah sang suami yang masih terlelap tampak sayu, terlihat polos dan begitu menenangkan. Anjani menggerakan tangannya, mengusap pipi sang suami dengan hati-hati. "Good morning, mas Sky." Cup! Anjani mengecup pipi Langit dengan secepat kilat, membuat Langit langsung membuka matany
Jantung Anjani berdebar kencang saat kakinya satu persatu menuruni anak tangga. Cewek itu sudah cantik dengan gaun selutut yang membalut tubuhnya, membuat mata siapapun yang memandang akan takjub dan sulit berpaling darinya. Langkah Anjani berhenti, masih diambang anak tangga. Tampaknya dia tidak sanggup melanjutkan langkahnya saat suara yang saling bersahutan diruang tengah terdengar semakin jelas.Anjani memegang dadanya yang berdebar, ia menarik napas panjang kemudian menghembuskan nya, mencoba merilekskan diri sejenak sebelum pingsan didepan dua keluarga sang mantan suami dan mantan pacar yang melamarnya secara bersamaan.Tubuh Anjani hampir saja terjungkal saat Diandra datang dan menarik tangannya dan membawanya kedalam kamar. Anjani didudukan secara paksa di atas ranjang, sementara Diandra dan Roger bersedekap dada di hadapannya, kedua mata suami istri itu tampak kebingungan namun juga marah."Kamu kalau selingkuh main
"Jan, Jeka sudah punya pacar belum sih?"Anjani yang baru saja selesai mengaplikasikan skincare malam ke wajah langsung menoleh kearah Rena yang memandangnya serius -menunggu jawaban. Anjani mendengus samar, pasti tadi Rena melihat dirinya di jemput Jeka, bau - baunya Rena pengen minta Anjani kenalin ke Jeka.Pandangan Anjani menoleh lagi ke kaca didepannya, memasukan kapas - kapas bekas membersihkan make - up kedalam tong sampah kecil, kemudian Anjani bangkit dan merebahkan diri disamping Rena."Memangnya kenapa kalau belum?" tanya saja sambil fokus dengan ponsel digenggamannya."Yaelah pake nanya lagi, lo gak liat nih teman lo yang satu ini sudah lumutan menjomblo lima bulan lamanya.""Ah, lima bulan sih belum lama - lama amat kali. Lebay deh!"Rena memegang lengan kecil Anjani, lalu ia memasang wajah mengenaskan agar tampak menyedihkan dimata Anjani."Jan, ken
Sean mengeratkan jaketnya, angin yang berhembus malam ini membuat bulu kuduknya berdiri. Sean menyenderkan badannya pada pintu mobilnya yang terparkir didepan gedung asrama Anjani. Laki-laki itu hendak mengembalikan lipstick milik Anjani yang tertinggal didalam mobilnya kemarin. Sean sudah meminta izin kepada kepala asrama untuk menemui Anjani, tetapi kata beliau Anjani sedang tidak ada dikamarnya. Jadi Sean memutuskan untuk menunggu perempuan itu meski ia sudah berdiri selama satu jam lamanya.Sean melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah hampir tengah malam. Mungkin dia harus baluk kesini lagi besok, Sean mengkhawatirkan Keenan yang ia titipin dirumah mamahnya karena babysitter Keenan sudah resign kemarin dengan alasan karena akan segera menikah.Sean hampir saja melajukan mobilnya kalau saja dia tidak melihat motor besar yang baru saja datang sambil membonceng perempuan yang proporsi fisiknya mirip Anjani. Dan yang membu
"Kata Mamah, kamu sudah gak sama Langit ya?" Sean bertanya, memecahkan kesunyian didalam mobilnya.Anjani yang duduk di kursi belakang bersama Keenan yang sudah tertidur langsung menoleh kearah Sean, ia tersenyum canggung seraya menganggukkan kepalanya."Iya, Om." jawabnya. Anjani sedikit tidak percaya kalau ternyata Sean mengetahui urusan percintaannya.Tanpa sadar senyum tipis di bibir Sean terbentang, seakan jawaban Anjani barusan sesuai dengan harapannya.Sean merapatkan bibirnya menahan senyumnya yang semakin lama semakin ingin mengembang, ia merasa sesenang itu. Tangan Sean bergerak mengusap tengkuknya kikuk, banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan kepada Anjani, namun Sean takut membuat Anjani tidak nyaman.Sekarang sudah pukul 4 sore, mobil Sean sudah menuju rumah sakit tempat Anjani bekerja usai menghabiskan waktu seharian di kebun binatang. Banyak momen hari ini yang tidak akan Se