Share

Bab 8 Penasaran Dengannya

Author: LyonaAdira
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Tatapan Linggar tertuju pada lampu rumah yang telah menyala keseluruhan. Ia menduga bila suaminya pulang lebih awal ketimbang dirinya. Padahal pria itu pamit akan pulang malam, namun pukul tujuh sudah sampai di rumah.

Kok Mas Pram sudah pulang? Katanya tadi akan pulang malam, tapi jam tujuh sudah sampai di rumah. Mas Pram marah tidak ya? Linggar membatin dengan jantung berdetak kencang, was-was bila pria itu akan marah besar.

Perlahan tangan Linggar memutar knop pintu, membuka pintu dengan pelan, berusaha tidak menimbulkan suara. Hawa dingin langsung menyapu kulitnya, entah perasaannya atau memang seperti itu adanya, suhu ruang tamu mendadak merayap turun.

"Kamu dari mana?" Suara berat itu mengejutkan langkah Linggar, jantung terasa berhenti, darahnya mendadak panas.

Pelan-pelan lehernya menoleh, menatap pria yang berdiri di dekat jendela dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Tatapannya tajam dengan rahang mengeras. Linggar tak memiliki keberanian untuk menatap kedua mata P
LyonaAdira

Hai kembali lagi dengan aku. Terima kasih sudah membaca, aku harap kalian tidak lupa untuk berlangganan dengan cerita ini ya. Hihihi, jangan lupa share ya

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Leyva Danandyaksa
semakin lucu, kak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 9 Pria Masa Lalu

    "Yang terpenting aku sudah minta izin dengan Mas Pram." Linggar tersenyum kecil, kala kakinya melangkah masuk ke dalam restoran tempat yang sudah dijanjikan oleh temannya. Aku sudah sampai, Enggar. Aku tunggu di meja nomor delapan belas ya, sesuai dengan meja kesukaanmu dahulu. Pesan itu masuk tadi pagi sebelum Linggar berangkat, membuat senyuman terangkat di bibirnya. Bahkan ia menjadi perempuan paling bahagia, hal sekecil itu berhasil diingat oleh orang yang pernah dekat di masa lalu. Restoran Kenangan, menjadi pilihan. Seperti namanya, di sana memiliki segudang kenangan yang terus ingin Linggar putar di dalam memorinya. Tidak sedikit saja keinginan untuk melupakan. Setiap kali datang ke sana, rasanya ia seperti bernostalgia, meski sudah tidak bersama. "Kenapa jantungku selalu berdetak lebih cepat dari biasanya setiap ke sini? Aku tidak mengerti, mengapa setiap sudut restoran ini memiliki kenangan yang terus melekat di dalam kepalaku?" Wajah Linggar berseri-seri, kebahagiaan tera

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 10 Dikurung

    Tak banyak perbedaan dari hari sebelumnya. Linggar kembali termenung di meja makan, menunggu sang suami turun dari lantai dua. Minggu pagi, tentu mereka akan menghabiskan waktu seharian penuh di rumah tersebut. Pikiran Linggar banyak merancang hal-hal menarik yang mungkin dapat ia dan suaminya lakukan. "Mungkin aku bisa mengajak Mas Pram menata taman belakang," ujar Linggar, kemudian kepalanya menggeleng. "Tidak, jangan itu. Aku yakin Mas Pram mudah merasa bosan. Lebih baik aku mencari hal lain saja." Linggar tidak ingin menyia-nyiakan sedikit saja waktunya bersama Pramudita. Terlebih mereka tidak memiliki waktu berkualitas yang dihabiskan bersama, untuk membahas tentang keduanya. Hal ini membuat Linggar sadar akan pentingnya saling mengenal satu sama lain, meski Pramudita masih terkesan menutup diri. Tidak ada hal yang tidak mungkin. Linggar yakin bila lambat laun, Pramudita akan menjadi lunak dan luluh akan kehadirannya. Dan juga berharap pria tersebut dapat kembali menjadi pria

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 11 Marahnya Pramudita

    Wajah Pramudita tidak bersahabat, mulai dari semalam ia memilih diam di ruangan kerjanya. Bahkan tidak peduli akan gangguan yang terus dilakukan oleh Linggar untuknya. Setelah berhasil keluar dari kurungan, wanita tersebut semakin berani bertindak. Terus mengganggu ketenangan Pramudita. Hingga pagi ini pun tercatat lebih dari dua puluh kali wanita tersebut bolak-balik di depan pintu ruangan Pramudita. Pria tersebut enggan untuk keluar sekadar bertanya, membiarkan saja. Hatinya masih dongkol dengan ulah Linggar, terlalu berani mengenakan baju pendek di hadapannya. "Sudah waktunya berangkat ke kantor," ucap Pramudita. Beberapa barang penting telah ia masukkan ke dalam tas sejak semalam. Ia tidak ingin ada yang tertinggal, meski satu barang. Sisanya pagi ini kembali ia periksa, kemudian menambahkan kekurangannya. Langkah kakinya terhenti kala ponsel berada digenggaman bergetar. Awalnya tak dihiraukan, lama-lama pesan yang masuk tidak hanya satu. Membuat Pramudita mejadi penasaran, tak

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 12 Pradipta Berulah

    "Kamu tidak akan bisa lari dariku," ucap Pradipta kemudian mengantongi gawainya.Seluruh hal yang keluar dari bibirnya tidak hanya sebatas gertakan semata, Pradipta bersungguh-sungguh. Dianggap sepele oleh lawan bicaranya, sang mantan kekasih yang kini menjadi kakak iparnya."Dik Enggar, aku tidak pernah berbohong dengan semua ucapanku. Kenapa kamu selalu menganggap enteng ucapanku? Apa selama ini kamu selalu memandang aku sebelah mata?" Pradipta tersenyum miring, kemudian menggigit kukunya."Dari awal aku sudah baik memberikan penawaran untukmu, sayang sekali kamu selalu meremehkan aku. Ini adalah akibatnya kamu tidak mempertimbangkan penawaran yang sudah aku ajukan," lanjut Pradipta dengan meremas tangannya.Ia menarik napas panjang sebelum melanjutkan ucapannya. "Lagi pula ini yang aku inginkan dari hubungan kamu dan Mas Pram, Dik Enggar. Setelah kalian berpisah, maka aku akan memutuskan untuk bercerai. Aku akan membawamu kembali ke dalam pelukanku.""Aku yakin Mas Pram tidak mungk

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 13 Perang Bersaudara

    Semenjak kedatangan Pramudita di ruangannya hingga waktu menginjak petang, tidak ada tanda-tanda ingin keluar dari tempat tersebut. Bahkan ruangan itu tampak sepi, seolah tidak ada penghuninya. Hal ini membuat beberapa karyawan segan untuk mengganggu pria tersebut, bila bukan karena urusan mendesak. Pria dua puluh tujuh tahun itu berdiri di ambang pintu, menimang antara masuk atau tidak. Menurut informasi yang ia dapatkan, kakaknya seharian tidak keluar dari ruangan tersebut. Membuat hatinya penuh tanya dan juga penasaran. Jika aku tidak masuk sekarang, aku tidak akan pernah tahu hal apa yang sedang terjadi di antara Mas Pram dan Linggar. Aku yakin sekali hubungan mereka tengah di ujung tanduk. Bukankah ini menjadi kesempatan emas untuk aku kembali memperjuangkan Linggar? Pradipta membatin dengan tersenyum sinis. Tangan kirinya memutar gagang pintu, tidak peduli salam ataupun mengetuk pintu terlebih dahulu. Pradipta berjalan ke arah meja kerja Pramudita. Pria itu tengah membelakangi

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 14 Dicampakkan

    "Semoga kamu suka," ucap Pramudita dengan menatap sekotak donat cokelat di tangan kanannya dan seikat bunga mawar merah di tangan kiri. Sudut bibir Pramudita berkedut, menimbulkan seutas senyuman tipis. Ia membayangkan bila wanita itu tersenyum bahagia mendapat kejutan kecil yang diberikan. Terlebih baru kali ini Pramudita memberikan hadiah untuk Linggar semenjak mereka menikah. Menurut artikel yang sempat ia baca, wanita sangat menyukai hadiah kecil. Tidak peduli akan harganya. Wanita melihat bagaimana usaha dan niat besar seorang pria untuk memberikan hadiah tersebut. Bahkan hanya dibelikan sebuah makanan ringan kesukaannya pun membuat mereka bahagia. Wanita senang bila hal kecil dari mereka diperhatikan oleh pasangan. Mereka merasa sangat dicintai dan disayangi. Hal ini dimanfaatkan oleh Pramudita untuk bisa membuat hubungannya dengan Linggar menjadi lebih baik. Ia ingin meminta maaf ke wanita tersebut, terlebih tadi pagi telah berbuat kasar. Hatinya merasa tidak enak dengan Lin

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 15 Bapak Penyelamat

    "Bapak?" Dengan sopan, Linggar mencium tangan mertuanya tersebut. Sebisa mungkin ia menutupi wajah sembab, bahkan senyuman tidak luntur dari bibirnya. Menyampingkan sejenak masalah tentang dirinya dan suaminya. "Bagaimana kabarmu, Nduk? Maaf bapak baru bisa ke sini sekarang," ucap Juwanto. Linggar berada di belakang, membuntuti langkah sang mertua. Ia menatap meja makan, terbesit di dalam pikirannya untuk mengajak Juwanto makan malam di rumahnya. Makanan sebanyak itu tidak mungkin habis bila ia makan sendirian. "Ke mana Pramudita, Nggar? Mobilnya sudah ada di depan. Dia sudah pulang, 'kan?" Juwanto menatap tangga yang terlihat lenggang, kemudian menoleh ke arah Linggar. "Masih di atas, Pak. Baru saja sampai di rumah," jawab Linggar. "Oh iya, bapak mau minum apa?" Juwanto duduk di ruang tamu, kepalanya menggeleng. "Bapak sudah terlalu banyak minum kopi hari ini, Nggar. Tidak usah dibuatkan sesuatu. Kamu jangan terlalu repot-repot." "Bapak dari mana atau mau ke mana?" Linggar ber

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 16 Tidak Akan Jatuh Cinta

    "Aku ke kamar duluan, Mas." Linggar menundukkan kepalanya, melangkah melewati Pramudita yang masih terdiam di tempat. "Sebentar." Pramudita mencegah Linggar untuk melanjutkan langkah kakinya. Wajah pria tersebut masih datar dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Mau tak mau Linggar menghentikan langkahnya, ia menoleh. Alisnyaterangkat, seolah bertanya keinginan pria tersebut. Tampak dari wajah Pramudita ingin menyampaikan sesuatu hal. "Ada apa, Mas?" tanya Linggar, keningnya mengerut. Pria itu berdehem, kemudian melangkah mendahului Linggar. "Tidak baik berbicara di depan pintu. Kita bicarakan di dalam saja." Linggar mengembuskan napas panjang. Akhirnya menuruti apa yang dikatakan sang suami. Mereka masih berada di depan pintu, mengantar Juwanto yang baru saja pulang. Niat awalnya Linggar ingin menghindar dari suaminya, tidak mau membuka suara bila pria tersebut tidak mengajaknya bicara. Ia masih sakit hati atas penolakan dari sang suami pagi tadi, bahkan jika Juwanto tidak

Latest chapter

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Hasutan

    "Kamu, kenapa senyam-senyum sendirian?" Wanita itu tampak tertawa, menatap wajah teman pria yang sedang tersenyum memegang ponsel di tangan. "Apa yang kamu lihat?" lanjutnya.Pria itu berdehem, wajahnya sumringah, kebahagiaan memancar begitu kental. Tidak ada keraguan sedikit saja. Ia memperlihatkan foto itu ke teman wanitanya, membuat tawa itu sirna dari garis wajahnya."Sudah lama aku suka sama dia, sayangnya aku tidak berani untuk mengungkapkan perasaan ini. Sepertinya selama ini pun dia hanya menganggap aku sebagai teman biasa saja. Menurut kamu bagaimana?" Pria itu menoleh.Kerutan di dahinya tampak semakin jelas. "Kamu kenapa cemberut? Apa kamu nggak suka aku ada perasaan sama dia?"Wanita itu menggelengkan kepalanya kuat, kemudian memunculkan senyuman penuh dengan kehangatan. "Siapa bilang? Aku bahagia sekali!""Apa saja yang sahabat aku lakukan, pasti aku bahagia!" Wanita itu bersorak dengan mengepalkan tangan ke depan."Terima kasih, Rim. Kamu tahu tidak bagaimana cara mende

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Kesalahan Aku

    "Aku dengar, kamu sempat menikah. Lalu, kenapa sekarang kamu ada di sini?" Wanita dengan rambut cokelat gelap itu menoleh, mengerutkan dahinya.Pria itu membuang napas, wajahnya tampak seperti tak ingin membahas permasalahan tersebut. Sayangnya, wanita itu bertanya lebih detail mau tak mau harus ia jelaskan lebih detail. Tidak mungkin ia biarkan wanita cantik yang beberapa bulan terakhir ini mengisi harinya menunggu lebih lama lagi."Dari siapa?" "Bukankah seharusnya kamu menikah dengan temanku, mengapa bisa bertukar menjadi kakakmu? Aku menunggu penjelasan darimu," jawabnya.Pradipta termenung sesaat, ia membenarkan jaket bulu tebal yang membungkus tubuhnya. Pandangan mata lurus menatap danau di hadapannya. Bibirnya tampak kelu untuk memberikan penjelasan lebih sebenarnya, hanya saja ia tidak ingin membuat wanita itu semakin bertanya-tanya.Wanita itu membuang napas, kemudian menundukkan wajahnya. "Mungkin pertanyaanku terlalu sensitif untukmu, tidak masalah jika kamu tidak ingin me

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Anak Genius

    Linggar dan Pramudita dianugerahi anak laki-laki yang sehat dan tampan. Kelahiran putra pertama mereka disambut hangat dan sukacita oleh kakek dan neneknya dari keluarga Linggar dan juga Pramudita, maklum saja dia adalah cucu pertama mereka. Abimanyu, nama sapaan si ganteng keturunan Pramudita.Wajah Abimanyu tampan seperti ayahnya sayangnya sikap dan perilaku menurun dari ibunya. Ibarat kata Abimanyu adalah Linggar versi laki-laki. Terkadang bisa teramat cerewet layaknya anak perempuan pada umumnya. Tapi, di usianya yang menginjak empat tahun ini banyak progres dari pertumbuhannya.Bahkan Abimanyu gemar membaca buku tentang IPA dan Matematika, membuat Linggar takut jika anaknya terlalu cepat dari anak-anak sebayanya. Apa lagi Abimanyu juga belum ikut paud, masih belajar atau tidak bersama dirinya. Tapi kecerdasan yang dimiliki Abimanyu sudah melebihi seusianya, antara sedih dan senang Linggar malah bingung sendiri. Ia takut jika kelebihan yang anaknya miliki adalah sebuah beban di ke

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Hamil dan Ngidam

    7 bulan kemudian.Linggar yang sedang hamil tidak bisa menahan nasabnya untuk ngemil. Setelah melewati masa tiga bulan yang penuh beban seperti sering muntah, tidak bisa makan apa pun kecuali bubur dan sering lemas di pagi hari, menginjak bulan keempat dan hingga sekarang, bulan ketujuh kandungannya membaik. Berbagai makanan mulai dari rujak sampai camilan ingin ia coba semua kecuali olahan dari susu sapi, iya mual tiap kali mencium bau susu. Kehamilannya justru membuat Pramudita senang, karena setiap pulang kerja selalu ada makanan yang diminta untuk dibelikan.Selama hamil ia juga merasa perlu badan cantik dan wangi, iya juga tidak suka parfum miliknya dan lebih suka menggunakan parfum milik sang suami. Alhasil, beberapa deret parfum yang telah ia beli isi botolnya masih terisi penuh. Berbeda dengan milik Pramudita yang tersisa hanya seperempat botol saja setiap minggunya."Mas Pram mana sih, kok nggak pulang-pulang." Linggar kembali menggerutu dengan memangku satu toples keripik si

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 81 Buah Hati

    "Kamu mau anak berapa, Sayang?" Pramudita memeluk erat tubuh istrinya dari belakang, mereka masih berbalutkan selimut. Wanita tersebut tampak kurang nyaman, matanya sedikit terpejam. Badan terasa remuk, terlebih suaminya selalu minta penyatuan lebih dari satu kali. Hal ini menguras tenaganya lebih banyak, tentu membuat tubuh semakin lemas. "Sayang, jangan tidur dulu dong. Kamu ingin anak berapa nanti?" tanya Pramudita dengan menggoyangkan tubuh Linggar, membuat wanita itu membuka mata kembali. "Apa, Mas? Memangnya kamu tidak ngantuk?" Mata Linggar masih tertutup. Pramudita menggeleng. "Siapa kata aku mengantuk, Dik? Aku tidak pernah mengantuk, yang aku inginkan hanya bersama kamu selalu." "Aku saja capek, Mas, masa kamu tidak? Kita istirahat sebentar saja, Mas, nanti kita main lagi." Linggar mengusap tangan Pramudita yang berada di perutnya. "Aku ingin anak dua atau tiga, Dik. Aku ingin membuat rumah kita menjadi ramai, saat aku pulang disambut anak-anak dan kamu tentunya. Pasti

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 80 Tidak Seperti Yang Dulu

    "Tini, aku ingin hubungan kita seperti dahulu kala. Apa kamu tidak ingin kita kembali memperbaiki hubungan kita?" Wanita dengan rambut digulung ke atas itu membuang napas kasar, wajahnya tampak tidak begitu antusias. Cenderung murung dan masam, bahkan pandangan matanya tertunduk. Tak menatap pria yang pernah ada di hatinya tersebut."Sudah aku katakan, Mas, aku tidak bisa. Hubungan kita telah berakhir dan aku tidak ingin memulainya kembali. Aku sudah menutup buku kenangan tentang kita, tidak akan ada lagi kita di masa depan. Sekarang aku hanya fokus untuk anak-anak saja," jawab wanita itu tegas."Kita menikah pun anak-anak pasti akan senang, Tini. Mereka akan bahagia melihat kedua orang tuanya kembali rukun. Apa lagi sudah lama mereka tidak pernah melihat kedua orang tuanya saling bahagia bersama," bujuk Juwanto.Aroma latte menguat di ruangan ber-Ac. Kartini memejamkan mata menikmati aroma yang begitu menggiurkan. Latte adalah salah satu kopi yang menjadi favoritnya sejak kepergian

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 79 Minta Bantuan

    "Kamu mau ke mana?" Pemaudita melipat kedua tangannya di depan dada, wajahnya tampak datar dengan rahang mengeras."Itu sudah menjadi tanggung jawab kamu, Dipta. Kamu ingin lari dari tanggung jawabmu?" Pria dua puluh tujuh tahun itu membuang napas panjang, berdebat dengan sang kakak selalu tak mendapat celah. Pramudita selalu berhasil membuat lawan bicara mati gaya. "Aku hanya ingin mencari ketenangan sebentar saja, Mas. Aku tidak pernah lari dari tanggung jawab, maka dari itu aku ingin kamu yang sementara ini memegang perusahaan. Satu tahun nanti aku akan kembali ke sini, Mas, aku hanya titip sebentar ke kamu. Tidak mungkin aku serahkan kembali ke Bapak 'kan, Mas? Bapak mana mungkin mau mengurus perusahaan," jelas Pradipta."Yang bisa mengurus itu hanya kamu, Mas. Aku percaya sama kamu, Mas. Lagi pula kamu bisa mengajak Linggar. Kalian bisa kerja sama berdua mengurus perusahaan 'kan, Mas? Ayolah, Mas, kamu pegang dua perusahaan. Aku satu bulan sekali bakal pulang," lanjutnya.Pramu

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 78 Perhiasan Cantik Hanya Kamu

    "Maaf, Dik, aku salah besar selama ini ke kamu. Maafkan aku." Linggar mengangguk, air mata terasa berada di pelupuk matanya. Ia tak dapat menahan rasa sedihnya melihat saudara sendiri memakai baju tahanan. Terlebih wajah kakak sepupunya itu begitu pucat dan melas, tidak seperti hati biasanya yang cantik dengan balutan riasan. "Terlalu banyak salah yang aku perbuat ke kamu ya, aku sampai bingung harus dengan cara apa aku meminta maaf ke kamu. Pasti jadi kamu pun tidak mudah, belum tentu hatimu lapang untuk memaafkan kesalahan aku. Tidak masalah, aku sama sekali tidak memaksa kamu untuk memaafkan kesalahanku." Wanita itu mengusap air matanya. "Setidaknya kamu masih mau bertemu denganku, artinya masih ada kesempatan aku untuk mengubah semua menjadi lebih baik. Maafkan kesalahanku, Dik.""Aku bahkan dengan sengaja merebut calon suami kamu di hari bahagiamu, Dik. Itu semua salah, aku sangat salah besar. Harusnya tidak seperti itu," lanjutnya berurai air mata."Iya, Mbak, aku sudah mema

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 77 Jatuh Cinta Kembali

    "... 7 tahun penjara." Wanita menangis tersedu-sedu, tak dapat berbuat apa-apa. Nasibnya telah final, palu telah terketuk. Tak hanya itu saja, selain hukuman penjara ia harus menanggung persidangan yang lain, sidang cerai. Dalam waktu berdekatan wanita itu melakukan dua kali persidangan. Sang suami tega melayangkan gugatan cerai atas apa yang sudah ia lakukan. Akibat satu kesalahan berakibat cukup fatal, hingga merambah ke jalinan asmaranya. Pernikahan baru seumur jagung harus kandas di peradilan agama. Teringat akan kesalahan yang bertumpuk-tumpuk telah diperbuat ke adik sepupunya. Dari mereka belia hingga detik tak pernah surut rasa iri yang tertanam di dalam hatinya. Entah apa pun yang dapat dicapai oleh adik sepupunya, ia selalu tidak terima akan timbul rasa tidak suka. Lebih lagi seluruh keluarga besarnya selalu membanggakan prestasi adik iparnya dan membandingkan dengan dirinya.Jiwa kecilnya selalu terbentuk untuk balas dendam. Lantas melakukan segala cara agar semuanya dapa

DMCA.com Protection Status