Share

Bab 22 Kemarahan

Penulis: LyonaAdira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rinjani melambaikan tangannya. "Hati-hati ya, Mbak Enggar."

Linggar tersenyum di dalam mobilnya, kemudian melanjutkan tujuan terakhirnya. Berat hati untuknya kembali ke rumah Pramudita, terlebih masalah di antara mereka tak kunjung bertemu titik terangnya.

Banyak cara Linggar lakukan untuk mengubah kondisi di antara mereka berdua, sayang sekali langkah yang ia lakukan berujung kegagalan malah menambah masalah baru. Pramudita seolah angkat tangan dengan masalah yang tengah mereka hadapi, acuh akan semua permasalahan. Semakin lama masalah semakin merembet ke mana-mana.

"Apa yah harus aku lakukan?" Linggar membuang napas, pandangan matanya terlihat sayu dan sendu. Mustahil untuknya berpikir positif saat ini, terlebih dengan kedua matanya sendiri melihat kejadian yang tak pernah ia sangka.

Air mata mengajak sungai di pipi, tak dapat ia cegah kembali. Hati terasa semakin sesak, sekuat tenaga berusaha untuk menepis pikiran buruk itu malah fakta terkuak semakin besar.

"Harus apa yang aku la
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 23 Pagi Yang Asing

    "Enggar." Suara pria bermanik cokelat itu menginterupsi, langkah Linggar kemudian melambat.Pria itu duduk di ruang keluarga, tatapan teduh tertuju pada wanita yang baru turun dari lantai dua. Ia memasang senyuman, meski terlihat aneh di wajahnya. Kemudian berdiri, menghampiri sang istri. "Kamu mau ke mana?" Pria itu membuka suara kembali.Tangan kanan masuk ke dalam saku celana pendek selutut itu. Bajunya pun santai, kaos berwarna krem polos. Tak seperti hati biasanya yang terlihat rapi dan formal. Bahkan rambutnya pagi ini sengaja tak ditata rapi.Tak mendapat jawaban, pria tiga puluh dua tahun itu kembali bertanya, "Enggar, aku bicara dengan kamu. Kamu mau ke mana?" Linggar berdehem. "Ke toko."Wajah wanita itu datar, tak seperti pagi sebelumnya yang selalu penuh dengan senyuman dan sambutan hangat. Bahkan untuk pertama kalinya, tak ada sarapan yang tersaji di meja makan. Wanita itu sengaja turun dari kamarnya saat matahari tergelincir sembilan puluh derajat. "Kamu ke sana sendi

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 24 Hasutan

    "Enggar." Suara berat yang tak asing di telinga Linggar menginterupsi langkah kakinya untuk terhenti.Linggar menoleh, memperhatikan pria yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Senyuman lebar itu menghiasi wajahnya, berbanding terbalik dengan Linggar, memasang wajah datar dan dingin. Pria itu berjalan mendekati, aroma parfum yang dulu menjadi favoritnya itu kini tercium asing."Kamu kenapa bisa di sini?" Nada suara pria itu renyah, senang bertemu dengan wanita yang masih menjadi pujaan hatinya.Tak ada jawaban, bibir Linggar terlihat terkunci. Ia bersedekap, memandang sengit pria itu. Masih tersimpan rapi seluruh kenangan manis antara mereka berdua selama ini. Banyak suka dan duka yang telah mereka lewati bersama, hingga akhirnya pria itu mengkhianati dirinya."Enggar, kenapa kamu tak menjawab pertanyaanku?" Pria itu berusaha menyentuh tangan Linggar, sayangnya buru-buru ditepis."Tidak sopan!" Linggar menatap sang adik ipar dengan tatapan garang.Pria dua puluh tujuh tahun itu mengemb

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 25 Diserbu

    "Jadi, kamu masih cinta dengan dia, Mas?" Wanita itu berkaca-kaca, tatapannya nanar, penuh harap akan mendapat jawaban sesuai dengan keinginan hatinya.Pria itu hanya diam, bibirnya tak mampu menjawab. Ia menatap wanita yang terus menundukkan kepalanya, menatap sepatu di bawah sana yang beradu dengan rumput di taman. Rasa tertariknya cukup tinggi dengan wanita yang kini menjadi kakak iparnya."Mas Dipta, dengarkan aku!" Gendhis menggeram kesal, tangannya menggenggam tangan suaminya erat. "Jawab pertanyaan aku, Mas!""Mas Dipta," panggil Gendhis lirih. Kini air matanya telah luruh, membasahi pipinya. Pria itu hanya diam, tak menjawab apa pun."Mas," panggil Gendhis. Suaranya terdengar semakin kecil, tenggelam.Tak ada jawaban, hening. Pradipta menatap dalam wanita yang pernah menjadi masa lalunya. Mengabaikan istrinya sendiri yang berdiri tepat di sampingnya. Tentu hal ini menimbulkan kecemburuan akut pada hati Gendhis.Tatapan mata Gendhis berubah menjadi tajam, menatap sengit ke arah

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 26 Menyesal

    "Mas bekalnya, jangan lupa dibawa." "Aku taruh bekal di mobil kamu ya, Mas.""Bekalnya ada di mobil, jangan lupa dimakan ya, Mas."Suara yang selalu mengalun merdu di telinga Pramudita di setiap paginya. Wanita yang selalu tersenyum manis kala ia turun dari kamar, bahkan menatapnya dengan lembut bagaimanapun tingkah yang sudah ia lakukan.Semua telah sirna kala ia tak mau menurunkan ego dan gengsi di dalam pikirannya. Entah mengapa ia selalu menuruti isi kepalanya, tanpa mendengarkan nasihat bisikan hati kecilnya. Sebenarnya ia merasa menyesal, wanita itu menjadi memberikan jarak di antara mereka. Bahkan perhatian kecil yang selalu diberikan tanpa ia minta, kini malah menjadi memudar. Tak ada lagi seluruh perhatian wanita tersebut yang ia dapatkan.Pramudita menggeram. "Kenapa aku selalu mengedepankan ego dan emosiku? Apa yang sebenarnya aku inginkan? Apa kurang dari Linggar selama ini? Dia sempurna, aku menyukai kemampuan yang ia kuasai."Kilasan bayangan wanita tersebut menimbulkan

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 27 Membaik Meski Sesaat

    Melihat tubuh pria itu basah kuyup, membuat hati Linggar tersentuh. Ia merasa bersalah atas apa yang terjadi pada sang suami. Sekesal apa pun hatinya saat ini, tak tega bila harus membiarkan Pramudita begitu saja. Tentunya pria itu pun membutuhkan perhatian kecil darinya, meski tak terlalu diharapkan.Mulai dari membuat wedang jahe, menyiapkan obat masuk angin, hingga memasak nasi goreng. Linggar menata rapi di meja makan. Ia menanti pria tersebut turun dari kamarnya. Sebelum naik ke atas, Linggar terlebih dahulu berpesan untuk kembali ke bawah, makan bersama.Meski perut Linggar tak begitu keroncongan, ia tak ingin Pramudita makan sendirian di meja makan tersebut. Duduk manis, menatap anak tangga terakhir yang menjadi tempat Pramudita berdiri di sana. Hingga derap langkah mulai terdengar semakin dekat, Linggar menegakkan tubuhnya. Ia memasang wajah datar, tak berekspresi sama sekali. Melempar tatapannya ke gawai yang tak jauh dari tangannya, berusaha tak terlihat tengah menunggu pri

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 28 Hari Tanpamu

    Lima jam semenjak Linggar naik ke lantai dua, wanita itu tak terlihat jejaknya kembali. Bahkan lantai dua pun lengang, tak ada suara sedikit pun. Pramudita sengaja berkali-kali naik turun tangga untuk memastikan kondisi Linggar di dalam kamar. Dari luar tampak sepi, tak ada tanda-tanda wanita tersebut melakukan aktivitas. Hal ini membuat Pramudita sedikit khawatir dibuatnya. Takut bila terjadi sesuatu hal dengan Linggar. Sayangnya tangan Pramudita tak memiliki keberanian untuk mengetuk daun pintu itu. Ia hanya sebatas memandang dan berjalan mondar-mandir. "Apa aku ketuk saja ya?" Pramudita bimbang, pasalnya langit telah berubah warna, sedangkan wanita itu tak kunjung keluar. Lagi dan lagi, pikirannya mengembara ke berbagai kilasan peristiwa yang mengakibatkan hubungan antara dirinya dan Linggar menjadi semakin renggang. Sebelum hal ini terjadi, komunikasi di antara keduanya telah buruk. Bahkan Pramudita seolah menutup diri dan akses dari siapa saja termasuk Linggar. Ditambah adanya

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 29 Tidak Fokus

    Tidak seperti hari sebelum-sebelumnya, permasalahan dengan Linggar nyatanya berdampak buruk hingga ke ranah pekerjaannya. Pramudita tak bisa fokus dengan pekerjaan yang sedang ia pegang. Isi kepalanya tersita dengan wanita yang tak kunjung keluar dari kamar.Pukul tujuh pagi, Pramudita baru menginjakkan kaki di kantornya. Meski keluar dari rumah masih subuh, ia memilih berhenti di jalan. Menepikan mobilnya dan merenungkan masalahnya. Ia bingung tak temu titik terangnya, tentu saja ia menyadari akan kesalahannya sendiri.Wajahnya kusut, tak ada gurat senyum sedikit saja di wajahnya. Beberapa sapaan karyawan tak ia tanggapi, jalannya cepat, setiap hentakkan langkah terlihat penuh amarah. Datar dan dingin, seperti Pramudita kembali ke mode semula. "Kamu kenapa, Bos?" Senopati mengerutkan keningnya. "Ada masalah?"Pramudita menghempaskan tubuhnya ke atas kursi kerjanya. Ia memijat keningnya yang terasa berdenyut kencang. Pikiran kembali bercabang banyak. "Jadwalku hari ini apa? Jika tid

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 30 Perang Bersaudara

    "Apa maksudmu?" Otot leher Pramudita seketika mengencang, matanya pun melebar. Di saat pikirannya tengah kalut Pradipta datang membuat suasana semakin rumit.Pradipta terkekeh. "Kenapa kamu marah, Mas? Apa ada yang salah dari ucapanku? Apa kamu tidak tahu bila selama ini Dik Enggar itu tidak pernah bahagia hidup satu atap denganmu? Hatinya itu setiap hari pasti terasa kelabu, Mas.""Lagi pula mana ada wanita yang bisa hidup bahagia dengan pria kaku seperti kamu, Mas. Dia juga tidak kenal dekat denganmu sebelumnya, 'kan? Bahkan pernikahan kalian itu terjadi hanya karena desakan dua pihak keluarga, Mas." Pradipta melipat kedua tangannya di depan dada."Kamu itu opsi kedua dari Linggar, Mas. Ibaratnya kamu ini adalah pemain cadangan." Kepala Pradipta menggeleng perlahan."Yang namanya perasaan tidak ada yang tahu, Dip. Kita hanya menjalani saja setiap harinya, seperti air mengalir." Pramudita membela diri.Alis Pradipta terangkat sebelah. "Oh ya? Kamu yakin Linggar akan jatuh cinta denga

Bab terbaru

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Hasutan

    "Kamu, kenapa senyam-senyum sendirian?" Wanita itu tampak tertawa, menatap wajah teman pria yang sedang tersenyum memegang ponsel di tangan. "Apa yang kamu lihat?" lanjutnya.Pria itu berdehem, wajahnya sumringah, kebahagiaan memancar begitu kental. Tidak ada keraguan sedikit saja. Ia memperlihatkan foto itu ke teman wanitanya, membuat tawa itu sirna dari garis wajahnya."Sudah lama aku suka sama dia, sayangnya aku tidak berani untuk mengungkapkan perasaan ini. Sepertinya selama ini pun dia hanya menganggap aku sebagai teman biasa saja. Menurut kamu bagaimana?" Pria itu menoleh.Kerutan di dahinya tampak semakin jelas. "Kamu kenapa cemberut? Apa kamu nggak suka aku ada perasaan sama dia?"Wanita itu menggelengkan kepalanya kuat, kemudian memunculkan senyuman penuh dengan kehangatan. "Siapa bilang? Aku bahagia sekali!""Apa saja yang sahabat aku lakukan, pasti aku bahagia!" Wanita itu bersorak dengan mengepalkan tangan ke depan."Terima kasih, Rim. Kamu tahu tidak bagaimana cara mende

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Kesalahan Aku

    "Aku dengar, kamu sempat menikah. Lalu, kenapa sekarang kamu ada di sini?" Wanita dengan rambut cokelat gelap itu menoleh, mengerutkan dahinya.Pria itu membuang napas, wajahnya tampak seperti tak ingin membahas permasalahan tersebut. Sayangnya, wanita itu bertanya lebih detail mau tak mau harus ia jelaskan lebih detail. Tidak mungkin ia biarkan wanita cantik yang beberapa bulan terakhir ini mengisi harinya menunggu lebih lama lagi."Dari siapa?" "Bukankah seharusnya kamu menikah dengan temanku, mengapa bisa bertukar menjadi kakakmu? Aku menunggu penjelasan darimu," jawabnya.Pradipta termenung sesaat, ia membenarkan jaket bulu tebal yang membungkus tubuhnya. Pandangan mata lurus menatap danau di hadapannya. Bibirnya tampak kelu untuk memberikan penjelasan lebih sebenarnya, hanya saja ia tidak ingin membuat wanita itu semakin bertanya-tanya.Wanita itu membuang napas, kemudian menundukkan wajahnya. "Mungkin pertanyaanku terlalu sensitif untukmu, tidak masalah jika kamu tidak ingin me

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Anak Genius

    Linggar dan Pramudita dianugerahi anak laki-laki yang sehat dan tampan. Kelahiran putra pertama mereka disambut hangat dan sukacita oleh kakek dan neneknya dari keluarga Linggar dan juga Pramudita, maklum saja dia adalah cucu pertama mereka. Abimanyu, nama sapaan si ganteng keturunan Pramudita.Wajah Abimanyu tampan seperti ayahnya sayangnya sikap dan perilaku menurun dari ibunya. Ibarat kata Abimanyu adalah Linggar versi laki-laki. Terkadang bisa teramat cerewet layaknya anak perempuan pada umumnya. Tapi, di usianya yang menginjak empat tahun ini banyak progres dari pertumbuhannya.Bahkan Abimanyu gemar membaca buku tentang IPA dan Matematika, membuat Linggar takut jika anaknya terlalu cepat dari anak-anak sebayanya. Apa lagi Abimanyu juga belum ikut paud, masih belajar atau tidak bersama dirinya. Tapi kecerdasan yang dimiliki Abimanyu sudah melebihi seusianya, antara sedih dan senang Linggar malah bingung sendiri. Ia takut jika kelebihan yang anaknya miliki adalah sebuah beban di ke

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Hamil dan Ngidam

    7 bulan kemudian.Linggar yang sedang hamil tidak bisa menahan nasabnya untuk ngemil. Setelah melewati masa tiga bulan yang penuh beban seperti sering muntah, tidak bisa makan apa pun kecuali bubur dan sering lemas di pagi hari, menginjak bulan keempat dan hingga sekarang, bulan ketujuh kandungannya membaik. Berbagai makanan mulai dari rujak sampai camilan ingin ia coba semua kecuali olahan dari susu sapi, iya mual tiap kali mencium bau susu. Kehamilannya justru membuat Pramudita senang, karena setiap pulang kerja selalu ada makanan yang diminta untuk dibelikan.Selama hamil ia juga merasa perlu badan cantik dan wangi, iya juga tidak suka parfum miliknya dan lebih suka menggunakan parfum milik sang suami. Alhasil, beberapa deret parfum yang telah ia beli isi botolnya masih terisi penuh. Berbeda dengan milik Pramudita yang tersisa hanya seperempat botol saja setiap minggunya."Mas Pram mana sih, kok nggak pulang-pulang." Linggar kembali menggerutu dengan memangku satu toples keripik si

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 81 Buah Hati

    "Kamu mau anak berapa, Sayang?" Pramudita memeluk erat tubuh istrinya dari belakang, mereka masih berbalutkan selimut. Wanita tersebut tampak kurang nyaman, matanya sedikit terpejam. Badan terasa remuk, terlebih suaminya selalu minta penyatuan lebih dari satu kali. Hal ini menguras tenaganya lebih banyak, tentu membuat tubuh semakin lemas. "Sayang, jangan tidur dulu dong. Kamu ingin anak berapa nanti?" tanya Pramudita dengan menggoyangkan tubuh Linggar, membuat wanita itu membuka mata kembali. "Apa, Mas? Memangnya kamu tidak ngantuk?" Mata Linggar masih tertutup. Pramudita menggeleng. "Siapa kata aku mengantuk, Dik? Aku tidak pernah mengantuk, yang aku inginkan hanya bersama kamu selalu." "Aku saja capek, Mas, masa kamu tidak? Kita istirahat sebentar saja, Mas, nanti kita main lagi." Linggar mengusap tangan Pramudita yang berada di perutnya. "Aku ingin anak dua atau tiga, Dik. Aku ingin membuat rumah kita menjadi ramai, saat aku pulang disambut anak-anak dan kamu tentunya. Pasti

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 80 Tidak Seperti Yang Dulu

    "Tini, aku ingin hubungan kita seperti dahulu kala. Apa kamu tidak ingin kita kembali memperbaiki hubungan kita?" Wanita dengan rambut digulung ke atas itu membuang napas kasar, wajahnya tampak tidak begitu antusias. Cenderung murung dan masam, bahkan pandangan matanya tertunduk. Tak menatap pria yang pernah ada di hatinya tersebut."Sudah aku katakan, Mas, aku tidak bisa. Hubungan kita telah berakhir dan aku tidak ingin memulainya kembali. Aku sudah menutup buku kenangan tentang kita, tidak akan ada lagi kita di masa depan. Sekarang aku hanya fokus untuk anak-anak saja," jawab wanita itu tegas."Kita menikah pun anak-anak pasti akan senang, Tini. Mereka akan bahagia melihat kedua orang tuanya kembali rukun. Apa lagi sudah lama mereka tidak pernah melihat kedua orang tuanya saling bahagia bersama," bujuk Juwanto.Aroma latte menguat di ruangan ber-Ac. Kartini memejamkan mata menikmati aroma yang begitu menggiurkan. Latte adalah salah satu kopi yang menjadi favoritnya sejak kepergian

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 79 Minta Bantuan

    "Kamu mau ke mana?" Pemaudita melipat kedua tangannya di depan dada, wajahnya tampak datar dengan rahang mengeras."Itu sudah menjadi tanggung jawab kamu, Dipta. Kamu ingin lari dari tanggung jawabmu?" Pria dua puluh tujuh tahun itu membuang napas panjang, berdebat dengan sang kakak selalu tak mendapat celah. Pramudita selalu berhasil membuat lawan bicara mati gaya. "Aku hanya ingin mencari ketenangan sebentar saja, Mas. Aku tidak pernah lari dari tanggung jawab, maka dari itu aku ingin kamu yang sementara ini memegang perusahaan. Satu tahun nanti aku akan kembali ke sini, Mas, aku hanya titip sebentar ke kamu. Tidak mungkin aku serahkan kembali ke Bapak 'kan, Mas? Bapak mana mungkin mau mengurus perusahaan," jelas Pradipta."Yang bisa mengurus itu hanya kamu, Mas. Aku percaya sama kamu, Mas. Lagi pula kamu bisa mengajak Linggar. Kalian bisa kerja sama berdua mengurus perusahaan 'kan, Mas? Ayolah, Mas, kamu pegang dua perusahaan. Aku satu bulan sekali bakal pulang," lanjutnya.Pramu

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 78 Perhiasan Cantik Hanya Kamu

    "Maaf, Dik, aku salah besar selama ini ke kamu. Maafkan aku." Linggar mengangguk, air mata terasa berada di pelupuk matanya. Ia tak dapat menahan rasa sedihnya melihat saudara sendiri memakai baju tahanan. Terlebih wajah kakak sepupunya itu begitu pucat dan melas, tidak seperti hati biasanya yang cantik dengan balutan riasan. "Terlalu banyak salah yang aku perbuat ke kamu ya, aku sampai bingung harus dengan cara apa aku meminta maaf ke kamu. Pasti jadi kamu pun tidak mudah, belum tentu hatimu lapang untuk memaafkan kesalahan aku. Tidak masalah, aku sama sekali tidak memaksa kamu untuk memaafkan kesalahanku." Wanita itu mengusap air matanya. "Setidaknya kamu masih mau bertemu denganku, artinya masih ada kesempatan aku untuk mengubah semua menjadi lebih baik. Maafkan kesalahanku, Dik.""Aku bahkan dengan sengaja merebut calon suami kamu di hari bahagiamu, Dik. Itu semua salah, aku sangat salah besar. Harusnya tidak seperti itu," lanjutnya berurai air mata."Iya, Mbak, aku sudah mema

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 77 Jatuh Cinta Kembali

    "... 7 tahun penjara." Wanita menangis tersedu-sedu, tak dapat berbuat apa-apa. Nasibnya telah final, palu telah terketuk. Tak hanya itu saja, selain hukuman penjara ia harus menanggung persidangan yang lain, sidang cerai. Dalam waktu berdekatan wanita itu melakukan dua kali persidangan. Sang suami tega melayangkan gugatan cerai atas apa yang sudah ia lakukan. Akibat satu kesalahan berakibat cukup fatal, hingga merambah ke jalinan asmaranya. Pernikahan baru seumur jagung harus kandas di peradilan agama. Teringat akan kesalahan yang bertumpuk-tumpuk telah diperbuat ke adik sepupunya. Dari mereka belia hingga detik tak pernah surut rasa iri yang tertanam di dalam hatinya. Entah apa pun yang dapat dicapai oleh adik sepupunya, ia selalu tidak terima akan timbul rasa tidak suka. Lebih lagi seluruh keluarga besarnya selalu membanggakan prestasi adik iparnya dan membandingkan dengan dirinya.Jiwa kecilnya selalu terbentuk untuk balas dendam. Lantas melakukan segala cara agar semuanya dapa

DMCA.com Protection Status