Share

Bab 28. Aku Tidak Cemburu

Author: Imamah Nur
last update Last Updated: 2023-12-09 08:53:39

Bastian pun digiring masuk ke dalam mobil polisi sedangkan kunci mobil sendiri ia serahkan pada seorang polisi agar membawa mobilnya.

Jam di ruang tengah lantai dua rumah berdentang sepuluh kali menandakan sudah jam sepuluh malam, tetapi Bastian tidak kembali ke kamar. Arandita pikir suaminya masih bicara panjang lebar dengan neneknya di lantai satu rumah mereka sehingga Arandita membiarkan begitu saja. Melihat keakraban antara nenek dan cucu yang ia lihat tadi, bukan tidak mungkin keduanya masih ingin melepaskan rindu satu sama lain karena sudah lama hidup secara terpisah.

Arandita menatap meja kerja Bastian yang kosong, sunyi, tak ada keberadaan sang suami di sana, padahal pada jam sepuluh malam sebelumnya, Bastian sudah duduk di sana dengan layar laptop menyala dimana memperlihatkan grafik-grafik yang membuat sakit mata bagi Arandita yang tidak paham. Meski malam-malam mereka dihabiskan dengan sendiri-sendiri dan seringkali tidak ada sekecap kata yang keluar dari mulut Bastian, tet
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 29. Kena Mental

    "Kak Leo! Ya Kak Leo, mungkin dia tahu kemana Mas Bastian sekarang pergi." Arandita menyambar ponselnya kembali yang sempat ia letakkan di atas ranjang lalu langsung menghubungi Leo. Untung saja sebelum pris itu pulang Arandita sempat meminta nomor teleponnya terlebih dahulu."Ada apa Aran?" Terdengar suara serak dari balik telepon. Arandita bisa menduga Leo pasti baru bangun tidur."Kak Leo ada dimana?""Apartemen, ada apa? Bastian menyakitimu?" Leo langsung duduk dari posisi berbaringnya."Mas Bastian ada di tempatmu?" tanya Arandita mengabaikan pertanyaan dari Leo, kali ingin Arandita sudah mulai panik."Tak ada, aku seorang diri di sini. Kenapa dia pergi? Kalian ada masalah?""Tidak Kak, cuma aku tidak tahu dia kemana. Mungkin Kak Leo bisa bantu hubungi teman-temannya karena aku tidak tahu harus menghubungi kemana lagi. Aku khawatir Kak, takut kenapa-kenapa dengan dia. Mau tanya sama nenek dan papa takut menggangu tidur mereka.""Haah! Yasudah kamu tenang saja, aku akan cari infor

    Last Updated : 2023-12-09
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 30. Kantor Polisi

    "Iya Aran, tadinya aku ingin meneleponmu tapi tak sengaja melihatmu di dalam mobil, jadi aku langsung ikuti dan belok ke sini," jelas Leo. Kini Arandita masih nampak diam tertegun, syok."Sebaiknya kau pulang biar aku yang ke kantor polisi!" saran Leo dan Arandita menggeleng."Aku ikut denganmu," putusnya."Kau yakin Aran? Ini tengah malam, loh." Leo terlihat ragu dan Arandita malah mengangguk mantap."Sebentar lagi juga pagi, pak sopir bisa kembali dan ... sampaikan berita buruk ini pada nenek." Kini Arandita menatap wajah pak sopir yang juga terlihat kaget."Ba–baik Non," sahutnya sedikit ragu."Nona tidak apa-apa saya tinggal? Tidak apa-apa jika hanya bersama Den Leon?" lanjutnya. Pria itu sudah lama bekerja pada Bastian dan sedikit banyak tahu soal Leo yang bergonta-ganti wanita sebelum akhirnya pria itu memutuskan ke luar negeri."Tenang Pak saya tidak akan berbuat buruk pada Aran, dia istri sahabatku," ucap Leon menyakinkan."Baik, aku harap Den Leon amanah, walau bagaimanapun N

    Last Updated : 2023-12-10
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 31. Tersudut

    "Apa! Mengundurkan diri? Bagaimana mungkin ini terjadi?" Rafi begitu geram mendengar kabar yang disampaikan penelpon."Siapa?" tanya Bastian sambil memandang dengan ekspresi bingung pada wajah sang asisten."Pengacara yang semalam datang ke sini tiba-tiba meminta maaf dan mengatakan tidak bisa membantu," ujar Rafi dengan wajah penuh sesal."Sudahlah tak perlu dibikin ribet, cari yang lain saja," ujar Bastian dengan santai."Tapi selama ini beliau dikenal sebagai lowyer yang paling kompeten," ujar Rafi benar-benar menyayangkan hal itu."Apa alasannya?""Anaknya yang di luar negeri sakit keras, jadi dia harus segera melakukan penerbangan secepatnya.""Oh, masih bisa ditoleransi, keluarga adalah segala-galanya.""Iya Pak tapi beliau sama sekali tidak profesional, seharusnya–""Sudahlah! Keluarga adalah segala-galanya. Kita lebih baik kehilangan pekerjaan daripada kehilangan keluarga. Kau tahu Raf, kehilangan Friska saja masih terasa sesak di dada apalagi kalau sampai kehilangan putra-put

    Last Updated : 2023-12-11
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 32. Mulai Dekat

    Arandita terlihat ragu, tapi kemudian ia meyakinkan diri."Tentu saja, kalau memang Mas Bastian seorang pembunuh, mungkin aku tidak akan bernafas lagi dan sekarang tidak akan berada di sini. Sudah pasti Mas Bastian akan melenyapkanku juga, bukankah aku malah merepotkan buat Mas Bastian?""Siapa bilang kau merepotkan? Tapi aku senang kau bisa percaya padaku di saat yang lain tidak bisa mempercayaiku," ujar Bastian lalu memeluk erat tubuh Arandita."Terima kasih," ucapnya lirih di telinga Arandita. Arandita yang mendadak dipeluk oleh Bastian jadi kaku dan bingung akan bersikap seperti apa."Semua orang masih percaya pada Mas Bastian," balas Arandita dan Bastian menggeleng."Rafi dan Leo meragukanku," ucapnya membuat Rafi yang mendengar hanya bisa menggelengkan kepala."Sepertinya Pak Bastian salah paham," ucap Rafi, tetapi Bastian mengacuhkannya."Papa juga, kenapa sampai saat ini belum kembali, apa belum cukup dia mengabaikanku seumur hidupnya?" "Mas!" Arandita menepuk bahu Bastian yan

    Last Updated : 2023-12-11
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 33. Keras Kepala

    "Bagaimana menurut Pak Leo? Apakah akan kita berikan saja?" Sebelum menjawab pertanyaan dari Arandita terlebih dahulu Rafi meminta pendapat dengan Leo."Kalau tidak diberikan dia akan marah padamu dan akan merasa tidak dihargai sebagai istri Bastian. Jadi tidak ada cara lain selain memberikan rekapan itu," ujar Leo memberikan persetujuan walaupun sebenarnya tidak ingin Arandita terlibat dalam hal itu. Tidak dipungkiri seseorang yang melaporkan Bastian ke kantor polisi pasti memiliki maksud terselubung dan seperti perkiraannya akan menyingkirkan siapapun yang menghalangi jalannya untuk membuat Bastian hancur."Baiklah," ucap Rafi dan langsung mengetikkan beberapa opsi pada chat-nya dengan istri atasannya.[ Friska meninggal setelah beberapa jam bertemu dengan Pak Bastian, setelah sebelumnya meminta Pak Bastian untuk segera menikah dengannya dan pak Bastian menolak karena terlalu merasa terlalu mendadak dan saat itu masih pusing dengan beberapa projek yang hampir gagal.] Send.Rafi meng

    Last Updated : 2023-12-12
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 34. Permintaan Pramoedya

    "Tidak beres bagaimana?""Bagaimana ya Pa, Aran tidak bisa menjabarkan karena belum tentu benar, tetapi kalau menurut pemikiran Aran, yang membuat laporan sendiri yang terlibat dalam pembunuhan ini, tapi ya itu, ini semua hanya kecurigaan Arandita semata dan masih belum terbukti."Pramoedya menatap wajah Arandita dengan intens. Riak muka menantunya benar-benar serius."Terima kasih sudah perduli pada putraku meskipun pernikahan kalian ... saya percaya padamu." Pramoedya menepuk bahu Arandita lalu mengajak pengacara masuk ke dalam rumah."Aran kau juga masuk, mungkin ada yang mau disampaikan pada beliau," ujar Pramoedya sambil melirik ke arah pengacara yang ia sewa."Baik Pa." Arandita pun masuk ke dalam rumah mengekori dua orang pria yang berjalan di depan. Ketiganya pun mengobrol serius di ruang tamu. "Cih sok penting dia, pakai ngasih usul-usul segala. Emang dia tahu apa tentang hukum? Heh, mau cari muka aja!" Agresia menatap ke arah Arandita penuh kebencian. Apapun yang dilakukan

    Last Updated : 2023-12-14
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 35. Bimbang

    ~~~Cinta bisa datang dan pergi sesukanya. Namun, terkadang manusia lupa jika rasa itu datangnya dari sang pemilik takdir yang meniup hingga menembus dinding hati. Sebesar apapun ditentang takkan mampu untuk berpaling dan kembali.~~~"Bagus kalau begitu buktikan pada Papa kau layak dijadikan pemimpin yang mampu menghadapi setiap masalah," ujar Pramoedya dengan senyuman tipis."Sial! Papa ingin mengujiku dengan cara begini? Tidakkah ini perkara yang sangat berlebihan dan sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan," ucap Bobby dalam hati, tak sanggup lagi jika mengeluarkan suara menentang permintaan papanya."Baiklah, kalau begitu Bobby temui Bang Bastian dulu untuk berbicara hal penting," ucapnya lalu pergi meninggalkan ruang tamu."Kalau begitu saya permisi dulu Tuan," ujar pengacara seraya bangkit dari duduknya dan menyalami Pramoedya serta Arandita."Terima kasih, saya harap Anda bisa membantu putra saya," ucap Pramoedya."Jangan khawatir saya akan berjuang, tetapi bant

    Last Updated : 2023-12-15
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 36. Layu Sebelum Berkembang

    Tok tok tok!"Aran buka pintunya!" Pria di luar pintu masih berusaha memanggil Arandita. Sayangnya Arandita tak lagi mendengar karena pikirannya sudah tidak ada di tempat itu."Tidak jangan ganggu aku, tidak!" desis Arandita sambil menutup telinga. Peluh semakin deras sampai membasahi baju yang dipakai Arandita."Aran buka pintunya, kalau tidak aku dobrak dari luar!" ancam pria di luar."Tolong pergi dari sini! Jangan sentuh aku!" Arandita menangis sendiri dan sesekali terisak."Siapa di dalam?!" teriak pria di luar karena takut ada yang menyusup ke kamar Arandita dan melakukan kejahatan apalagi mengingat Arandita ada keinginan untuk mengintai musuh dikandang lawan. Bisa saja ada yang ingin melenyapkan Arandita sebelum mendapatkan bukti-bukti yang ingin ia ungkap."Tidak! Tidak lepaskan aku! Aku tidak bersalah, hiks ... hiks, aku hanya difitnah. Tolong lepaskan aku!""Jangan mendekat, jangan sakiti aku lagi!" "Auw sakit." Terdengar suara rintihan dari mulut Arandita.Racauan Arandita

    Last Updated : 2023-12-15

Latest chapter

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 144. Ending

    Apa iya air susunya tidak enak? Kalau iya kenapa baru sekarang hal ini terjadi? Kenapa tidak sebelumnya Brian menolak ASI-nya? "Sabar Non, Nyonya besar hanya salah bicara, beliau tidak bermaksud membuat Non Aran sedih." "Iya Bik." Arandita mencoba tersenyum meskipun wajahnya masih terlihat pias. Bagaimanapun dia tidak bisa menyembunyikan raut kekecewaannya. "Kalau masih menyusui jangan makan sembarangan, itu ngaruh pada kesehatan anak," ucap nenek lagi dan Arandita hanya manggut-manggut tanpa mau protes sedikitpun. "Atau kamu masuk angin? Bik tolong ambil kerokan dan minyak kayu putih! Biasanya kalau Bastian memuntahkan air susu waktu kecil Amira meminta tolong untuk dikerokin dan akhirnya Bastian mau menyusu lagi." "Oh jadi Mas Bastian juga pernah begini Nek?" Anggukan nenek membuat Arandita dapat menghembuskan nafas lega. Baginya mungkin Brian menurun dari papanya. Bik Lin datang dengan tergesa-gesa dengan benda yang diminta oleh nenek. "Ayo dibuka bajunya biar Brian di

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 143. Penolakan.

    Agresia tidak menggubris seruan Arandita dan malah bergerak cepat menuju pagar rumah yang terbuka lebar. "Cegah dia jangan sampai kabur!" perintah Bastian pada beberapa anak buahnya. Tidak menunggu lama pintu pagar sudah ditutup dan Agresia kebingungan untuk keluar dari pekarangan rumah tersebut. "Gres tunggu!" Akhirnya Arandita bisa menangkap tangan Agresia. "Apa kabar kamu?" "Seperti yang kamu lihat Aran, maaf kalau aku ikut numpang makan di tempat ini. Aku tidak tahu kalau ini adalah rumahmu. Aku pikir kamu masih tinggal di rumah papa." Agresia menunduk dan meremas kedua tangannya. "Tidak masalah siapapun bebas makan di tempat ini karena ini adalah acara syukuran anak pertama kami. makanya pintu pagar kami dibiarkan terbuka lebar biar siapa saja boleh masuk." "Oh ya, selamat ya!" "Makasih." "Jangan pergi, bergabunglah dengan kami semua." "Maafkan atas semua kesalahanku di masa lalu Aran, Aku menyesal sekarang." Arandita menatap Agresia dengan pandangan iba kemudia

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 142. Bertemu Kembali

    "Bastian!" Leo menatap wajah Bastian dengan tatapan sendu. "Maaf aku baru bisa kemari. Istriku melahirkan dan baru saja sadar dari pingsannya." "Arandita pingsan?" Bastian mengangguk. "Tapi sudah enakan." "Lebih baik kamu nggak usah kemari, jangan tinggalkan Arandita sendirian, nanti kalau ada apa-apa bagaimana?" "Ada Bik Lin dan juga papa." Leo menatap Bastian kemudian pada Bobby yang mengangguk kecil. "Paman Pramoedya ... tolong sampaikan maafku pada beliau atas kesalahan Mommy. Semasa hidup Mommy mengatakan ingin meminta maaf langsung pada Paman Pram, sayangnya beliau tidak mau datang menemui Mommy. Saat kami mencoba menemui, beliau selalu menghindar. Aku mengerti beliau masih marah sama perbuatan mommy. Selama tinggal bersamaku mommy mengatakan menyesal melakukan itu semua. Tolong ya Bas bujuk paman Pram agar mau memaafkan mommy biar jenasahnya bisa tenang." Bastian menepuk bahu Leo. "Nanti aku sampaikan. Kamu tidak perlu memikirkan yang lain urus saja pemakaman mom

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 141. Kita Akan Selalu Bersama

    Saat dokter sedang memeriksa Arandita tangis bayinya mereda. Hal itu membuat suster langsung menaruh bayinya ke dalam box bayi. Namun hal itu tidak membuat otot-otot Bastian yang tegang kembali rileks. Dia masih belum bisa bernafas dengan tenang selama kondisi istrinya belum dinyatakan membaik. "Bagaimana Dokter?" tanya Bastian masih dengan wajah pucat karena rasa khawatir yang berlebihan. "Tuan tenang saja sebentar lagi Nyonya Arandita akan sadar." "Saya tidak bisa tenang jika Istri saya belum siuman," ucap Bastian kesal. Bagaimana mungkin dokter menyuruh dirinya tenang sementara Arandita masih belum sadar dari pingsannya. "Sebentar lagi, tidak ada yang serius pada diri pasien mungkin hanya kelelahan saja." Bastian tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Dia hanya menelpon Bik Lin dan memintanya untuk datang ke rumah sakit. Dia perlu teman untuk menunggui Arandita dan bayinya. Saat Bik Lin meminta sopir untuk mengantarkan dirinya ke rumah sakit Pramoedya mendengarnya lalu me

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 140. Hari Kelahiran dan Kematian

    "Sudah apanya?" tanya Bastian tidak sadar. "Sudah dijahit," jawab dokter seraya tersenyum ramah. "Oh." Bastian manggut-manggut. "Ini Tuan putranya, silahkan diadzani," ucap suster menyerahkan bayi yang baru lahir itu ke tangan Bastian. Ternyata bayinya sudah selesai dibersihkan. Bastian menerima bayi tersebut dan mengadzaninya. Selama melantunkan kalimat adzan Arandita terdiam menghayati kalimat tersebut. Ia terharu sampai menitikkan air mata karena telah dipercayakan oleh Tuan untuk merawat seorang anak yang lahir dari rahimnya sendiri. Sungguh itu adalah rezeki yang tidak terkira. Ditambah lantunan suara adzan dari bibir Bastian mengalun merdu dan syahdu. Arandita tidak menyangka suara Bastian begitu indah dan lembut menyentuh pendengaran. Suaminya itu seolah muadzin yang kerapkali mengumandangkan adzan di masjid-masjid. Setelah selesai Bastian mengecup kening putranya. "Selama datang jagoan Ayah! Selamat bergabung di keluarga kecil kita." "Sekarang dia harus di IMD Tuan,"

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 139. Melahirkan

    "Pasti, kami akan berusaha semaksimal mungkin Tuan. Tuan tenang saja saya lihat keadaan istri Anda tidak ada masalah dengan kesehatan maupun kandungannya. Jadi insyaallah proses persalinannya akan berjalan lancar." "Aaamiin ya Allah. Saya boleh menemani istri saya Dok?" "Oh tentu saja boleh, ini bisa menjadi semangat juga untuk istri Anda." Bastian mengangguk dan dokter mempersilahkan Bastian untuk ikut masuk sebelum akhirnya menutup pintu. Kini Bastian dan Arandita berada dalam ruang persalinan dibantu oleh seorang dokter dan seorang perawat. Arandita meringis kesakitan kala perutnya mengalami kontraksi kembali. "Aduh sakit Mas," rintihnya lalu kembali turun dari tempat tidur dan berjalan ke sana kemari sambil menahan rasa sakit. "Rasanya aku nggak tahan dengan sakitnya," keluh Arandita, bahkan perempuan itu duduk berdiri duduk berdiri untuk meminimalisir rasa sakit. "Kalau sakit itu tandanya normal karena ada pergerakan dari bayinya. Justru kalau tidak sakit itu yang perlu

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 138. Kontraksi

    Beberapa bulan kemudian Bastian baru pulang ke rumah setelah malam sudah semakin larut. "Kemana aja sih Mas, baru pulang. Dari tadi perutku sakit terus ini," protes Arandita sambil menyalami tangan Bastian lalu membantu membuka jas suaminya. "Biar aku yang naruh tasnya. Sekarang masih sakit?" "Nggak, mungkin karena sudah melihat papanya datang anak kita kembali anteng." "Ternyata kangen juga dia sama papanya ini. Sorry ya Sayang tadi lupa ngabarin, tadi aku sibuk banget. Abis nganterin Rafi ke panti asuhan terus ke rumah sakit," jelas Bastian lalu mencium perut istrinya yang buncit. "Papa kangen sama kamu. Jangan nakal sama mama, kasihan dia sudah gendong kamu selama 8 bulan lebih." Bastian lalu mengusap perut Arandita dengan lembut. "Waduh dia nendang Sayang, mungkin kesal dan mau ikutan protes karena papanya pulang telat," ucap Bastian lalu terkekeh. "Mas ke panti asuhan jenguk putranya Friska?" Bastian mengangguk. "Rafi mau menjemput dia kembali setelah dititipkan pada

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 137. Suami Siaga

    Akibat janjinya pada Arandita akhirnya Bastian mengalah dan memilih tinggal di rumah Pramoedya untuk beberapa hari ke depan sebab di sana banyak orang yang bisa dimintai tolong untuk mengawasi istrinya yang hamil selama dia pergi ke kantor. Jangan lupakan bahwa Arandita menginginkan makan masakan Bobby setiap hari dan Bastian sudah menyetujuinya dalam waktu 7 hari saja. Oleh karena itu agar lebih mudah dalam mengabulkan permintaan Arandita Bastian memilih tinggal di rumah lamanya ini. "Abang yang punya istri kok saya yang dipaksa masak terus?" Kadang Bobby juga protes saat Bastian meminta Bobby menyiapkan makanan untuk Arandita di pagi-pagi buta padahal pria itu masih mengantuk. "Ya mau gimana lagi orang itu ponakan kamu yang menginginkan, mau punya ponakan ileran?!" Begitulah selalu jawaban Bastian yang membuat Bobby mendesah kasar lalu melakukan apa yang diminta oleh Bastian. Selama Bobby memasak Bastian menemani di dapur bahkan terkadang keduanya bekerjasama jika dirasa Bobby sa

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 136. Badmood

    "Ya Allah Sayang, aku jadi bingung harus bahagia atau sedih ini?" Bastian benar-benar bingung, di satu sisi dia senang akan segera mendapatkan momongan Namun, di sisi lainnya dia juga sedih karena dengan kehamilan Arandita membuat dirinya harus menjauh dari sang istri. Sepertinya bayi dalam kandungan Arandita tidak menyukai ayahnya sendiri karena selalu merasa bau saat berdekatan dengannya. "Pokoknya Mas tunggu di situ aja, nggak usah masuk kamar mandi!" Arandita menunjuk ke sisi Bastian. Bastian langsung tidak bergerak. Arandita masuk ke dalam kamar mandi dan muntah-muntah di sana. Bastian menatap punggung Arandita dengan rasa iba. Ia ingin berbuat seperti suami yang lainnya yang siap siaga dan memijit belakang leher istrinya yang sedang muntah, tetapi apa daya Arandita malah melarangnya dan Bastian sendiri tidak mau Arandita semakin muntah jika dirinya mendekat. Saat selesai muntah Arandita mengibaskan tangan agar Bastian menyingkir dari tempatnya berdiri saat ini. "Ngenes ama

DMCA.com Protection Status