Ini sudah hampir jam Sebelas Malam. Mobil yang membawa Hanzero dari bandara sudah berhenti di depan gerbang Rumahnya. Seorang Satpam terlonjak kaget setelah mendengar bunyi klakson dari sang sopir berulangkali. Lalu terburu berlari untuk membukakan pintu Gerbang."Ada apa ini? Bukankah Tuan keluar kota? Kenapa sudah pulang tanpa memberitahu terlebih dahulu?" Bertanya, tapi pada diri sendiri.Mobil memasuki Halaman dan terparkir rapih. Pintu belakang terbuka sebelum sang sopir sempat turun untuk membukakan."Tuan, anda sudah pulang?" Sapa Sang satpam.Hanzero hanya mengangguk tanpa suara. Dia hanya fokus pada seorang pelayan pria yang terlihat berlari kecil dari dalam untuk membukakan pintu. Hanzero langsung saja masuk, tanpa bertanya keadaan Rumah seperti yang biasa ia lakukan jika dari pergi ke luar kota. Pria itu tidak lagi peduli sekeliling,segera melangkah seperti sedikit berlari ke arah tangga.Sementara lima menit yang lalu sebelum Hanzero sampai di gerbang,Di kamar Arumi yang
Ini sudah tengah malam, tapi pasangan suami istri itu masih belum tidur. Rupanya mereka belum selesai dengan urusannya.Hingga beberapa saat , Hanzero yang tadi berada diatas tubuh Arumi sekarang sudah pindah posisi. Duduk di sebelah Arumi. Biasanya setelah beraktivitas seperti ini dia akan terlihat lelah dengan nafas naik turun tak beraturan. Tapi kali ini berbeda, wajahnya begitu semangat. Tidak terasa lelah sedikit pun. Mengusap keringat yang masih mengalir di rahangnya, lalu mengusap keringat di wajah Arumi yang nampak lelah. Kecupan berulang kali di kening dan pucuk kepala istrinya. Kemudian bangun dari Ranjang."Mau ke kamar mandi? Biar aku gendong ya?" Arumi hanya mengangguk saja.Hanzero melilit tubuhnya dengan handuk, kemudian menarik tubuh Arumi untuk di lilit handuk juga.Dengan tersenyum lebar, pria itu mengangkat tubuh Arumi dan membawanya ke kamar mandi."Jangan lama lama sayang .. Dingin." Ucap Hanzero. Hanya di balas anggukan Arumi.Hanya beberapa saat mereka membersih
"Aduh..! Kenapa dokter lama sekali sih?" Keluh Shela."Sabar Nona. Mungkin jalanan macet." Sahut seorang pelayan wanita. Ada beberapa Pelayan berdiri disana. Raut wajah mereka ikut khawatir setelah mendengar Nona Muda Arumi jatuh pingsan dan belum juga sadar sampai saat ini.Shela cepat menoleh ketika mendengar derap langkah dari ujung tangga."Dokter Harun..!" berlari menyambut siapa yang datang."Siapa yang sakit?" Tanya Dokter yang datang baru saja datang sendirian itu."Nona Arumi. Ayo cepatlah. Kami sangat khawatir." Shela langsung menarik tangan Dokter Pria itu tanpa basa basi lagi ke dalam kamar Hanzero." Harun! Tolong Menantuku Hiks.. hiks.." Mama langsung menghampiri saat melihat Sang Dokter sudah datang."Tolong istriku Harun!" Ucap Hanzero yang juga langsung berdiri."Tenang dulu. Saya akan segera memeriksa. Semoga Nona Arumi baik baik saja."Semua orang menyisih saat Dokter menghampiri Arumi. Dokter memeriksa suhu badan Arumi,mulut, mata dan detak nadi bahkan detak jantun
Suasana dalam Rumah ini benar benar sedang riuh dengan suara kegembiraan semua orang. Di dalam kamar, Mama masih memeluk Arumi dengan suara bisingnya yang terus berteriak senang."Oh.. Rumi! Menantuku sayang… Terima kasih Nak, sudah mengandung cucuku. Akhirnya doa Mama terkabul. Ya Ampun. Aku bahagia sekali!" Menusuk nusuk pipi gembul Arumi dengan ibu jari, lalu meremas pipi Arumi karena saking gemesnya. Terakhir mengelus elus perut rata Arumi.Hanzero sendiri bergandengan tangan dengan Shela, mereka berdansa ria."Istriku Hamil! Istriku hamil!!""Mau dapet keponakan. Yes!"Arumi tersenyum melihat tingkah mereka. Hatinya terharu menyaksikan bagaimana semua orang begitu senang dengan kehamilannya.Di sudut kamar, Dokter Harun dan Dokter Santi selaku Dokter spesial kandungan itu saling tertawa, ikut merasakan kebahagiaan mereka. Dokter Harun terpingkal sampai memegangi perutnya. Bukan tertawa senang Rupanya, tapi sedang menertawakan tingkah lebay semua orang yang ada di kamar ini."Huh.
Meeting akan segera dimulai. Beberapa orang sudah mulai memasuki ruangan.Arpha tentu sudah berada disitu sejak Lima belas menit yang lalu. Terlihat beberapa kali menarik nafas gusar. Sebentar menoleh dan sebentar menoleh lagi. Yang diharap datang rupanya belum juga nampak.Dia kembali pada laptopnya."Selamat pagi Tuan Arpha. Anda sudah datang?" Sapa Tuan Bram yang baru saja memasuki ruangan.Arpha menoleh, bukannya langsung menjawab tapi malah celingukan seperti sedang mencari seseorang yang lain."Tuan Arpha. Anda mencari siapa?" Tanya Bram."Oh, tidak ada Tuan. Hanya, apa anda datang sendirian?" Sambil memiringkan kepala."Oh iya." Jawab Bram. Sedikit merasa Aneh dengan Pertanyaan Arpha, tumben sekali perhatian dengan dirinya?"Oh iya. Saya sendiri.""Hem. Biasanya, sekretaris Anda selalu setia? Kemana dia?" Tanya Arpha. Karena dia sebenarnya sangat tidak sabar ingin bertemu dengannya. Cie.. ( Jangan dikira Arpha naksir sama sekretarisnya Tuan Bram ya?)"Oh. Melinda. Hari ini dia
Arpha mengetuk pintu dengan tidak sabar, hingga ia mengetuknya beberapa kali. Tindakan Arpha malah seperti seorang depkolektor yang mau nagih hutang.Arpha pun semakin kesal karena tak kunjung ada jawaban dari dalam rumah." Sabar Tuan, mungkin melinda tidak mendengarnya. Sebentar saya telpon saja."Aprha mendengus kesal." Kenapa gak dari tadi!"Tuam Bram tidak memperdulikan omongan Arpha. Ia sedang berusaha menghubungi Melinda. Untuk memberitahu keberadaannya mereka di depan rumahnya.Melinda yang memang sedang tidak enak badan sedang meringkuk di bawah selimut di kamarnya. Sayup sayup Ia mendengar orang mengetuk pintu.Awalnya ia tak merasa terganggu tapi lama lama ketukannya malah seperti orang mau nagih hutang" Ih. Siapa sih yang mengetuk pintu! Orang mau bertamu apa menagih hutang!" Melinda mendengus kesal.Ia beringsut hendak turun dari ranjang tapi Ia dikagetkan dengan suara ponselnya." Astaga. Siapa lagi coba? Padahal hari ini gue pengen istirahat tapi apalah daya ada saja g
'Sial. Cantik begini dibilang Gajah!' Batin Melinda. Matanya memicing sebelah untuk mengintip, dia hanya pura pura pingsan Rupanya. Lalu buru buru menutup matanya kembali rapat rapat saat Arpha mendekat. Nafasnya sengaja diperlambat seolah Seperti seseorang yang sedang pingsan begitu.Arpha menyadari itu dan tersenyum sinis. Dia menggeser langkahnya sedikit menjauh. Sementara Tuan Bram terlihat begitu khawatir dengan keadaan Melinda. Karena setahu dia, Melinda ini mempunyai jantung lemah. Tidak bisa di marahi atau ketakutan. Dia pernah beberapa kali pingsannya saat Bram marah padanya. Oleh sebab itu , Bram tidak pernah lagi membentak atau memarahi Melinda lagi walaupun dia bersalah.Untung saja Bram menyukai jenis wanita bohay Seperti Melinda ini, jika tidak,sudah pasti Melinda ini sudah lama di pecat Tuan Bram. Tuan Bram bahkan masih tetap mempertahankan Melinda walaupun sering kali kesal padanya.Berbeda dengan Arpha , dia tau wanita itu hanya berpura pura pingsan. Dia menendang so
"Tunggu Sebentar. Saya akan berganti dahulu." Akhirnya, dengan wajah yang tertekuk tekuk berat Melinda menarik lesu kakinya ke kamarnya untuk berganti baju."Hanya mengangkat panggilan saja menjadi masalah. Apalagi kalau mengangkat orangnya. Duh! Bisa kiamat paling paling. Dasar orang kaya!" Melinda terus saja mengumpat sambil memasukan beberapa barang yang dianggapnya perlu dibawa. Kembali memoles makeup dan kembali melangkah lesu menemui dua pria yang masih menunggunya di ruangan depan."Tuan, saya sudah siap." Melinda mendekati Tuan Bram."Maafkan saya ya Tuan Bram. Saya harus ikut Tuan Arpha ke Jakarta- dulu untuk meluruskan masalah ini. Saya akan segera kembali Setelah masalah ini selesai." Ucap Melinda."Iya. Hati hati ya." Sahut Tuan Bram. Matanya terkesima melihat penampilan seksi Melinda yang menurutnya begitu menggoda. Ini adalah kebiasaan dari Melinda yang sangat disukai Tuan Bram. Body aduhai dengan balutan pakaian ketat yang membuat penampilan Melinda semakin membuat pria
Hampir seperapat jam, akhirnya mobil Hanzero tiba di klinik.Hanz memarkirkan mobilnya.Hanz keluar, lalu memanggil suster untuk membantu Arumi.Dua orang suster mengikuti Hanz sampai mobil dengan membawa brankar.Tiba di mobil Hanz langsung menyuruh Mama keluar terlebih dulu, lalu setelahnya Hanzero membantu Arumi untuk keluar."Pelan pelan Hanz." ucap Mama.Perlahan Hanzero mengendong Arumi, lalu memindahkannya membaringkan tubuh Arumi di atas brankar.Kedua suster mendorong brankar masuk ke dalam klinik.Hanz selalu setia menemani, tanggannya menggenggam erat tangan Arumi, berjalan bersebelahan dengan brangkar. Sedangkan Mama mengikuti dari belakang.Tidak berapa lama tiba di ruang bersalin."Maaf. Yang bisa masuk hanya satu orang." ucap suster memberitahu."Kamu saja yang masuk, temani Arumi." ucap Mama pada Hanzero. Hanzero mengangguk lalu ikut masuk bersama suster.Mama tahu setiap istri yang melahirkan pasti ingin di temani suaminya, sama halnya dengan Mama dulu saat melahirkan
Arumi kontraksi!Arumi menunggu Hanz di dalam mobil. Arumi sudah tidak sabar untuk menyantap belalang goreng.Liurnya sudah ingin menetes membayangkan betapa renyahnya belalang berpadu gurih l,pedas manisnya bumbu.Uh! Pasti sangat nikmat.Ngidam yang ektrim bukan?Arumi pun baru kali ini sebenarnya, sebesar ini Arumi belum pernah merasakan namanya belalang goreng atau mungkin ini bawaan bayi? Entahlah!Hanz kembali kedalam mobil setelah mendapatkan apa yang di inginkan istrinya. Sebagai suami yang baik Hanz selalu melakukan apa saja yang membuat Arumi bahagia, asal itu tidak melanggar norma norma yang ada."Ini Sayang." Hanz mengulurkan tangan yang memegang satu cup berisi belalang goreng pedas manis.Hanz sendiri sebenarnya agak ngeli jika melihat melihat hewan sejenis belalang. Apa lagi untuk memakannya.Tidak dulu deh!Kres!Kres!Terdengar bunyi belalang saat Arumi mengunyahnya. Hanzero hanya menatapnya dengan tatapan aneh. Tidak berapa lama Hanz kembali tersadar, Ia pun menyala
Hoam. Arumi menutup mulutnya.Saat ini Arumi baru saja bagun tidur siang, Arumi tersenyum pertama kali ketika membuka mata pemandangan indah ada di hadapannya.Bagaimana tidak!Wajah Hanzero berada tepat di hadapan wajahnya. Malam tadi mereka tidur saling memeluk satu sama lainya.Arumi membelai wajah tampan Hanzero, hidung mancung, alis tebal ukiran wajah yang indah membuat ketampanan nya semakin bertambah.Semakin hari Arumi semakin memupuk cintanya hingga tumbuh subur di dalam hati.Ketika Arumi sedang fokus membelai wajah Hanzero, tiba tiba Hanzero membuka mata."Sudah puas belum, lihat suamimu yang tampan ini." goda Hanzero.Membuat Arumi reflek melepaskan tangannya.Pipinya pun memerah merona karena malu.Hanz suka melihat Arumi saat tersipu malu seperti saat ini." M_mas udah bangun." Arumi mengalihkan pembicaraan."Mas udah bangun sebelum kamu bangun tadi." jawab Hanzero, yang membuat Arumi membuka mulutnya lebar.' Ya ampun, berarti Mas Hanz tahu dong! Aku menciumnya tadi.' b
Lubis memperhatikan gambar yang di tunjuk Alika, raut wajahnya seketika berubah.Lubis memperhatikan foto USG yang ada di tangannya.Mata berbinar memancarkan kebahagian."Alika! Apa keponakan ku laki laki?" tanya Lubis dengan nada sangat bersemangat.Alika mengangguk."Ia Mas, menurut hasil USG ini bayi Vanya berjenis kelamin laki laki." "Haah!" Lubis memeluk Alika dengan penuh rasa bahagia."Alika, Aku sungguh bahagia mendengar kabar ini." ucap Lubis yang masih memeluk Alika erat.Sedari dulu Lubis memang sangat menginginkan bayi laki laki, namun Tuhan belum menghendakinya.Dan sekarang!Lubis akan memiliki keponakan laki laki. ______Hubungan Lubis dan Hanzero berangsur membaik setelah kejadian tempo lalu. Bukan hanya dari hubungan bisnis saja tapi di kehidupan pribadinya juga.Arumi sering mengajak berkunjung ke kediaman Lubis untuk sekedar menjenguk Vanya.Walau Vanya sendiri tidak pernah berinteraksi langsung dengan Arumi. Karena memang Vanya banyak melupakan orang orang di
Dokter Lidia tersenyum, lalu pandangannya mengarah ke layar. "Sepertinya Dede bayi masih malu malu, tuh liat di sembunyikan." ucap Dokter Lidia terkikik pelan.Posisi bayi saat ini sedikit memiringkan tubuhnya hingga bagian alat kelaminnya tertutupi.Hanzero dan Arumi menarik sudut bibirnya mengukir sebuah senyuman.Ini yang pertama bagi Arumi dan Hanzero jadi mereka begitu bahagia saat mendengar detak jantung bayinya untuk yang pertama kali.Di dukung dengan fasilitas kesehatan yang sudah canggih, bisa melakukan USG 3 Dimensi."Sepertinya memang seperti itu Dok." ucap Hanzero.Setelah pemeriksaan selesai, Arumi kembali duduk.Dokter Lidia menjelaskan apa apa saja yang boleh Arumi lakukan.Setelah selesai Arumi dan Hanz keluar ruangan Dokter.Hanz mengandeng Arumi, berjalan hendak keluar."Hanzero tunggu!" panggil seseorang dari belakang.Hanz menghentikan langkahnya, begitu juga Arumi. Kedua nya berbalik.Lubis! batin Hanzero.Arumi menyikut pelan lengan Hanzero."Mau apa dia Mas? bis
Pemberitaan pagi ini di penuhi pemberitaan tentang klarifikasi Hanzero kemarin malam. Berbagai judul yang muncul membuat Hanz geleng geleng kepala.‘Klarifikasi mantan tunangan vanya terkait skandal viralnya’‘Mantan tunangan Vanya tidak mau ikut campur’Masih banyak lagi judul pemberitaan yang menurut Hanz sangat tidak penting.Semenjak vidionya viral, Vanya bukan hnaya kehilangan pekerjaannya sebagai model. Banyak PH yang memutus hubungan kerja sepihak.Hal itu membuat Vanya frustasi, bahkan Vanya harus menanggung malu atas perbuatannya sendiri. Dan semenjak itu Vanya tidak menunjukan batang hidungnya, karena setiap hari banyak wartawan di depan rumah Lubis, bahkan Lubis sampai menambah penjaga untuk mengaja keamanan rumahnya.Bukan hanya Vanya yang menanggung akibatnya, tapi Lubis ikut menangung imbas dari kelakuan adik perempuannya.Setelah berita Vanya naik ke permukaan banyak insvertornya yang memutus buhungan kerja sama mereka. Walau Lubis sudah berusaha menjelaskan namun mere
Hanzero mulai kesal, para wartawan tidak ada satupun yang pergi, mereka masih menunggu Hanzero."Arp. Kita pulang sekarang, jika menunggu mereka mau sampai kapan?" Hanzero mulai putus asa.Hanzero sudah menunggu dari jam tujuh malam dan sekarang sudah pukul sembilan, selama itu Hanzero menunggu."Baik Tuan, tapi satu satunya jalan. Tuan harus menghadapi mereka." "Tidak ada pilihan!" hanya itu yang keluar dari mulut Hanzero.Hanzero melangkahkan kaki keluar dari ruangannya diikuti Arpha.Keduanya berjalan, melewati lorong. Tibanya di di ujung lorong tepatnya dimana pintu lift berada.Arpha dengan cekatan menekan tombol 1 dimana lantai dasar berada.Tring!Pintu lift terbuka, Hanzero bersama Arpha masuk.Pintu lift tertutup, membawa Hanz dan Arpha menuju lantai dasar gedung.Beberapa menit kemudian Hanz bersama Arpha, tiba di lantai bawah.Setelah pintu terbuka, Hanz bersama Arpha keluar.Para wartawan yang melihat pun langsung heboh."Lihat! Itu Tuan Hanzero keluar!" Teriak salah sat
Pagi ini dihebohkan dengan berita Viral seorang model hamil di luar nikah.Bahkan vidionya sudah tersebar di berbagai aplikasi di medsos.Berita di TV pagi ini hanya semua membahas Vidio Viral yang beredar, dalam waktu semalam Vidio itu sudah tersebar luas dan menjadi trending no 1.Vidio berdurasi beberapa menit itu menampilkan seorang wanita sedang memohon dan meraung pada seorang pria, tapi pria tersebut tidak mempedulikannya bahkan meninggalkan wanita itu.Suara si wanita pun terdengar sangat jelas, bahkan wajahnya terekspos dengan sempurna.Ya! Wanita itu adalah Vanya.Tanpa di sadari semalam ada seorang wartawan yang kebetulan sedang berada di situ.Keberuntungan bagi seorang wartawan mendapat berita sepanas ini.Namun kehancuran bagi Vanya, bukan hanya nama baiknya yang tercoreng tapi karirnya pun akan ikut hancur."Mas!" teriak Alika, begitu sampai di kamar."Kenapa? Pagi pagi sudah ribut!" bentak Lubis yang baru saja keluar kamar mandi.Alika mengambil napas sebelum kembali b
Vanya masih saja mengelak tidak mau mengakui kebenarannya.Lubis mulai jengah.Lalu Alika yang sedari diam, mulai berbicara."Lebih baik sekarang kita cek ke Dokter, untuk memastikan kebenarannya jika Vanya beneran hamil atau tidak. Jika terbukti Vanya hamil maka, kamu Mas." Tunjuknya pada Lubis."Harus segera menikahkan Vanya dengan laki laki yang sudah menghamilinya sebelum publik tahu dan akan mencoreng nama baik mu dan keluarga." Vanya menggeleng.Jika ke rumah sakit pasti akan ketahuan. Batin Vanya.Aku harus mencari alasan untuk ini. Lagi pula aku belum memberitahu David soal kehamilanku."Aku gak mau ke Dokter!" Tolak Vanya."Lagipula aku tidak hamil, aku hanya sedang tidak enak badan." Elak Vanya."Aku hanya butuh istirahat. Itu saja!" Vanya berdiri dan langsung pergi meninggalkan Lubis dan Alika."Vanya! Aku belum selesai berbicara!" Teriak Lubis, namun Vanya tidak menghiraukan dan melanjutkan langkahnya.Sampai di kamar Vanya mendudukan diri di pinggir tempat tidur.Sungguh