Arial merapikan penampilannya. Ia juga terlihat menjaga sikap dan wibawanya. Keyla mengerti. Mungkin perempuan dihadapannya ini adalah perempuan yang dimaksud disukai suami kontraknya.“Kamu lagi ngapain disini, Sar?”Sarah mengeluarkan kedua lengannya dari saku jas dokternya, “Pasien kamu punya masalah HNP. Jadi aku kesini buat menemani persalinannya.”“HNP? Saraf kejepit?”Sarah mengangguk.“Ah, iya, aku baru inget, pasien yang namanya bu Nuke ‘kan?”“Yup!”Arial mengangguk. Ketika itu ia baru menyadari keberadaan Keyla. Dengan kode ia meminta Keyla pergi.Keyla yang mendapat perintah untuk pergi merasa enggan mengikuti pinta Arial. Enak saja. Kenapa ia harus pergi? Apa karena ada perempuan yang bernama Sarah ini disini?Sarah melirik Keyla, “Kamu... dokter ko-as ya?”Keyla mengangguk tersenyum, “Iya, dok. Saya dokter koas yang sedang bertugas di stase obgyn.”Sarah mengulurkan tangan kananya, “Kenalin, saya Sarah.”Keyla menjabat tangan Sarah, “Saya Keyla, dok.”“Dia
Sebelum papa mengutarakan kecurigaannya, banyak perawat yang menyusul Arial untuk segera membantu proses kelahiran pasien yang tadi dibicarakan dengan Sarah. Alhasil ia dan Keyla langsung berlari ke ruang Ponek atau IGD khusus pelayanan ibu hamil.Arial dibantu dokter residen dan dokter ko-as yang harus melihat proses persalinan ini. Di dalam ruang persalinan sudah berdiri Sarah yang sedang berbicara dengan pasien.“Ibu yakin mau mencoba lahiran normal?” tanya Sarah.Pasien berusia awal tiga puluhan itu mengangguk, “Saya mau lahiran normal, dok.”Sarah diam sejenak, “Kita harus berkoordinasi dengan dokter obgynnya dulu ya, bu? Kalau memang memungkinkan untuk normal, saya akan izinkan. Tapi kalau dokter Arial menyampaikan ada kendala lain, kita ambil proses sectio.”Pasien itu mengangguk lemas.Arial sudah duduk dihadapan kemaluan pasien yang sudah tertutup kain, dibantu dokter residen ia memeriksa pembukaan total. “Dok, sepertinya pasien tidak bisa lahiran normal.” ujar dokter
Keyla masih memikirkan perlakuan wali pasien tadi pagi. Ia terduduk lemas ditangga evakuasi. Tiga puluh menit lalu shiftnya di ruang IGD sedang rest dan kini ia memiliki waktu untuk beristirahat sejenak sebelum tiga puluh menit lagi ia kembali berjaga disana.Arial yang baru selesai visit mencarinya kemana-mana. Ia membawakan makan siang, karena menurut teman kelompoknya Keyla hanya makan sedikit tadi siang.Saat Arial masih mencari Keyla, Jasmine datang menghampirinya. Ia sempat merapikan rambut dan riasannya sebelum menghampiri Arial yang sedang mengecek ponselnya, “Dok?”Arial melirik Jasmine, “Iya?”“Cari Keyla ya?”Arial mengangguk, “Saya takut dia kelaperan.”Jasmine menatap rice bowl yang Arial bawakan. Perhatian sekali dokter konsulennya itu pada Keyla, “Itu biar saya aja yang kasiin ke Keyla.”“Kamu tahu Keyla dimana?”Jasmine menggeleng pelan, “Tapi saya bisa cari, dok.”“Gak papa, ka
Semenjak kejadian pelukkan Keyla pada Arial didepan meja respsionis Ponek malam itu, mereka belum bicara lagi. Keduanya sama-sama saling kesal karena jadi gosip satu poli dan kini merembet menjadi satu rumah sakit. Arial yang terkenal sebagai dokter tampan dan kalem berubah menjadi dokter tampan, kalem, dan perhatian, namun hanya pada satu dokter ko-as saja yang bernama Keyla. Sontak hal itu membuatnya begitu marah pada istri kontraknya.Mereka yang masih tinggal di kamar hotel hanya saling tatap ketika pandangan mereka bertemu. Seperti pagi ini, Keyla hanya menatap Arial yang enggan menyentuh nasi goreng buatannya.“Apa?” tantang Arial.“Apa?” tanya Keyla.“Kenapa melotot?”“Oh ini namanya melotot?” Arial membuang nafas kesal. Ia berdiri dari kursi dimeja ailen.“Gak ada ya pergi tanpa sarapan. Makan!” perintah Keyla galak.Arial melirik Keyla kesal, “Siapa kamu ngatur-ngatur?”“Makan atau aku lapor papa?”Arial menutup matanya untuk meredakan amarah. Ia terpaksa kembali
Di jam makan siang, saat Keyla kebagian waktu istirahat duluan, ia berlari ke kantin untuk membawakan makan siang untuk Arial. Ia merasa bersalah pada suami kontraknya karena jatah makan siangnya hari ini malah ia berikan pada Qairo.“Terima kasih.” Keyla membawa nasi box yang diberikan karyawan kantin rumah sakit. Keyla tidak tahu makanan kesukaan Arial, sehingga ia membeli menu acak, yaitu Ayam Bakar dan minuman es jeruk. Ia berjalan ke arah lift agar cepat sampai ke ruang pribadi Arial dilantai tiga.Saat berjalan menuju ruangannya, Arial terlihat tengah berbincang dengan Sarah. Mereka terlihat akrab. Keyla menimbang box makanannya. Apa ia tidak perlu memberikannya pada Arial ya?Sarah mengangkat telpon, lalu ia mengangguk pada Arial dan pergi berlari. Keyla yang melihat itu tersenyum. Ia menghampiri Arial yang langsung masuk ruangan.“Kak?”Arial membalikkan badannya, “Kenapa?”“Nih, ganti yang tadi.”
Pov ArialArial sengaja bermalam dirumah sakit sambil menemani Keyla yang kembali shift malam. Penderitaan Keyla akan berakhir malam ini sebagai malam terakhir ia berjaga di Ponek malam hari.Arial tidak bisa tidur, apalagi mengingat Keyla tidak banyak bicara ketika mereka makan bersama tadi siang. Keyla hanya menggeleng dan mengangguk ketika ditanya, tidak biasanya.“Apa gue beliin kopi aja buat dia?” Arial melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas diruangannya ketika ia merebahkan diri disofa.Ponselnya mati. Tidak ada notifikasi chatnya dibalas Keyla. Ia semakin khawatir pada istri kontraknya.“Apa dia sibuk banget di Ponek?” Arial bangkit dari sofa. Ia beranjak berdiri dan membawa jaket karena malam ini cukup dingin.Ponsel dan dompet ia bawa, ia juga membawa botol vitamin dan jus buah kiriman papa. Setelah membuka pintu, ia kembali masuk ke ruangan dan menyimpan vitamin dan jus buahnya.“Ah, nanti dia geer lagi. Belum lagi di Ponek pasti banyak orang. Nanti malah m
Arial langsung menggantung jas dokter di ruang pribadinya ketika selesai praktek rawat jalan. Ia sangat khawatir pada Keyla yang masih tidak ada kabar. Belum lagi papa mengajaknya makan bersama siang ini, sehinga ia semakin semangat untuk mencarinya. Ketika ia berlari di lobi diantara banyaknya orang keluar masuk gedung rumah sakit, ada seseorang yang menepuk pundaknya kencang.“Al, mau kemana?”Arial membalikkan badannya, “Ky?”“Whatsapp bro?” lelaki seusianya yang tak kalah tampan itu memberikan salam persahabatan khas jika bertemu, “Mau kemana sih buru-buru banget?”Arial diam sejenak, ia baru ingat kalau Rocky, sahabatnya belum tahu keberadaan Keyla. Teman somplaknya ini baru kembali dari liburannya di Eropa. Ia mengambil cuti satu minggu sebelum Keyla memulai stase Obgyn.“Lo bukannya ada jadwal operasi caesar hari ini? Satu jam lagi ‘kan?”“Iya. Gue cuma mau pergi sebentar kok.”Rocky mengernyit,
Keyla dan Arial duduk di sofa tamu ruangan papa. Mereka menunggu papa selesai rapat untuk makan siang bersama. Arial memainkan jam tangannya, “Kamu pulang naek taksi malem?”Keyla mengangguk, “Iya lah, masa naek Karpet. Aladin kali"Arial melirik Keyla sinis, “Harusnya kamu bangunin aku. Kalo terjadi apa-apa dijalan gimana?"“Ya paling telpon kakak.”Arial menatap Keyla datar, “Jadi kamu nelpon aku kalo terjadi apa-apa?”“Iya lah. Gunanya suami untuk itu ‘kan?” Keyla menjawab malas, “Suami kontrak maksudnya.”“Suami kontrak?”Keyla menggeser duduknya di sofa, “Emang iya ‘kan kita ini cuma suami-istri kontrak?”“Ya tapi jangan disebut disini. Kalo papa denger gimana?”“Ya—“Ceklek.“Kalian lagi pada ngapain?” papa melenggang masuk dibuntuti asisten pribadinya, “Taruh di meja makananya.”“Baik, pak.” Asisten papa menaruh banyak makanan disofa lalu pamit pe