Arial langsung menggantung jas dokter di ruang pribadinya ketika selesai praktek rawat jalan. Ia sangat khawatir pada Keyla yang masih tidak ada kabar. Belum lagi papa mengajaknya makan bersama siang ini, sehinga ia semakin semangat untuk mencarinya. Ketika ia berlari di lobi diantara banyaknya orang keluar masuk gedung rumah sakit, ada seseorang yang menepuk pundaknya kencang.“Al, mau kemana?”Arial membalikkan badannya, “Ky?”“Whatsapp bro?” lelaki seusianya yang tak kalah tampan itu memberikan salam persahabatan khas jika bertemu, “Mau kemana sih buru-buru banget?”Arial diam sejenak, ia baru ingat kalau Rocky, sahabatnya belum tahu keberadaan Keyla. Teman somplaknya ini baru kembali dari liburannya di Eropa. Ia mengambil cuti satu minggu sebelum Keyla memulai stase Obgyn.“Lo bukannya ada jadwal operasi caesar hari ini? Satu jam lagi ‘kan?”“Iya. Gue cuma mau pergi sebentar kok.”Rocky mengernyit,
Keyla dan Arial duduk di sofa tamu ruangan papa. Mereka menunggu papa selesai rapat untuk makan siang bersama. Arial memainkan jam tangannya, “Kamu pulang naek taksi malem?”Keyla mengangguk, “Iya lah, masa naek Karpet. Aladin kali"Arial melirik Keyla sinis, “Harusnya kamu bangunin aku. Kalo terjadi apa-apa dijalan gimana?"“Ya paling telpon kakak.”Arial menatap Keyla datar, “Jadi kamu nelpon aku kalo terjadi apa-apa?”“Iya lah. Gunanya suami untuk itu ‘kan?” Keyla menjawab malas, “Suami kontrak maksudnya.”“Suami kontrak?”Keyla menggeser duduknya di sofa, “Emang iya ‘kan kita ini cuma suami-istri kontrak?”“Ya tapi jangan disebut disini. Kalo papa denger gimana?”“Ya—“Ceklek.“Kalian lagi pada ngapain?” papa melenggang masuk dibuntuti asisten pribadinya, “Taruh di meja makananya.”“Baik, pak.” Asisten papa menaruh banyak makanan disofa lalu pamit pe
Arial menunggu Keyla didepan salon yang sering didatangi almarhumah mama beberapa tahun lalu. Ia berdiri tampan mengenakan kemeja putih dan jas mocca yang begitu pantas dipakainya. Ia tentu sudah menyiapkan jawaban ketika membawa Keyla ke acara. Adik sepupunya. Ia akan memperkenalkan Keyla seperti itu pada orang-orang. Untungnya kemarin ketika mereka menikah, papa tidak mengundang satu dokter pun sehingga ia tidak perlu berpikir keras menyembunyikan status pernikahannya dari banyak orang.“Kak,”Arial menoleh. Ia melihat sepasang kaki putih mulus mengenakan sepatu heels berwarna hitam beludru. Dengan perlahan matanya melihat ke atas. Dress hitam sabrina itu begitu cantik dikenakan Keyla yang kini full dengan makeup. Ia tidak menyangka Keyla yang imut bisa berubah cantik setelah memakai riasan lengkap.“Aku gak kayak Ondel-Ondel ‘kan?” tanya Keyla dengan suara pelan.“Hm? Ondel-ondel? Kue basah yang penuh wijen itu?”Keyla mengge
“Silakan duduk, dok.” Keyla membuka kan kursi untuk Sarah.“Iya, makasih ya.”Mereka duduk. Keyla yang menemukan ide untuk bekerja sama dengan Arial cepat merogoh ponsel dari tas tangannya. Ia mengatakan sedang bersama Sarah dan memintanya kesini.Sebenarnya alasan Keyla meminta Arial kesini bukan hanya supaya mereka jadi dekat, tapi karena ia enggan berbagi Qairo dengan Sarah.“Kamu dateng sama siapa?” tanya Sarah.“Saya dateng sama dokter Arial, dok.”“Oh, Arial ya. Oyah, kamu kenal sama Qairo?”“Ehm, tahu aja sih, dok. Saya pernah beberapa kali ketemu dokter Qai di rumah sakit.”Sarah tersenyum kecil. Keyla memanggil Qairo dengan panggilan Qai? Akrab sekali.“Minuman dataaang.” Qairo datang membawa dua gelas minuman untuk Keyla dan Sarah.“Kok cuma dua, Qai? Buat kamu mana?” tanya Sarah.“Minuman aku dibawain seseorang. Bentar lagi dia kesini.”Keyla dan Sarah
Keyla menendang apapun yang menghalangi langkahnya. Ia sudah mencopot sepatu heelsnya sedari tadi. Ia tidak biasa memakai sepatu itu, sehingga kini memilih bertelanjang kaki untuk berjalan melewati trotoar.Sesekali ia berhenti berjalan dan memijat betisnya. Baru satu minggu hidupnya nyaman dan membahagiakan, kini ia harus kembali merasakan pahitnya kehidupan ibu kota kala Arial mengusirnya secara halus agar ia tidak mengganggu dan melukai hati Sarah. Tiba-tiba Keyla menyadari satu hal mengenai Sarah. Ia menghentikan langkahnya, “Bukannya kak Arial bilang mereka temenan dari kuliah dulu? Tapi dia jarang banget punya kesempatan buat anterin dokter Sarah pulang? Hmmm...” ia melotot, “Ah, aku baru inget, dokter Sarah selalu senyum dan liatin dokter Qai terus dari tadi. Dia pasti... suka sama dokter Qai!”Keyla berteriak kesal sambil menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya ia baru sadar kalau ia memiliki saingan yang nyata.“Dokter Sarah lebih dari
Arial menggedor-gedor pintu apartemen Rocky. Ia akan mengatakan semuanya pada sahabatnya itu mengenai siapa Keyla sebenarnya, dan semua rahasia yang terjalin mengenai pernikahan kontrak itu. Setelahnya ia akan meminta bantuan Rocky untuk mencari Keyla keliling Jakarta hingga ketemu.Pintu terbuka. Rocky yang sudah memakai piyama tidur menatapnya penuh amarah, “Apa?”Arial mendorong tubuh Rocky dan masuk ke dalam apartemennya, “Ky, lo harus wajib banget bantuin gue. Gue bakal jujur dan ngasih tahu Keyla itu siapa, tapi lo bantu gue cari dia ya? Gue takut bokap marah besar sama gue. Dia bisa-bisa coret gue dari ahli waris. Plis, bantuin gue ya, Ky.” ia menangkupkan kedua tangannya depan dada.“Gue udah tahu semuanya kok.” tutur Rocky santai.Arial diam. Rocky tahu semuanya? Dari mana? Ah, ia lupa temannya ini adalah dokter gosip dirumah sakit, sehingga akan mudah baginya untuk mendapatkan informasi apapun yang ia mau. Tapi... tunggu sebentar, dari mana ia tahu kalau ia dan Keyla ter
Keyla menatap Arial yang begitu perhatian pada Sarah yang baru sadar di ruang UGD. Sarah mengalami trauma Abdomen perut sehingga tindakan yang diberikan cukup serius. Namun apakah kedepannya perlu dilakukan operasi Laparotomi ia tidak tahu.Keyla hanya duduk di lobi sendirian karena enggan melihat Arial yang begitu memerdulikan Sarah. Hatinya mendadak cemburu dan tidak suka. Jadinya ia memilih menepi disini bertemankan lalu-lalang staf rumah sakit dan wali pasien.Terdengar langkah lari yang cepat dihadapannya, “Sarah dimana, Key?”Keyla mengangkat wajahnya. Ia terkejut melihat Qairo berdiri dihadapannya. Ia juga berdiri, “Dokter, Eh, kak?”“Sarah dimana?”“Masih di UGD.”Qairo tampak panik, ia yang akan melangkah pergi menghentikan diri dan menatap Keyla, “Di UGD ada siapa aja? Keluarganya ada?”Keyla menggeleng, “Cuma ada kak Arial. Keluarga dokter Sarah katanya lagi ada diluar negeri.”Wajah panik Qai
“Kamu kenapa? Salting ya?” pancing Qairo.Keyla membuka matanya. Ia tersenyum tidak nyaman karena sudah ketahuan. Tapi ia tidak berniat untuk mengatakan kalau ia memang suka pada Qairo. Ia rasa ini terlalu cepat dan belum saatnya. Pesanan mereka datang. Keyla memiliki waktu untuk menenangkan diri beberapa detik. Kebetulan yang mengantarkan pesanan mereka seorang ibu paruh baya yang berjalan sangat lambat.“Terima kasih, bu.” ucap Qairo ramah.“Sama-sama, mas. Silakan dinikmati. Maaf ya pelayanannya lama. Anak ibu lagi nganterin pesanan ke kamar-kamar.”“Oh iya gak papa, bu.”“Silakan di makan, mas, mbak. Mari.” Ibu paruh baya itu kembali berjalan menuju meja. Qairo yang baru meneguk teh hangat melirik ibu paruh baya penjual bubur. Ia lalu menatap Keyla yang masih diam saja, “Key, kamu makan duluan aja ya, kakak ada perlu.”“Perlu apa, kak?” tanya Keyla cepat, ia takut Qairo akan meninggalkannya k