Sejak masuk mobil, Keyla terus menatap Arial. Ia seperti takut ditinggalkan.
“Kamu kenapa sih? Kok liatin aku terus?” “Gak papa.” “Kamu masih marah sama Qairo?” Keyla tak menjawab. “Qairo pergi waktu kita ciuman yang bikin kamu marah?” Keyla membuang mukanya, “Apaan sih.” Arial tertawa, “Aku pikir kamu gak akan bisa marah sama Qairo. Kamu ‘kan suka sama dia.” Keyla diam. Ia mengamini ucapan Arial dalam hati. Ia memang suka pada Qairo, masih suka dan mungkin akan selamanya menyukai lelaki itu. Tapi sikap tante Puri yang seperti enggan mengenalnya setelah tahu ia adalah anak adopsi membuatnya mau tidak mau juga harus menjauhi Qairo. Tante Puri pasti bertanya lebih dalam pada papa, mengenai dari mana ia berasal dan sebagainya. Setelah itu ia memang tidak tahu cara pandang mamanya Qairo itu padanya. Tapi satu yang pasti, ia merasa tidak pantas bersanding dengan mereka. “Kamu tahuArial yang sedang membuat catatan medis pasien diruanganya dihampiri perawat yang membantu proses persalinan tiga puluh menit lalu. “Dok, maaf mengganggu. Barusan pasien bertanya mengenai pemasangan kb. Katanya ingin dokter yang menjelaskan langsung.” “Saya laku juga ternyata dikalangan ibu-ibu.” Perawat tertawa, “Pasien tahu dokter masih lajang, makannya—” “Saya langsung kesana sekarang.” Arial langsung berdiri dan berjalan melewati suster yang berdiri dipintu. Ia sengaja memotong pembicaraan agar tidak keceplosan. Mereka berjalan ke ruang perawatan bersama. “Tadi yang saya dengar bener suara Keyla ‘kan, dok?” Arial melirik perawat itu sambil berjalan, “Mana mungkin ada suara Keyla dirumah saya.” “Iya juga ya. Tapi bukannya Keyla udah pulang dari rumah sakit?” Arial berhenti melangkah, “Terus urusannya sama saya apa?” “Hehe, enggak, dok.” Arial kembali melangkah
Arial memarkirkan mobilnya sembarang karena mendengar teriakan Keyla yang kencang. Ia tidak sengaja melirik mobil papa. Berarti papa sudah pulang? Ia berlari masuk ke dalam rumah. “Key?” “Al, tolong bantu papa.” Arial menghampiri Keyla yang menangis terduduk dilantai bawah tangga, “Aku gendong ya?” Keyla menghindari tubuhnya dari Arial, “Aku mau pulang!” “Pulang kemana? Ini rumah kamu ‘kan?” Tangisan Keyla memelan. Ia berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah, “Aku gak pantes ada disini.” “Ayo ke kamar, aku gendong.” Keyla menyingkirkan lengan Arial yang hendak menggendongnya, “Aku gak mau ada disini!” “Terus kamu mau kemana?” tanya Arial dengan nada tinggi. “Ke tempat yang cocok sama aku.” “Tempat yang cocok buat kamu itu disini, di rumah ini sama aku, papa dan yang lainnya. Berhenti terus ngomong kayak gitu, Key, aku capek baru pulang dari rumah sakit!”
Semua sedang sarapan pagi di ruang makan. Menu sarapan hari ini ada nasi kuning yang papa minta khusus sebagai wujud syukuran kecil-kecilan karena kondisi Keyla sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Semua pegawai diminta makan bersama diruang makan. Meski segan, mereka tetap menurut karena tidak enak dengan papa. “Tambah lagi, Key?” papa menawari. “Enggak, pa.” “Kamu harus makan banyak biar nanti proses Rehabilitasinya lancar.” “Kalau kekenyangan justru jadi ngantuk, pa.” Semua tertawa, apalagi papa. “Kamu bisa aja. Yang lain, tambah nih, nasinya masih banyak.” “Makasih, pak.” Pak Udin mewakili. “Kita harus sering makan bareng kayak gini, seru ternyata.” Semua pegawai tersenyum senang mendengar ucapan papa. “Key, kamu seneng ‘kan kita makan bareng kayak gini?” Keyla mengangguk tersenyum, “Seneng, pa.” “Al, kamu gimana?” “Hm?” Arial terlihat baru sadar karena sedari tadi asik memainkan ponselnya. “Kenapa? Ada pasien darurat?” “Enggak, ini cuma lagi liat
Tante Puri keluar dari ruangan Arial dengan marah. Sudah lama beliau tidak merasa sekesal ini pada seseorang, “Keyla lagi, Keyla terus. Aku heran kenapa orang-orang banyak yang suka sama anak panti asuhan gak jelas kayak dia. Semua belain Keyla. Jangan sampe dia masuk ke dalam keluargaku. Aku gak akan pernah biarin itu.” Jasmine yang baru akan masuk ke ruangan Arial untuk memanggilnya karena jam praktek rawat jalan sudah dimulai, tidak sengaja mendengar ucapan tante Puri. Ia tidak mengenal beliau. Hanya saja ia sengaja menguping karena mendengar nama Keyla dan panti asuhan. “Keyla panti asuhan? Itu si Keyla bukan ya?” “Awas ya kamu, Key, aku gak akan pernah biarin kamu usik kehidupan anakku sedikit pun. Apa aku perlu dateng ke panti asuhan Kasih Ibu buat ngomong sama ibu pantinya agar anak itu ditarik dari adopsi? Tapi emang bisa ya?” Jasmine melotot. Tante Puri mengucapkan nama panti asuhan Kasih Ibu? Itu berarti Keyla
Arial buru-buru masuk ke dalam ruangan pribadinya untuk berganti baju. Ia merasa bajunya sudah bau padahal baru dipakai tadi pagi. Setelah mengganti baju jaga ia menyemprotkan parfum dengan banyak. “Wangiiii. Keyla pasti suka.” Arial mengambil ponsel dan keluar dengan wajah super ceria. Di depan pintu sudah berdiri Rocky yang sedang menatapnya, “Ky! Lo! Gila lo ya sekarang punya hobi baru buat ngagetin gue!” “Lo mau kemana pake parfum segala?” “Nemenin Keyla Rehabilitasi.” “Pake parfum segala?” Arial membuang nafasnya, “Gue habis bantuin dua persalinan, Ky, keringetan. Lo sensi banget sih perkara gue pake parfum aja berisiknya minta ampun.” “Ya soalnya gue jadi agak curiga sama lo.” “Curiga apa?” “Malem Sarah bilang lo suka sama Keyla.” “Hm? “Al, jangan pacarin adik sepupu lo sendiri. Cewek diluar tuh masih banyak. Lagian bukannya lo suka sama Sarah? Lanjutin aja sukanya sampe lima belas tahun. Jangan ganggu Keyla gue.” “Lo ngomong apa sih? Kenapa Sarah tiba-t
Keyla tidak bisa berhenti tersenyum setelah Arial mencium kedua pipinya diruang Rehabilitasi tadi siang. Meski sempat terkejut karena mendadak ada Rocky, ia tetap senang. Arial kembali bisa mengelabui Rocky dengan mengatakan ciuman pipi sangat wajar diberikan pada adik sepupu yang baru melewati sebuah keberhasilan. Rocky awalnya diam seperti curiga, tapi lama-lama ia mengangguk menerima. “Key, kok gak di makan?” tanya papa saat mereka duduk berhadapan dimeja makan. Keyla menatap papa, “Aku... makannya bareng sama kakak aja, pa. Gak papa ‘kan?” Papa menatap mbok Darmi yang baru saja membawakan piring tambahan untuk Arial yang katanya sedang di jalan, “Oh boleh dong, sayang.” “Tapi aku bakal tetep disini nemenin papa sampe beres makan hidangan penutup.” Papa mengangguk tersenyum, “Makasih ya, sayang.” “Iya, pa. Oyah, kakak bukannya jaga malam ya hari ini? Kok dia bisa pulang?” “Oh itu, papa kebetulan kenal baik sama
Arial tidak fokus bekerja hari ini. Saat membantu dua proses persalinan untungnya pikirannya masih bisa ia kendalikan. Kini saat pasien rawat jalan masih ada beberapa lagi ia tertunduk lesu. “Dok, dokter sakit?” tanya suster Rina. “Mau saya batalkan janji temu beberapa pasien?” Arial menggeleng. Ia melirik suster Rina dan Cika yang kebagian menjadi asistennya hari ini, “Saya minta break dulu sepuluh menit.” “Oh, baik, dok.” “Tolong beri pengertian pada pasien.” “Baik, dok.” Arial beranjak berdiri. Sebelum ia pergi, ia melirik Cika yang sedang menatapnya polos, “Cika bisa ikut saya?” “Hm? Eum... bisa, dok.” “Sus, saya tinggal dulu.” “Silakan, dok.” Arial berjalan keluar dibuntuti Cika. Ia mengangguk pada pasien yang menunggu di depan ruang prakteknya. Cika yang masih begitu polos mengernyit takut saat Arial berjalan menuju ruang pribadinya. Pikirannya melanglang ja
Arial menutup pintu ruangan pribadinya setelah memastikan tidak ada pasien darurat lagi. Untuk sementara ia tidak ada jaga malam. Entah, Kepala Bagian Poli Obgyn memintanya untuk memperbanyak istirahat malam untuk sementara waktu. Ia tidak curiga sama sekali pada papa, karena di pagi hingga sore ia memang sudah melakukan banyak pembedahan darurat. Rocky yang malam ini juga tidak jaga malam sudah menunggunya di depan lift. Arial yang baru sampai muka lift menghembuskan nafas kesal kala Rocky melambaikan tangannya membawa boneka Beruang berukuran sedang untuk Keyla. “Ayo cepet dong, kakak ipar.” Arial mendelik kesal. Ia langsung masuk lift mendahului Rocky. “Keyla lagi ngapain ya dirumah?" “Kayang.” Rocky melirik Arial, “Masa kayang?” “Ya mana gue tahu lah, Ky, ‘kan gue disini sama lo.” “Iya juga. Gue pikir kalian suka chatan gitu saling ngasih kabar.” “Geli banget. Dia tidur kali sehar