Keyla menutup pintu kamarnya di paviliun saat Arial masih mandi. Ia juga melirik ke arah meja makan, memastikan papa tidak ada disana. Ia harus bisa keluar dari rumah ini sekarang juga sebelum bertemu mereka. Ia masih begitu kesal pada Arial, dan belum siap bertemu papa karena pasti papa akan bertanya mengenai sikapnya yang acuh semalam.
“Non Keyla, mari sarapan dulu. Bapak sebentar lagi juga turun.” Mbok Darmi tahu-tahu mendekatinya dari arah dapur. “Ehm.. aku lagi buru-buru, mbok. Tolong bilang sama papa kalo aku sarapan dirumah sakit ya.” “Tapi, non—” Keyla memegang kedua tangan mbok Darmi, “Tolong banget ya, mbok. Bilangin aku pasti sarapan kok. Aku pergi sekarang.” “Ya sudah, non hati-hati. Oyah, non di antar pak Udin ya ke rumah sakit?” “Gak usah, mbok, aku udah pesen taksi kok. Pergi dulu ya, mbok.” Keyla berjalan cepat setelah berpamitan. Keyla mengangguk sopan pada semua pekerja papa yang sedang bekerja dKeyla mencoba mengatur nafasnya ketika seluruh badannya gemetar takut melihat penampakan tidak biasa rahim pasien yang sudah robek.“Ada apa? Key? Kamu gak papa ‘kan?”“Dok, rahim pasien robek.” lapor perawat dengan suara bergetar.“Oke, kalian tenang ya. Tolong alihkan panggilan menjadi video call, saya mau lihat.”“Baik, dok.” Perawat mengalihkan panggilan telpon menjadi video call. Dengan cepat kamera di arahkan pada perut pasien dan tangan Keyla yang gemetar hebat.“Ini pasien rujukan?”“Betul, dok. Pasien datang rujukkan darurat dari rumah sakit Mayapada. Dari rekam medis diketahui pasien pernah menjalani operasi rahim.”Wajah Arial tampak frustasi mendengar penjelasan perawat, “Pasien mengalami Ruptur Uterus. Itu kasus langka. Tapi saya percaya kalian bisa membantu pasien mengeluarkan bayinya. Sus, tolong bantu Keyla mengeluarkan bayi dan segera panggil dokter anak untuk memberikan tindakan segera pada bayi.
Setelah selesai bertugas di poli bersama Arial, Keyla berjalan sendiri menuju ruang NICU. Arial yang masih kesal padanya membiarkannya pergi sendiri. Paling Keyla mencari Qairo. Terserah saja lah.Keyla menyimpan papan alas ujian dan kertas catatan rekam medis dimeja depan NICU. Ia sudah izin untuk masuk kesini kepada kepala bagian untuk melihat keadaan bayi dari pasien yang melahirkan tadi pagi.“Siang, dok. Saya mau lihat bayi yang baru masuk NICU pagi tadi. Yang ibunya meninggal karena Ruptur Uterus.”Dokter residen yang sedang berjaga itu bangkit, “Mari saya antar.”“Terima kasih, dok.”Dokter residen itu membawa Keyla masuk dan menunjuk bayi yang sedang tertidur lengkap dengan selang disana-sini dalam sebuah inkubator khusus, “Tadi begitu masuk sini bayi sudah menjalani tes hitung darah dan pengambilan sampel feses. Kalau ada hal yang mengawatirkan bayi akan menjalani endoskopi. Tapi dokter Qai bilang, sejauh ini kondisi bayi cu
Arial dan Keyla berusaha kooperatif mengikuti panggilan polisi sore ini. Mereka tidak melawan sama sekali karena akan percuma jika saja itu terjadi. Mereka berangkat ke Mabes Polri menggunakan mobil kepolisian. Rocky yang kebetulan sedang melayani proses bayi tabung tentu tidak tahu adanya penangkapan itu. Tapi sebentar lagi ia pasti langsung mengetahuinya dengan cepat.“Silakan.” Personel kepolisian mempersilakan Arial dan Keyla untuk masuk ke dalam ruang penyidik.Arial berjalan amat datar seolah tidak terjadi apa-apa, sedangkan Keyla terus memperhatikan suami kontraknya karena takut sekali dengan penangkapan ini. Ia takut dipenjara, ia takut karir Arial yang cemerlang rusak karena ulah dirinya.“Untuk dokter Arial dan dokter Keyla akan dilakukan penyelidikan diruang terpisah.” Personil polisi yang memakai baju khusus menjelaskan.Keyla menggeleng, “Gak, pak. Saya... mau tetep sama kakak.”“Kakak?”“Maksudnya saya mau te
Sarah membuka pintu ruang pribadi Keyla dan langsung melotot kaget saat melihat Keyla tengah berganti baju, “Eh, maaf-maaf.”“Gak papa, dok, saya udah selesai kok.”Sarah yang akan keluar kembali masuk dan tersenyum canggung, “Arial...”“Kak Arial lagi ke kantin beli kopi.”“Oh oke.” Sarah berjalan masuk ke dalam ruangan Arial. Ia duduk di sofa dan menyimpan sekotak coklat Swiss yang membuat Keyla sangat ngiler, “Kamu udah tenang?”Keyla mengangguk.“Hal kayak gitu sering terjadi kok, kamu gak perlu khawatir.”“Iya, dok. Terima kasih.”Sepi. Sarah tampak agak kesal karena tak kunjung bertemu Arial. Ia terlihat buru-buru.“Dokter Sarah lagi jaga malam?”“Sebenernya enggak sih, tapi ada panggilan darurat buat operasi.”“Oh gitu. Padahal dokter baru kecelakaan kemarin lusa. Pasti dokter masih kesulitan buat operasi.”“Enggak, kok, cuma operasi sederhana. Satu jam juga
Pov ArialSepagi ini Arial sudah mandi dan rapi. Ia juga sudah menyiapkan sarapan untuk Keyla yang baru bangun.Semalaman Arial terduduk disamping Keyla yang tertidur nyenyak di sofa ruangannya. Ia terus menatap wajah polos itu. Sampai kapanpun ia tidak akan membiarkan Keyla bersama Qairo. Entah, ia begitu tidak setuju jika mereka berpacaran. Ia masih denial dengan mengatakan ia hanya ingin menjaga Keyla dari niat jahat Qairo. Padahal ia tahu dengan jelas sifat Qairo yang baik dan tidak bermasalah sama sekali.“Arial?” Rocky terkejut melihat Arial sudah nangkring di ruangannya sepagi ini, “Gak balik lo?”“Enggak. Gue bawain sarapan nih buat lo.” Rocky duduk disebelah Arial yang sedang sarapan Ayam Bakar tanpa nasi, “Lo kenapa?”Arial melirik Rocky, “Apanya? Gue lagi makan lo tanya begitu.”“Kenapa makan diruangan gue?”“Di ruangan gue ada Keyla. Dia masih ngumpulin nyawa.”Rocky mengernyit, “D
Pov SarahMalam tadi.“Qai, lagi sibuk ya?” tanya Sarah pada Qairo yang terus memperhatikan laya komputer diruang pribadinya.Qairo mengangkat wajahnya dan sedikit terkejut melihat ada Sarah berdiri didepan meja, “Eh, Sar, udah lama disini?”Sarah tersenyum kecut, “Udah ada lima menit.”“Sori, aku pikir gak ada siapa-siapa. Duduk, Sar.”Sarah duduk di sofa membawa sebuah bingkisan berukuran sedang. Qairo bangkit dari kursi kerjanya, “Mau kopi?”“Boleh.”Qairo bergerak menuju meja serabagunanya. Ia menyalakan water heater untuk membuat kopi untuknya dan Sarah, “Kamu kok belum pulang?”“Iya, sebentar lagi.”Qairo mengaduk kopi dalam mug polos dan memberikannya pada Sarah.“Makasih.”Qairo duduk disebelah Sarah, “Kamu udah nyamperin Arial? Kamu tenangin dia, kasian. Pasti kejadian penangkapan tadi bikin dia agak stress.”“Iya, habis ini aku kesan
Keyla terus mencari kertas catatan rekam medis pasien di ruang kerja Arial. Ia sudah mencarinya di meja, di rak, hingga laci, tapi tidak kunjung menemukannya.“Key, cari apa sih?” Arial baru masuk ruangannya, ia menyimpan ponselnya di atas meja.“Catatan medis pasien gak ada, kak.”“Bukannya tadi kamu taruh atas meja?”Keyla belum berhenti mengecek setiap laci, “Iya, tapi gak ada. Gimana dong?”Arial berjongkok membantu mencari, “Kamu salah naro kali.”“Ih, kakak ‘kan liat waktu aku taro di atas meja. Jadi gak mungkin hilang, kecuali—”Arial melirik Keyla, “Kecuali apa?”“Kecuali kakak yang sembunyiin.”Arial berdiri, “Gak ada kerjaan banget kalo aku beneran sembunyiin catatan kamu, gak penting tahu gak.”“Terus catatan aku kemana?”“Kamu ‘kan yang duluan kesini, kenapa malah tanya aku?”Keyla membuang nafas kesal. Ia berdiri dan kembali mencari di setiap pojok ru
Arial menghampiri Keyla di rooftop rumah sakit saat semua pekerjaannya sudah selesai hari ini. Langit berhias jingga. Cahaya kemerahannya menemani kegundahan hati Keyla.Semenjak selesai menemani tugas di poli Keyla banyak diam. Saat di goda Arial dan Rocky pun ia tak banyak menjawab.“Kenapa?”Keyla menoleh, “Pasien yang tadi bakal selamat ‘kan, kak?”“Pasien yang mana?”“Yang kena Kanker Hati.”Arial tak menjawab. Ia berdiri disamping Keyla dan menatap lurus jalanan ibu kota yang padat merayap, “Cuma Tuhan yang tahu.”“Kenapa pasien tadi bilang mau lahiran lebih cepet?”“Masa kamu gak ngerti.”“Hm?” Keyla menatap Arial, “Kan belum waktunya. Pasien pasti tahu kalau melahirkan di bawah usia tiga puluh dua minggu resikonya sangat besar buat janin, karena berat dan panjang janin belum sempurna.”Arial mengubah posisi menatap Keyla, “Ibu hamil yang terkena Kanker Hati memiliki resiko yan