Beranda / Romansa / Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan / 58. Erangan Nikmat dari Kamar Kiara (21+)

Share

58. Erangan Nikmat dari Kamar Kiara (21+)

Penulis: Rilla
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-24 10:25:40

Aagghhhh...

Desahan Kiara semakin terdengar namun ia langsung menutup mulutnya karena kamar ini bukanlah kamar kedap suara. Dion melirik dari bawah dan ia tersenyum gemas. Ia tak ingin Kiara menahan desahannya. Karena desahan Kiara candu baginya.

Kiara menutup matanya, rasa geli itu menyeruak. Rasa nikmat yang dihasilkan dari permainan Dion pada puncak dadanya membuat bagian bawahnya ikut berdenyut. Tanpa sadar Kiara menekan miliknya kuat ke bawah dan kali ini giliran Dion yang dibuat mendesah,

Ciuman itu terlepas lagi. Dion menatap pada adik kecilnya dan kembali menatap Kiara. Kiara tersenyum menggoda.

"Ra," panggil Dion.

Kiara mendekatkan wajahnya pada Dion, mengecup daun telinga Dion membuat Dion paha jika Kiara ingin lebih.

Dion langsung menggendong gadis tersebut dan membawanya menuju tempat tidur dan membaringkan Kiara di atas sana dan langsung menurunkan celana Kiara sebagai penutup satu-satunya di tubuh gadis tersebut. Kini Kiara tak mengenakan apapun lagi.

Fokus Dion tertu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan    59. Sembunyi-sembunyi

    Dion perlahan membuka matanya, menyadari bahwa ia masih berada di kamar Kiara. Ia menatap wajah Kiara yang tenang tertidur dalam pelukannya. Melihat wajah tenang Kiara dan mengingat apa yang baru saja mereka lakukan tadi, membuat hatinya seketika dipenuhi dengan kedamaian dan kehangatan. Ia mengusap puncak kepala Kiara. Merapikan rambut yang menutupi wajahnya. Hubungan mereka semakin terjalin lebih dalam dan ia menyukai itu. Ia janji setelah ini, ia pastikan Kiara hanya boleh berada di dekatnya. Dion tersenyum tipis. Ia mengedarkan pandangannya ke depan, Namun, saat pandangannya jatuh ke arah jam dinding, Dion tersentak. Waktu sudah menunjukkan pukul empat subuh.Ia harus keluar dari kamar ini sebelum orang dirumah ini terbangun.Dion menatap Kiara lembut, “Kiara...” bisiknya sembari mengusap lengan gadis itu. Tak ada respon dari wanita itu. Ia mengulangnya kembali dan akhirnya Kiara mengerjap pelan, matanya membuka sedikit, menatap Dion dengan tatapan mengantuk. “Ada apa?” tanyanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan    60. Ambil Resikonya atau Kehancuran

    Silva duduk di sebuah kafe kecil di pusat kota, menatap cangkir kopinya dengan tatapan gelisah. Ia baru saja menerima telepon dari Nina, maminya Dirga, yang meminta untuk bertemu. Awalnya, Silva enggan meladeni panggilan itu, tetapi Nina terus mendesaknya. Setelah perdebatan singkat, Silva akhirnya setuju untuk bertemu di salah satu restoran mewah.Saat tiba di restoran, Silva langsung melihat Nina yang sudah menunggunya di sudut ruangan. Wanita itu duduk dengan anggun, mengenakan gaun elegan, dan memberikan senyum penuh arti begitu Silva mendekat. “Kamu tepat waktu,” ucap Nina, suaranya terdengar tegas namun tetap sopan. Silva hanya mengangguk kecil sebelum duduk di hadapannya.Tanpa basa-basi, Nina langsung menyampaikan maksudnya. “Malam ini ada pertemuan makan malam keluarga besar Abraham di kediaman ayah mertuaku. Aku ingin kau datang bersamaku,” katanya sambil menyesap minumannya. Silva mengerutkan kening, merasa tidak nyaman dengan permintaan itu. “Untuk apa aku diundang ke aca

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan    61. Keberanian Ryan

    Silva berdiri di sudut ruangan, memandang ke arah Nina yang sedang berbincang santai dengan anggota keluarga besar Abraham. Tak lama Nina menatap ke arahnya. Tatapan Nina padanya begitu tajam, penuh ancaman yang tidak tersirat, namun Silva dapat merasakannya jelas. Ia tahu, jika ia mengambil keputusan untuk pergi, maka konsekuensinya tidak akan main-main. Namun, setiap detik berada di dalam rumah itu membuat dadanya semakin sesak.Tatapan Ryan dari kejauhan juga menambah beban di pikirannya. Pria itu tidak berhenti mengamati dirinya, seolah membaca kebingungan yang sedang dialaminya. Namun tatapan Ryan berbeda dari Nina; ada sesuatu yang lebih dalam—seperti ia mencoba melindungi Silva meskipun hanya dengan pandangan matanya.Keadaan semakin sulit bagi Silva saat dua bodyguard Dirga mendekat padanya. Mereka tampak mencoba bergerak secara halus agar tidak menarik perhatian tamu lain, tetapi niat mereka jelas terlihat oleh Silva. Ia merasa terkepung, tak ada jalan keluar.Pikiran Silva b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan    62. Masa Lalu Pahit

    Silva duduk terdiam di halte dengan tatapan kosong. Ryan duduk di sampingnya, mencoba mencairkan suasana yang terasa begitu berat. Udara malam berhembus lembut, tetapi itu tidak mampu meringankan beban yang terlihat jelas di wajah Silva. Ia masih terpaku pada apa yang terjadi sebelumnya—tentang panggilan dari Nina yang dijawab oleh Ryan.Ia kesulitan bernafas. Seolah bayangan kehancuran keluarganya sudah berada tepat di hadapannya.Apa yang harus ia lakukan? Kenapa semuanya bisa jadi serumit ini?Silva menghela nafas berat, menarik perhatian Ryan yang saat ini ada di sampingnya."Maaf atas kelancanganku tadi, tapi ini terbaik buat kamu.""Kamu nggak tahu apa-apa Ryan." Ucapnya lirih sambil menggeleng lemah tanpa menoleh ke arahnya.Ia benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Pikirannya terus berputar pada kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin menimpa keluarganya setelah ini."Tapi kamu bisa bercerita padaku Silva?" Pintanya namun Silva tak menjawab.Ryan menghela napas panjang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan    63. Sudah, Jangan lakukan lagi

    Mobil melaju pelan meninggalkan pantai, keheningan memenuhi ruang di antara Ryan dan Silva. Mereka berdua tenggelam dalam pikiran masing-masing. Silva memandang lurus ke depan kembali sesekali menatap ke arah Ryan. Ia mencoba mencerna perasaan yang mulai tumbuh dalam dirinya. Entah sejak kapan, Ryan berhasil masuk ke dalam hatinya. Bukan hanya karena pria itu menyelamatkannya berkali-kali dari Tante Nina, tetapi juga karena Ryan selalu hadir dengan ketulusan.Apalagi semua cerita yang tadi Ryan sebutkan padanya benar-benar membuat hatinya terluka. Jika ia tetap melanjutkan apa yang Tante Nina suruh, itu artinya sama saja ia menyakiti Ryan.“Aku tidak akan lagi menuruti Tante Nina,” ucap Silva tiba-tiba, memecah keheningan. Nada bicaranya tegas, penuh keyakinan. Ryan meliriknya sekilas, lalu kembali fokus pada jalan.“Itu keputusan yang tepat,” jawab Ryan, suaranya lembut namun tetap tegas. “Bukan hanya untuk Dirga dan Amora, tetapi juga untuk dirimu sendiri, Silva. Jangan buat dirimu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan    64. Mencoba Memperbaiki Kesalahan

    Ryan berjalan dengan langkah cepat menghampiri Silva. Dari kejauhan, ia melihat gadis itu menunduk dengan tangan memegang tepian meja, kepalanya terus ia benturkan pelan ke meja. Pemandangan itu membuat dada Ryan sesak. Ia tahu betapa beratnya tekanan yang Silva rasakan, tetapi ia tidak bisa membiarkan gadis itu menyakiti dirinya sendiri."Silva, hentikan!" ucap Ryan tegas, tangannya langsung menahan kepala Silva agar tidak lagi terbentur meja. Matanya menatap gadis itu dengan campuran emosi—cemas, marah, sekaligus iba.Silva mendongak, air mata mengalir deras di wajahnya. Ia memandang Ryan dengan tatapan penuh keputusasaan. "Kenapa kamu bisa tahu aku di sini?" tanyanya dengan suara bergetar. Namun kehadiran Ryan membuat Silva merasa lega dan aman."Sebuah kebetulan itu ada Silva. Jadi jangan bertanya lebih banyak lagi." Jawab Ryan.Ryan menarik kursi dan duduk di depan Silva, tangannya masih memegang bahu gadis itu. "Aku dengar semuanya. Semua yang kalian bicarakan tadi aku mendengar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan    65. Aku Takut jika Mami memang terlibat

    Dirga duduk di sofa ruang tamu, tubuhnya kaku dan rahangnya mengeras. Ia mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Silva, namun pikirannya sulit untuk mencerna semuanya. Hatinya bergejolak antara rasa percaya dan tidak percaya. Bagaimana mungkin ibunya sendiri, bisa merencanakan hal-hal sekeji itu? Tapi melihat bagaimana ibunya meracuni makanan yang dibawa beberapa hari yang lalu. Bagaimana ia melihat Kiara yang bertahan dari rasa sakit akibat keracunan itu. Ia sedikit merasa percaya namun tak sepenuhnya, karena apa yang Silva ceritakan jauh lebih buruk. Tak Mungin maminya benar-benar mau mencelakai Amora. Dan bagaimana mungkin seorang ibu tega menghancurkan keluarga anaknya sendiri? Logikanya menolak, tapi kata-kata Silva terdengar begitu meyakinkan."Aku tahu sulit untuk mempercayai ini, Dirga," kata Silva dengan suara serak, matanya menatap penuh harap ke arah Dirga. "Tapi aku nggak punya alasan untuk berbohong sekarang. Aku mempertaruhkan keluargaku dengan menceritakan ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan    66. Semua Bisa Diperbaiki

    Di kamar yang luas dengan pencahayaan temaram, papi Dirga duduk di kursi dekat meja kerja kecil. Ia menatap istrinya yang sedang duduk di depan cermin, sibuk menyisir rambutnya. Hening melingkupi ruangan, tetapi pikirannya terus dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung terjawab. Akhirnya, ia memutuskan untuk memecah keheningan."Nina," panggilnya dengan nada tegas namun lembut, "aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan keluarga Dirga."Nina, yang sedari tadi tampak tenang, menghentikan gerakannya. Ia menatap bayangan suaminya di cermin. "Apa maksudmu?" tanyanya, mencoba mengulur waktu."Jangan pura-pura tidak tahu," jawab pria itu dengan nada yang sedikit lebih keras. "Dirga sudah beberapa kali datang ke sini dengan wajah yang terlihat gusar. Dia tidak mengatakan banyak hal, tapi aku bisa merasakan ada sesuatu yang terjadi."Nina menghela napas panjang, berusaha tetap tenang. "Aku hanya tidak suka dengan Amora," ujarnya singkat.Papi Dirga mengernyit. "

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29

Bab terbaru

  • Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan    82. Ciuman Tanpa Henti

    Silva mendorong Ryan yang tak mau menghentikan ciuman tersebut. Ia dibuat sesak nafas karena ulah Ryan."Ryan!" Teriaknya."Apa?""Kamu, apaan sih!""Apa?""Kamu mau bunuh aku?""Nggak. Aku cuma sedikit kesal."Silva menautkan alisnya, "kesal? Kenapa?""Karena Dirga yang lebih dulu melakukannya. Berarti Dirga itu ciuman pertamamu kan." Ucap Ryan yang cukup nampak cemburu,Silva menatap Ryan dengan tatapan tajam, seolah mencoba memahami apa yang baru saja keluar dari mulutnya. "Ryan, kamu nggak waras ya? Kita lagi ngomongin apa, kenapa tiba-tiba kamu jadi cemburu sama Dirga?"Ryan mendengus pelan, lalu menyandarkan punggungnya ke sofa. "Aku nggak cemburu," jawabnya, meskipun nada suaranya terdengar jelas bertentangan dengan pernyataan itu.Silva mendekat, menyilangkan tangan di depan dadanya. "Oh, jadi kamu nggak cemburu? Terus kenapa kamu marah-marah soal Dirga? Ciuman pertama, segala macam... Itu hal yang udah lewat, Ryan."Ryan memalingkan wajah, matanya menatap kosong ke arah jende

  • Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan    81. Ciuman Cemburu

    Silva duduk di sofa ruang tamunya dengan tangan yang saling menggenggam erat. Wajahnya tampak tegang saat Ryan berdiri di depannya, tatapannya penuh dengan campuran amarah dan kebingungan. Ryan baru saja selesai berbicara, meyakinkan Silva untuk membiarkannya ikut campur dalam masalahnya dengan Adrian. Tapi Silva menggeleng pelan, menunduk, dan menarik napas panjang sebelum akhirnya mengangkat wajahnya.“Ryan, aku nggak mau kamu terlibat,” ucapnya, suaranya rendah tapi penuh ketegasan. “Ini masalahku, bukan masalahmu. Aku nggak ingin kamu terseret ke dalam kekacauan ini. Adrian bukan orang yang mudah dihadapi, dan aku nggak mau kamu celaka karenanya.”Ryan mendengus kesal, melipat tangannya di dada. “Silva, aku nggak peduli siapa Adrian atau seberapa berbahayanya dia. Aku peduli sama kamu, dan aku nggak akan tinggal diam kalau dia terus memperlakukanmu seperti ini. Dan harusnya kamu yang nggak usah berurusan dengan pria itu."“Tapi aku peduli sama kamu, Ryan!” Silva membalas dengan n

  • Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan    80. teman biasa?

    Ryan tersentak ketika ponselnya bergetar di atas meja. Namun, dering itu hanya berlangsung sebentar. Ia segera melirik layar ponselnya, dan alisnya langsung bertaut saat melihat nama Silva muncul di sana. Tanpa berpikir panjang, Ryan segera menekan tombol panggil untuk menghubungi Silva kembali.Panggilan itu tersambung setelah beberapa nada. Namun, suara di seberang terdengar lemah, hampir tidak terdengar. "Silva? Kamu di mana? Kenapa telepon aku? Terjadi sesuatu?" Ryan langsung bertanya dengan nada cemas.Silva menghela napas panjang sebelum menjawab. Suaranya terdengar bergetar. "Aku… aku ada di apartemen. Aku butuh bicara sama kamu, Ryan," katanya singkat."Apartemenmu?" Ryan memeriksa jam di dinding. Sudah hampir tengah malam. "Apa yang terjadi? Kamu baik-baik saja?""Tolong datang, Ryan. Aku nggak tahu harus ngomong sama siapa lagi," suara Silva terdengar putus asa. Itu cukup bagi Ryan untuk langsung bangkit dari tempat duduknya dan mengambil kunci mobil."Baik, tunggu di sana.

  • Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan    79. Tak ingin dihantui lagi

    Silva berdiri di depan apartemen mewah milik Adrian, menggenggam tas tangannya erat-erat seolah-olah itu adalah satu-satunya yang bisa memberikan keberanian. Ia menatap pintu besar di depannya, merasakan gemuruh di dadanya yang semakin kuat. Keputusannya untuk datang ke sini tanpa memberi tahu Ryan terasa seperti beban yang berat, namun ia tahu bahwa ini adalah sesuatu yang harus ia selesaikan sendiri.Langkahnya terasa berat ketika ia mendekati pintu dan menekan bel. Hanya beberapa detik kemudian, suara Adrian terdengar dari interkom, dingin namun penuh kendali. "Silva. Aku tidak menyangka kamu akan datang. Naiklah."Pintu otomatis terbuka, dan Silva melangkah masuk ke dalam gedung. Lift membawanya ke lantai tertinggi, tempat Adrian tinggal. Setiap lantai yang terlewati membuat jantungnya berdetak semakin cepat. Ia bertanya-tanya apakah keputusannya ini benar, namun ia menepis keraguan itu. Ia tidak ingin terus dibayangi oleh masa lalu.Ketika pintu lift terbuka, Adrian sudah berdiri

  • Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan    78

    Ryan duduk di sofa ruang tamu apartemen Silva, tangannya menggenggam sebuah map cokelat yang terlihat cukup tebal. Raut wajahnya tegang, mencerminkan keseriusan yang jarang Silva lihat sebelumnya. Sementara itu, Silva duduk di sampingnya dengan gelisah, jemarinya saling meremas tanpa sadar. Suasana di ruangan itu mendadak terasa sunyi, hanya terdengar suara kipas angin yang berputar pelan.Dengan gerakan perlahan, Ryan membuka map tersebut dan menarik napas panjang sebelum menyerahkannya kepada Silva. "Baca ini," katanya singkat, nadanya dingin namun tegas.Silva menatap map itu dengan keraguan. Tangannya sedikit gemetar saat menerimanya. Ia membuka map tersebut dan mulai membaca lembar demi lembar dokumen yang ada di dalamnya. Pandangannya segera berubah, dari kebingungan menjadi ketakutan."Ryan... bagaimana kamu bisa mendapatkan semua ini?" tanya Silva dengan suara bergetar. Ia menatap Ryan, berharap ada jawaban yang membuatnya merasa lebih tenang. Namun Ryan hanya diam, menatapnya

  • Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan    77. mencoba mencari tahu

    Ryan duduk di sofa ruang tamu apartemen Silva, tangannya memegang secangkir kopi yang sudah mulai dingin. Pandangannya tertuju pada Silva yang sedang membereskan beberapa buku di rak. Ia juga menatap senyum tipis yang selalu terbit dari bibir Silva. Dan entah kenapa ia menyukai senyum tersebut.“Sepertinya hidupmu sekarang jauh lebih tenang, ya?” Ryan membuka pembicaraan dengan nada santai. Silva menoleh, senyumnya kecil tapi tulus. “Iya, sejak Tante Nina berhenti menghubungiku, aku merasa seperti bisa bernapas lagi,” jawabnya sambil meletakkan buku terakhir di rak.“Syukurlah,” ujar Ryan sambil mengangguk. “Aku senang melihat kamu mulai pulih. Tapi... apa kamu yakin dia benar-benar sudah berhenti? Maksudku, Tante Nina bukan tipe orang yang menyerah begitu saja.” Silva terdiam sejenak, memikirkan kata-kata Ryan. “Aku nggak tahu, Ryan. Tapi sampai sekarang dia nggak lagi menghubungiku, dan itu sudah lebih dari cukup buatku. Setidaknya untuk sementara waktu aku bisa bernafas lega tanp

  • Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan    76. Makanan Buatan Mama Mertua

    Detik berlalu begitu lama menurut Amora. Padahal setelah panggilan itu tertutup baru lewat 2 menit saja. Namun ia sudah merasa seperti 2 jam menunggu mertuanya keluar dari kamar. Ia benar-benar Tak sabar bisa masak bersama dengan ibu mertuanya itu. Impian semua menantu bukan? Bisa akrab dengan ibu mertua. Karena memang faktanya yang selalu menjadi banyak masalah dan momok menakutkan bagi menantu dalam rumah tangga adalah mertua perempuan.Dan saat ia sudah bisa berhasil membujuk mertua perempuannya untuk melihat dirinya secara baik-baik terlebih dahulu, membuat Amora cukup bangga dengan usahanya. Tapi yakin ini baru di awal saja karena masih ada beberapa rintangan lagi yang tentunya harus ia jalani. Pintu kamar tiba-tiba terbuka memunculkan Nina dengan pakaian santainya. Ia menatap Amora sekilas selalu melenggang menuju dapur. "Ngapain kamu masih duduk di sana, sini masak sama saya." Ucap Nina dengan ketus namun suaminya paham jika istrinya itu sebenarnya sudah menganggap Amora sebag

  • Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan    75. Nina Mulai Luluh

    Malam semakin larut, dan hawa dingin mulai menyelimuti taman rumah Dirga. Kiara menarik jaketnya lebih rapat sambil menguap kecil. Rasa kantuk mulai menyerangnya. Ia menguap beberapa kali membuat Dion tertawa gemas. “Sepertinya ada yang sudah tak bisa menahan kantuknya lagi." Goda Dion.Kiara tersenyum malu, "aku Ngantuk, masuk yuk." Jawabnya sambil berdiri. Dion mengangguk setuju. Kiara melangkah lebih dulu berjalan menuju pintu masuk rumah dan Dion mengekori dari belakang. Mereka saling bertukar pandang dan tersenyum sebelum berpisah di lorong menuju kamar mereka masing-masing.Sementara itu di kamar Dirga, pasangan suami istri itu belum tertidur. Keduanya masih asik berbicara hal-hal kecil dengan suasana yang nyaman. "Mas nggak pernah ke rumah mami lagi?" Tanya Amora sembari memainkan jemari suaminya.Dirga menghela nafas panjang. "Mas belum sempat. Lagian untuk saat ini berjumpa dengan Mami hanya akan menambah emosi Mas saja. Jadi lebih baik seperti ini dulu." "Tapi mas, bagai

  • Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan    74. Memulai dengan lebih baik

    Ryan berdiri di dapur apartemen Silva, memandang sekeliling dengan sedikit kebingungannya. Dapur itu tidak terlalu besar, namun cukup nyaman dan rapi. Bau masakan ringan mulai tercium dari kompor, tanda bahwa suasana sudah kembali tenang setelah kejadian yang cukup membuat hati mereka berdua berdebar. Silva, yang tadi sempat canggung dan bingung, kini sudah mulai tersenyum sedikit saat berjalan mendekat dengan tangan membawa bahan-bahan untuk makan malam."Jadi, apa yang harus kita masak?" tanya Silva sambil membuka lemari es, memilih beberapa bahan yang akan dijadikan hidangan malam itu. Ryan, yang masih agak terkejut dengan kejadian sebelumnya, akhirnya tersenyum tipis. "Bagaimana kalau pasta?" jawabnya, berharap agar pilihannya itu tidak membuat suasana menjadi canggung lagi. Silva mengangguk, lalu mulai mengeluarkan peralatan masak dengan cekatan. "Pasta ya? Aku setuju. Tapi kamu bantu, kan?" tanyanya dengan sedikit gurauan, mencoba membuat suasana semakin ringan.

DMCA.com Protection Status