Lance meminta staf yang bertugas untuk menunjukkan rekaman satu setengah jam yang lalu, tetapi staf tersebut malah menolak.Lance malas bertengkar, dia langsung menelepon Gilber dan menjelaskan situasinya. Kemungkinan Aluna hilang.Gilbert membentak staf yang bertugas, "Kamu tahu betapa berbahaya kalau ada mutan yang hilang? Masih tidak segera mengecek rekaman CCTV-nya?"Staf tersebut terkejut mendengar teriakan Gilbert. Tanpa banyak bicara, dia langsung menunjukkan rekaman CCTV kepada Lance.Gilbert tidak tenang membiarkan Lance memeriksanya sendirian, dia pun datang untuk mengecek situasinya. Gilbert berdiri di belakang dan menunggu hasil penyelidikan, dia tidak mengganggu Lance yang sedang berkonsentrasi.Lance tidak memeriksa semua rekaman CCTV, dia mengecek berdasarkan waktu dan menjadikan asrama sebagai titik utama.Lance memperhatikan wajah setiap mutan yang keluar meninggalkan asrama.Gilbert mengerutkan alis. "Semua mutan di sana sudah berubah wujud. Apalagi rekamannya diambil
Gilbert menggelengkan kepala. "Anak itu .... Mau cari ke mana?"Namun Gilbert tidak perlu cemas, Lance adalah seorang detektif. Selain memecahkan kasus, mencari orang adalah satu satu keahliannya.Penampilan Aluna berubah jadi mutan, berbeda dengan manusia normal. Apalagi Aluna tidak memiliki uang selama dirawat di rumah sakit. Dia tidak akan bisa pergi terlalu jauh.Lance menelusuri jalanan di sepanjang rumah sakit, dia fokus pada gang-gang kecil dan taman yang ada di sekitar. Dia juga menanyakan kepada setiap orang yang ditemuinya di jalan."Wajahnya begini .... Apakah kamu melihatnya?""Tidak."Lance tidak menyerah, dia terus melakukan pencarian. Sesampainya di tepi sungai, Lance ingin menghampiri seorang kakek tua untuk bertanya. Di saat bersamaan, seorang anak laki-laki berlari sambil berteriak, "Haikal, Feni, aku ketemu monster yang ada di kartun."Lance mengikuti sekelompok anak-anak yang hendak pergi berburu monster. Terdapat sebuah jembatan di sisi sungai taman."Monsternya ad
Tubuh Aluna terasa seakan terkena sengatan listrik, dia memberontak dan berusaha melepaskan pelukan Lance.Lance menggenggam erat pergelangan tangan Aluna. "Aluna ...."Hati Lance remuk melihat Aluna yang menundukkan kepala dan berusaha melepaskan diri."Tolong, jangan kabur lagi. Aku salah, maafkan aku. Aku bertemu Dokter Martin di Kota Kapri, dia sudah menceritakan semuanya. Maafkan aku, selama ini aku salah paham." Lance memohon kepadanya.Aluna berhenti memberontak. Dia menggelengkan kepala tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Lance menatap tulus wanita yang berada di hadapannya. "Kamu adalah orang pertama yang menyadari kejahatan Stanson. Selama ini kamu melawannya seorang diri, tapi aku malah mencurigaimu tanpa tahu apa-apa ....""Saat kamu membutuhkanku, seharusnya aku berada di sampingmu untuk melawan Stanson. Tapi aku malah ...," kata Lance sambil terisak-isak.Aluna mengangkat kepalanya dengan ragu-ragu, dia menatap mata Lance dan berkata, "Kamu tidak salah, aku yang tidak mau
Lance memeluk erat Aluna, dia lega telah menemukan wanita yang dicintainya. "Kamu membohongiku karena terpaksa. Walaupun awalnya aku marah, aku membenci diri sendiri setelah mengetahui semuanya. Seharusnya aku lebih peka, harusnya aku menyadari kesulitanmu lebih awal."Perasaan Lance diliputi penyesalan setiap membayangkan Aluna yang harus menghadapi Stanson sendirian dan dihantui ketakutan.Namun Lance segera menahan lonjakan emosinya. "Aluna, Stanson sudah dihancurkan dan anak-anak di panti asuhan akan dipindahkan ke tempat yang lebih baik agar mendapatkan pendidikan yang normal. Aluna, biarkan aku menemani dan menjagamu ....""Tidak!" Aluna menyela ucapan Lance.Lance sama sekali tidak memedulikan penolakan Aluna, dia tahu apa yang dikhawatirkannya."Aku tidak keberatan dengan wajahmu. Kalau kamu mau melakukan operasi plastik, aku akan membantumu untuk mencari dokter yang terbaik." Lance berusaha meyakinkan Aluna.Aluna tersentuh mendengar janji yang diucapkan Lance. Pertahanan Alun
Aluna membutuhkan waktu untuk menenangkan diri. Setelah mempertimbangkan segalanya, Aluna membuka matanya yang berlinang air mata.Kemudian Aluna menutup kotak perhiasan yang dipegang Lance sambil tersenyum sedih. "Lance, terima kasih atas cintamu. Tapi ... aku tidak bisa menerima lamaranmu. Kamu berhak mendapatkan wanita yang lebih baik."Setelah bicara, Aluna kembali menunduk dan pergi meninggalkan Lance."Cincin ini milikmu. Selain kamu, aku tidak akan memberikannya kepada wanita lain." Lance bangkit berdiri.Aluna berhenti sesaat mendengar ucapan Lance. Lance memegang pundak Alena dan memutar badannya. Lance kembali membuka kotak perhiasan, lalu mengenakan cincin tersebut ke jari manis Aluna."Aluna, terimalah aku. aku berjanji akan menemanimu menghadapi segala masalah yang ada." Lance menatap mata Aluna.Walaupun terharu, Aluna tetap mengkhawatirkan masa depannya bersama Lance. Aluna mencintai Lance, apakah dia harus mengambil risiko ini?Aluna menatap cincin yang diberikan selam
"Maaf merepotkan kalian." Aluna merasa bersalah karena telah merepotkan pihak rumah sakit."Tidak apa-apa." Lance menggelengkan kepala.Ketika Lance dan Aluna hendak pergi meninggalkan taman, anak laki-laki yang tadi merundung Aluna kembali sambil menangis."Kakek, Nenek, mereka menindas aku. Huhuhu!" Anak laki-laki itu mengadu sesaat melihat Lance dan Aluna.Tanpa melihat jelas wajah Lance dan Aluna, sepasang kakek dan nenek itu langsung memarahi Lance, "Kamu yang menindas cucuku dan mau melemparnya ke sungai? Cucu kesayanganku paling takut air. Kamu membuatnya ketakutan!"Lance mengerutkan alis saat menghadapi kedua orang tua ini. Lance berusaha menahan emosi dan menjelaskan secara baik-baik. "Cucumu mengajak teman-temannya untuk menindas pacarku. Aku hanya mencegatnya, aku tidak menindasnya.""Bohong! Kamu merebut pedangku dan mengancam ingin melemparku ke sungai." Anak laki-laki itu merengek.Lance tidak menyangka akan bertemu anak senakal ini. Lance tidak mungkin mengajak seorang
"Tuan Lance maafkan kami. Anda adalah pahlawan negara, sebuah kehormatan bisa bertemu Anda." Sang kakek menundukkan kepala dan meminta maaf.Sang nenek yang tadinya memuja-muja cucunya, sekarang malah menjewer cucunya dan memarahinya, "Anak nakal! Apakah Nenek pernah mengajarimu menindas orang? Beraninya kamu menindas pacar Tuan Lance ...."Sembari memarahi cucunya, nenek tersebut menoleh ke arah Aluna. Sesaat melihat wajah Aluna, nenek tersebut ketakutan seolah sedang melihat hantu."Ini ... pacarmu?" Nenek tersebut menunjuk wajah Aluna, dia sangat kaget.Melihat reaksi istrinya, sang kakek penasaran dan menoleh ke arah Aluna. Sang kakek tak kalah kaget, dia bahkan ketakutan sampai tak bisa berkata-kata."Apa kataku? Dia monster ...," kata anak laki-laki itu.Tatapan mereka bagaikan pisau yang menikam hati Aluna. Aluna mengempaskan tangan Lance, lalu berlari pergi."Aluna!" Lance memelototi ketiga orang itu, lalu bergegas mengejar Aluna.Setelah mengejar sekitar 10 meter, akhirnya Lan
Gilbert melambaikan tangan. "Aku paham, namanya juga anak muda. Yang penting kamu kembali dengan selamat."Lance mengangguk sambil menatap Aluna yang berdiri di sampingnya. Lance berpikir sebentar, lalu bertanya kepada Gilbert, "Pak Gilbert, apakah aku boleh membawa Aluna pulang?""Membawanya pulang?" Gilbert menatapnya dengan terkejut.Lance menjawab, "Aku mau merawat Aluna di rumah."Aluna kaget hingga mengangkat kepalanya dan tercengang.Gilbert mempertimbangkan permintaan Lance. "Di antara semua mutan, kondisi Aluna yang paling bagus. Secara garis besar, kondisi Aluna bisa dibilang normal. Hanya saja, dia masih harus diberikan suntikan obat untuk pemulihan. Begini saja .... Kamu rawat dan suntikkan sendiri obatnya di rumah.""Boleh, terima kasih!" Lance mengangguk."Ikut aku." Gilbert membawa Lance untuk pergi membawa obat, sedangkan Aluna menunggu di tempat.Sesampainya ruang penyimpanan obat, Gilbert memberikan cairan obat kepada Lance."Totalnya berjumlah 7, setiap hari suntikka
"Kakak!" Tim dan Sam menyapa Welly dan Rose.Di antara keempat anak ini, Welly yang paling besar, Rose nomor dua, lalu disusul Tim dan Sam.Jarak usia Tim dan Sam hanya berbeda 10 hari. Tim adalah anak Tori, sedangkan Sam adalah anaknya Christina.Tori dan Christina melahirkan anak laki-laki, sementara anak yang masih berada di kandungan Aluna pun berjenis kelamin laki-laki. Ditambah dengan Shad, anak dari James dan Samantha, Rose adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga ini.Rose memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan, semua orang sangat menyayanginya.Semua mata tampak berbinar-binar melihat penampilan Rose yang cantik. Semua orang merentangkan tangan dan ingin memeluknya."Rose sayang, sini sama Kakek dan Nenek.""Aku mau sama Kakak dan adik-adik.," jawab Rose.Mobil melaju ke arah desa. Hari ini adalah hari peringatan kepergian Sheila.Setiap tahun Suzy selalu pergi melayat ke makam neneknya sekaligus menjenguk Gilbert.Sebelumnya anak-anak masih terlalu kecil, jadi Suzy
Ivan membawa istri dan anaknya untuk datang menjenguk Suzy. Mereka juga tak lupa membawakan hadiah."Selamat, keluarga kalian sudah lengkap. Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan." Anna memberikan ucapan selamat."Terima kasih." Robert tersenyum sambil menatap Suzy dengan penuh cinta. "Semua berkat istriku."Di tengah suasana bahagia, Ivan memberikan sebuah kabar baik. "Sekarang kami sudah membangun sekitar 10 klinik amal, tapi belum diberikan nama. Bagaimana kalau kamu ...."Ivan melirik Robert, sedangkan Robert malah melirik Suzy."Ngapain melihat aku?" Suzy mengerutkan alis.Robert tersenyum. "Proyek ini adalah milikmu dan Ivan, kamu juga harus ikut memberikan ide. Kamu saja yang memberikan nama untuk kliniknya.""Aku?" Suzy membelalak.Ivan mengangguk. "Em."Suzy memang harus berkontribusi, meski hanya memberikan nama. Dia berpikir sebentar dan menjawab, "Tujuan klinik ini adalah membantu orang-orang susah yang tidak mampu berobat ke rumah sakit. Bagaimana kalau diberi nama P
Ukuran kandungan Suzy lumayan besar sehingga dia tidak bisa kembali ke Kota Hanggola. Akhirnya dia dan Robert memutuskan untuk melahirkan di ibu kota.Sejak tiga bulan lalu, Lucy membawa Welly untuk datang menemani dan menjaga Suzy. Seiring perut Suzy yang makin membesar, Keluarga Xin meminta Suzy untuk pulang ke rumah keluarganya agar bisa ikut merawatnya.Karena Keluarga Xin terus mendesak, akhirnya Suzy, Lucy, dan Welly pindah ke rumah Keluarga Xin. Semuanya adalah satu keluarga, kehidupan sehari-hari dilewati dengan harmonis.Selain Daniel dan Lorraine, rumah Keluarga Xin juga ditempati oleh Wallace dan Tori, Joris dan Christina, serta Lance dan Aluna. Suasana di rumah selalu dipenuhi tawa.Saat usia kandungan Suzy menginjak 9 bulan, Tori dan Christina memberi tahu berita kehamilan mereka. Keluarga Xin sangat bahagia, Daniel dan Lorraine langsung menyiapkan berbagai suplemen untuk ibu hamil.Memasuki usia kandungan 10 bulan, akhirnya hari persalinan telah tiba. Robert menyerahkan p
Ketika masuk ke kamar, Robert melihat Suzy yang serius membaca dokumen. "Kamu lagi ngapain?"Suzy mengangkat kepala dan menceritakan rencana pembangunan klinik amal kepada Robert."Ide yang bagus. Kalau perlu bantuan, jangan ragu memberitahuku." Robert mendukung Suzy.Suzy pun tidak ragu-ragu dan menjawab, "Aku perlu bantuan uang dan orang."Robert tertawa kecil, Suzy sudah tidak sungkan-sungkan kepadanya. "Baik. Kamu perlu berapa banyak dana? Tapi ...."Robert mengambil dokumen yang dibaca Suzy. "Kamu lagi hamil, jangan terlalu capek.""Tapi ....""Biar aku yang mengurusnya." Robert memotong ucapan Suzy.Kemudian Robert duduk di samping Suzy dan membaca proposal tersebut.Suzy menatap wajah Robert yang sedang fokus bekerja, tampak dan menawan.Setelah selesai membaca, Robert meminta Suzy untuk menghubungi Ivan.Suzy menyalakan pengeras suara sehingga Robert bicara berbicara kepada Ivan secara langsung. "Aku sudah baca proposalnya. Ada beberapa tambahan ...."Saat ini kerajaan, Rumah S
"Oh ...." Welly mengangguk, dia terlihat bingung. "Aku mau punya dua adik, kalau bisa kembar.""Dasar, anak ini." Simon dan Lucy tertawa melihat tingkah cucunya."Ibu dan Ayah tidak punya genetik untuk melahirkan anak kembar. Kemungkinannya sangat kecil." Suzy mengusap kepala Welly.Welly mengangguk, seolah memahami maksud penjelasan Suzy.....Begitu mengetahui kabar kehamilan Suzy, Anna dan Ivan membawa Sisi datang untuk menjenguknya.Anna dan Ivan memberikan anaknya nama Sienna yang dipanggil Sisi, sebuah nama yang cantik dan indah. Sisi memiliki mata yang bulat dan hitam, serta wajah cantik bak putri kecil.Keluarga Calvin dan Keluarga Xin kagum melihat kecantikan Sisi."Anak pintar, anak cantik." Simon terkesima melihat mata Sisi yang bulat."Semoga Suzy mengandung anak perempuan," kata Lucy.Lorraine menghela napas. "Aku punya 3 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Suzy, maafkan Ibu yang tidak menemanimu di saat masa kecilmu ....""Semua sudah lewat." Daniel menepun pundak
Sebagian orang masih berusaha mencerna informasi yang diberikan Suzy.Suzy terlihat gugup. Di saat Suzy kebingungan, Robert mewakilinya menjawab, "Kami terlalu sibuk, baru tahu belum lama ini."Tidak ada yang curiga, Suzy dan Robert memang sibuk.Lucy berdecak dan mengomeli mereka, "Kalian berdua ini .... Jangan terlalu sibuk, apalagi Suzy sedang hamil. Ingat, jaga kesehatan.""Robert, jaga Suzy baik-baik," Simon berpesan."Ayah, Ibu, tenang saja, Robert sangat melindungi aku." Suzy membela suaminya.Semua orang tersenyum melihat Suzy yang membela Robert.Berita kehamilan Suzy berhasil mencairkan suasana yang tengah berkabung. Untuk sesaat, semua orang melupakan kesedihan pasca kepergian Jenny.Sebenarnya bukan sedih, tetapi tidak rela karena semua terjadi secara tiba-tiba. Sejujurnya Keluarga Calvin lega melihat Jenny yang pergi dalam keadaan tenang.Sekarang Suzy sedang mengandung kehidupan kecil di dalam perutnya. Ketika orang-orang sedang mengobrol, Robert dan Suzy memperhatikan We
Suzy kembali ke kamar, tetapi tidak menyalakan lampu. Dia beranjak ke balkon dan menatap langit gelap yang diselimuti awan.Ketika Robert masuk, dia melihat Suzy yang duduk di balkon. Karena takut Suzy masuk angin, Robert membawakan jaket untuknya.Suzy tersadar dari lamunan. "Kamu sudah kembali?""Nenek akan dimakamkan tiga hari lagi bersama barang peninggalan Kakek," kata Robert."Em." Suzy mengangguk.Robert memeluk Suzy. "Ada apa?"Suzy bersandar di pundak Robert. "Aku lagi berpikir, seandainya aku memberi tahu kehamilanku lebih awal, mungkin Nenek tidak akan pergi secepat ini ...."Tangan Robert bergetar saat mendengar ucapan Suzy. Robert terdaim sejenak, lalu menghela napas. "Tidak ada gunanya, hati Nenek sudah tidak sabar untuk pergi menemui Kakek. Tidak ada seorang pun bisa membaca isi hati Nenek.""Aku sedih, aku tidak siap .... Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba." Suzy menatap mata Robert."Semuanya akan baik-baik saja. Aku rasa Nenek sudah bahagia di atas sana." Robert menat
Suzy melepaskan benda yang dipegang Jenny, ternyata benda tersebut adalah sebuah sisir.Sisir ini terbuat dari bambu yang dihiasi bunga mawar."Kakek memberikan sisir itu kepada Nenek saat menyatakan cintanya. Kakek sendiri yang memahat sisir itu. Saat meninggalkan rumah, Kakek hanya membawa sisir itu bersamanya," kata Robert dengan mata berkaca-kaca.Suzy memegang sisir tersebut sambil menatap Jenny yang memejamkan matanya dengan tenang.Jenny tidak pernah berhenti mencintai Ambar. Sejak mengetahui Ambar yang masih hidup, tetapi mengorbankan diri demi melindungi ribuan nyawa, Jenny pasti sedih dan menyayangkannya.Setiap hari Jenny tampak tersenyum dan bahagia, tapi sebenarnya dia merindukan Ambar ...."Akhir-akhir ini Nyonya Besar tidak bisa tidur nyenyak," kata Paman Ming. "Aku dengar dari pelayan, Nyonya Besar sering terbangun di tengah malam. Saat kalian tidak ada, Nyonya tidak nafsu makan. Aku mau memanggil dokter, tapi Nyonya Besar melarangku untuk memberi tahu kalian. Siapa san
Suzy tidak bisa tidur. Sebentar lagi dia dan Robert akan pulang ke ibu kota, tetapi mereka belum memberi tahu kehamilannya kepada keluarganya."Sayang, bagaimana kalau besok kita umumkan kehamilanku?" tanya Suzy."Terserah kamu." Robert tersenyum manis.Suzy merenungkan keputusannya secara serius. Setelah membuat keputusan, dia baru memejamkan mata dan memaksakan diri untuk tidur.Manusia hanya bisa berencana, terlalu banyak hal yang tidak bisa diprediksi.Sebelum matahari terbit, pelayan berteriak membangunkan semua orang, "Gawat, gawat ...."Semua orang terkejut mendengar teriakan pelayan. Kemudian mereka keluar dari kamar dan berkumpul di kamar Jenny.Ketika Robert dan Suzy tiba, semua orang telah memenuhi kamar Jenny.Lucy menangis di dalam pelukan Simon yang terlihat sedih.Suzy dan Robert saling bertatapan, mereka merasakan firasat buruk.Robert menarik Suzy ke dalam kamar. Begitu melihat mereka, Lucy berkata dengan terisak-isak, "Nenek ...."Robert dan Suzy melihat ke arah Jenny