"Baiklah," ucap Henry yang juga tidak menghalangi Chuck. Tidak lama setelah Chuck pergi, Lance tiba-tiba menghampiri."Paman Henry, tolong jaga ayah dan adikku," ujar Lance."Kamu mau ke mana?" tanya Henry dengan penasaran saat mendengarnya."Aku akan kembali ke negaraku, aku sudah memberi tahu ayahku dan lainnya," timpal Lance.Melihat tatapan Lance yang tegas, Henry baru teringat pada sesuatu. Dia mengangguk mengerti dan berkata, "Oke, cepat pergilah. Di sini ada aku, kamu tenang saja.""Terima kasih banyak." Lance adalah orang yang lugas. Setelah berpamitan dengan Henry, dia segera berbalik dan pergi. Dia sudah tidak sabar untuk bertemu Aluna.Di dalam kamar, Suzy dan Robert berbaring di atas ranjang. Setelah melewati begitu banyak rintangan, mereka akhirnya merasa sangat rileks sekarang.Suzy memandang cahaya lampu di langit-langit sembari tersenyum dan berkata, "Kita menang.""Benar. Untungnya, kita bisa selamat." Selesai mengatakan ini, tatapan Robert menjadi suram, lalu dia terd
Meskipun berkata demikian, Suzy tak kuasa menggigil saat ditiup angin dingin. Melihat ini, Robert merentangkan lengannya untuk mendekapkan Suzy ke pelukan. Dia memeluk Suzy dengan erat dan berkata, "Tidurlah lebih awal, kamu pasti kelelahan beberapa hari ini."Robert mengecup kening Suzy dengan lembut, lalu mengulurkan tangannya untuk mematikan lampu. Malam berlalu dengan tenang, Suzy tertidur lelap di pelukan Robert.Keesokan harinya, Suzy merasa sekujur tubuhnya dipenuhi energi. Dia masih berbaring di pelukan Robert dan merasa enggan untuk bangkit. Keduanya berpelukan dengan sangat erat.Beberapa hari ini, mereka terus dihadapkan dengan situasi menegangkan sampai lupa kapan terakhir kalinya mereka bermesraan begini.Tempat tidur terasa sangat hangat di pagi hari. Keduanya masih tidak ingin bangun. Tangan keduanya meraba-raba selimut dan saling berpelukan dengan makin erat. Tidak lama kemudian, terdengar suara Robert yang dipenuhi gairah.Suzy menatap Robert dengan terkejut, tetapi Ro
Henry mengangguk karena juga merasa sangat lega. Dia berkata, "Benar, kita akhirnya bisa tenang sekarang. Kita tidak perlu takut ada yang membuat keributan lagi."Seusai mengatakan itu, Henry mengalihkan topik pembicaraan, "Omong-omong, para mutan itu terus meronta-ronta. Lihatlah ....""Paman Henry, aku memang ingin membicarakan masalah ini denganmu. Obat yang kupunya terbatas. Aku ingin meminta bantuanmu mencarikan beberapa bahan untuk membuat obat ini. Seharusnya, aku memberitahumu kemarin. Tapi, aku terlalu lelah sampai melupakan hal ini," jelas Suzy.Henry pun memahaminya sehingga menimpali, "Kamu berikan saja daftar obatnya kepadaku. Aku akan menyuruh orang mempersiapkan berapa pun yang kamu butuh.""Baiklah," sahut Suzy. Selesai membahas masalah obat, Suzy meminta bantuan lain lagi dari Henry.Sejam kemudian, Suzy dan Robert menaiki mobil yang diatur kedutaan dan pergi ke pangkalan kompetisi medis.Suzy teringat saat pertama kali dia datang kemari. Waktu itu, dia berambisi untuk
Air mata Suzy mengalir sesaat melihat sahabat-sahabatnya dan mendengar sambutan mereka yang begitu antusias.Suzy tersenyum sambil mengangguk. "Em."Pria yang berdiri di samping Suzy langsung berdeham untuk mengingatkannya.Suzy pun menambahkan. "Tunggu sampai urusanku selesai."Suzy harus menenangkan para mutan. Jika berhasil menyelesaikan semua urusannya sebelum kompetisi selesai, Suzy pasti akan kembali untuk ikut bertanding. Tak jauh dari sana, seseorang muncul sambil berbicara dengan sinis, "Memangnya peserta yang sudah didiskualifikasi masih bisa kembali berkompetisi? Mustahil!"Tanpa menoleh pun orang-orang tahu siapa yang sedang berbicara. Senyuman di wajah mereka pun pudar.Jean adalah orang pertama yang menoleh. Dia memutar bola matanya sambil menjawab, "Matsumo, berdasarkan skor saat ini, kelompokmu tidak akan bisa masuk ke babak final. Kalau aku jadi kamu, aku sudah mengundurkan diri dan kembali ke negaraku. Kulihat, anggota kelompokmu masih tahu malu, tidak seperti kamu,
"Kalian ngapain? Kalian ngapain? Tahan mereka, jangan!" Matsumo berteriak histeris.Ivan dan temannya tidak memedulikan teriakan Matsumo. Mereka menarik lengan Matsumo, lalu menyeretnya keluar.Penjaga gerbang terkejut melihat tindakan Ivan. Sesaat tersadar dari lamunan, Jean dan yang lainnya mengadang penjaga gerbang untuk menolong Matsumo.Dengan kekompakan anggota kelompok, Matsumo berhasil diseret keluar dari gerbang pangkalan.Ivan tersenyum dingin sambil berbicara kepada Matsumo, "Sekarang kamu sama kayak kami. Bukankah kelompokmu juga harus didiskualifikasi?"Matsumo mengentakkan kakinya dengan marah. "Bajingan! Kalian keterlaluan!""Kamu sendiri yang cari penyakit!" Jean melirik sinis.Matsumo membelalak tanpa bisa membantah. Sembari menahan amarahnya, Matsumo mendorong Ivan dan berjalan ke depan penjaga gerbang untuk protes. "Kalian lihat sendiri, mereka yang menyeretku keluar secara paksa!"Setelah selesai bicara, Matsumo meninggalkan mereka dan masuk kembali ke dalam pangkal
Jean mengangguk setuju. "Ivan mempertaruhkan nyawanya untuk menangkap mata-mata yang menyusup ke dalam pangkalan."Ivan menggaruk kepala sambil tersenyum canggung.Mereka mengobrol cukup lama, intinya mereka membahas pengalaman Suzy dan Robert saat ditangkap. Semua orang yang berada di pangkalan mengkhawatirkan keselamatan mereka."Sudah, kita harus pulang." Robert melirik Suzy.Meskipun tidak rela berpisah dengan teman-temannya, Suzy mengangguk dan harus pergi. Terlalu banyak hal luar biasa yang terjadi beberapa waktu lalu, Suzy bahagia dan bersyukur bisa bertemu kembali bersama kerabat dan sahabatnya."Pak Jean, Ivan, Christina, kami pamit dulu." Kata Suzy.Jean mengangguk, sedangkan yang lain melambaikan tangan. "Cepat kembali, kami menunggumu.""Em." Suzy mengangguk.Ketika Suzy dan Robert hendak pergi, terdengar suara asing yang memanggilnya. "Suzy!"Sesaat menoleh, terlihat Profesor Smith yang berlari ke arah Suzy. "Aku dengar dari Matsumo, katanya kamu sudah kembali. Tadinya aku
Suzy menatap Robert yang berdiri di sampingnya. Sorotan mata Robert tampak tidak berdaya, tetapi dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Suzy berpamitan kepada semua orang, lalu masuk ke dalam mobil.Di tengah perjalanan, Suzy bertanya kepada Robert dengan hati-hati, "Kamu marah karena aku berjanji akan kembali mengikuti kompetisi?"Robert tersadar dari lamunannya, lalu menoleh ke samping. Robert tersenyum melihat ekspresi Suzy yang begitu hati-hati."Tidak." Robert menggelengkan kepala. "Tidak, aku memahami perasaanmu. Lagi pula semua orang mengharapkan kamu kembali. Kalau aku jadi kamu, aku pun akan melakukan hal yang sama.""Lalu kenapa ekspresimu kelihatan marah?" Suzy sedikit lebih lega setelah mendengar jawaban Robert.Robert melayangkan tatapan tak berdaya, lalu menggenggam tangannya. Melihat punggung tangan Suzy yang pucat, Robert menggenggam erat tangannya dan menjawab, "Aku mengkhawatirkan kesehatanmu ...."Suzy tertegun dan menarik tangannya dari cengkeraman Robert. "Aku bai
Robert melirik sekilas wajah Suzy. Hanya dengan satu tatapan, Suzy langsung meyakini tebakannya.Suzy langsung menegakkan tubuh dan berkata dengan serius, "Tidak, tidak boleh! Kamu telah menggunakan darahmu demi menyelamatkan aku, banyak darahmu yang terbuang. Aku baik-baik saja, aku .... Uhm, uhm!"Tanpa menunggunya selesai bicara, Robert langsung mengecup bibir Suzy untuk membungkamnya. Dalam sekejap, aliran darah mengalir memenuhi mulut Suzy.Suzy membelalak, dia sulit memercayainya.Robert ....Sementara Robert menciumnya dengan arogan, matanya yang dalam seperti lautan juga seolah sedang memberikan perintah. Ciuman tersebut berlangsung penuh gairah, sopir yang mengendarai tersipu malu mendengar suara kecupan yang memenuhi mobil. Sopir tersebut tidak berani menoleh, dia hanya bisa menginjak pedal gas dan meningkatkan kecepatan mobil.Akhirnya ciuman yang panjang pun berakhir. Bibir Suzy yang tadinya pucat malah berubah jadi merah merona setelah dikecup Robert.Suzy terengah-engah s
"Kakak!" Tim dan Sam menyapa Welly dan Rose.Di antara keempat anak ini, Welly yang paling besar, Rose nomor dua, lalu disusul Tim dan Sam.Jarak usia Tim dan Sam hanya berbeda 10 hari. Tim adalah anak Tori, sedangkan Sam adalah anaknya Christina.Tori dan Christina melahirkan anak laki-laki, sementara anak yang masih berada di kandungan Aluna pun berjenis kelamin laki-laki. Ditambah dengan Shad, anak dari James dan Samantha, Rose adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga ini.Rose memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan, semua orang sangat menyayanginya.Semua mata tampak berbinar-binar melihat penampilan Rose yang cantik. Semua orang merentangkan tangan dan ingin memeluknya."Rose sayang, sini sama Kakek dan Nenek.""Aku mau sama Kakak dan adik-adik.," jawab Rose.Mobil melaju ke arah desa. Hari ini adalah hari peringatan kepergian Sheila.Setiap tahun Suzy selalu pergi melayat ke makam neneknya sekaligus menjenguk Gilbert.Sebelumnya anak-anak masih terlalu kecil, jadi Suzy
Ivan membawa istri dan anaknya untuk datang menjenguk Suzy. Mereka juga tak lupa membawakan hadiah."Selamat, keluarga kalian sudah lengkap. Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan." Anna memberikan ucapan selamat."Terima kasih." Robert tersenyum sambil menatap Suzy dengan penuh cinta. "Semua berkat istriku."Di tengah suasana bahagia, Ivan memberikan sebuah kabar baik. "Sekarang kami sudah membangun sekitar 10 klinik amal, tapi belum diberikan nama. Bagaimana kalau kamu ...."Ivan melirik Robert, sedangkan Robert malah melirik Suzy."Ngapain melihat aku?" Suzy mengerutkan alis.Robert tersenyum. "Proyek ini adalah milikmu dan Ivan, kamu juga harus ikut memberikan ide. Kamu saja yang memberikan nama untuk kliniknya.""Aku?" Suzy membelalak.Ivan mengangguk. "Em."Suzy memang harus berkontribusi, meski hanya memberikan nama. Dia berpikir sebentar dan menjawab, "Tujuan klinik ini adalah membantu orang-orang susah yang tidak mampu berobat ke rumah sakit. Bagaimana kalau diberi nama P
Ukuran kandungan Suzy lumayan besar sehingga dia tidak bisa kembali ke Kota Hanggola. Akhirnya dia dan Robert memutuskan untuk melahirkan di ibu kota.Sejak tiga bulan lalu, Lucy membawa Welly untuk datang menemani dan menjaga Suzy. Seiring perut Suzy yang makin membesar, Keluarga Xin meminta Suzy untuk pulang ke rumah keluarganya agar bisa ikut merawatnya.Karena Keluarga Xin terus mendesak, akhirnya Suzy, Lucy, dan Welly pindah ke rumah Keluarga Xin. Semuanya adalah satu keluarga, kehidupan sehari-hari dilewati dengan harmonis.Selain Daniel dan Lorraine, rumah Keluarga Xin juga ditempati oleh Wallace dan Tori, Joris dan Christina, serta Lance dan Aluna. Suasana di rumah selalu dipenuhi tawa.Saat usia kandungan Suzy menginjak 9 bulan, Tori dan Christina memberi tahu berita kehamilan mereka. Keluarga Xin sangat bahagia, Daniel dan Lorraine langsung menyiapkan berbagai suplemen untuk ibu hamil.Memasuki usia kandungan 10 bulan, akhirnya hari persalinan telah tiba. Robert menyerahkan p
Ketika masuk ke kamar, Robert melihat Suzy yang serius membaca dokumen. "Kamu lagi ngapain?"Suzy mengangkat kepala dan menceritakan rencana pembangunan klinik amal kepada Robert."Ide yang bagus. Kalau perlu bantuan, jangan ragu memberitahuku." Robert mendukung Suzy.Suzy pun tidak ragu-ragu dan menjawab, "Aku perlu bantuan uang dan orang."Robert tertawa kecil, Suzy sudah tidak sungkan-sungkan kepadanya. "Baik. Kamu perlu berapa banyak dana? Tapi ...."Robert mengambil dokumen yang dibaca Suzy. "Kamu lagi hamil, jangan terlalu capek.""Tapi ....""Biar aku yang mengurusnya." Robert memotong ucapan Suzy.Kemudian Robert duduk di samping Suzy dan membaca proposal tersebut.Suzy menatap wajah Robert yang sedang fokus bekerja, tampak dan menawan.Setelah selesai membaca, Robert meminta Suzy untuk menghubungi Ivan.Suzy menyalakan pengeras suara sehingga Robert bicara berbicara kepada Ivan secara langsung. "Aku sudah baca proposalnya. Ada beberapa tambahan ...."Saat ini kerajaan, Rumah S
"Oh ...." Welly mengangguk, dia terlihat bingung. "Aku mau punya dua adik, kalau bisa kembar.""Dasar, anak ini." Simon dan Lucy tertawa melihat tingkah cucunya."Ibu dan Ayah tidak punya genetik untuk melahirkan anak kembar. Kemungkinannya sangat kecil." Suzy mengusap kepala Welly.Welly mengangguk, seolah memahami maksud penjelasan Suzy.....Begitu mengetahui kabar kehamilan Suzy, Anna dan Ivan membawa Sisi datang untuk menjenguknya.Anna dan Ivan memberikan anaknya nama Sienna yang dipanggil Sisi, sebuah nama yang cantik dan indah. Sisi memiliki mata yang bulat dan hitam, serta wajah cantik bak putri kecil.Keluarga Calvin dan Keluarga Xin kagum melihat kecantikan Sisi."Anak pintar, anak cantik." Simon terkesima melihat mata Sisi yang bulat."Semoga Suzy mengandung anak perempuan," kata Lucy.Lorraine menghela napas. "Aku punya 3 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Suzy, maafkan Ibu yang tidak menemanimu di saat masa kecilmu ....""Semua sudah lewat." Daniel menepun pundak
Sebagian orang masih berusaha mencerna informasi yang diberikan Suzy.Suzy terlihat gugup. Di saat Suzy kebingungan, Robert mewakilinya menjawab, "Kami terlalu sibuk, baru tahu belum lama ini."Tidak ada yang curiga, Suzy dan Robert memang sibuk.Lucy berdecak dan mengomeli mereka, "Kalian berdua ini .... Jangan terlalu sibuk, apalagi Suzy sedang hamil. Ingat, jaga kesehatan.""Robert, jaga Suzy baik-baik," Simon berpesan."Ayah, Ibu, tenang saja, Robert sangat melindungi aku." Suzy membela suaminya.Semua orang tersenyum melihat Suzy yang membela Robert.Berita kehamilan Suzy berhasil mencairkan suasana yang tengah berkabung. Untuk sesaat, semua orang melupakan kesedihan pasca kepergian Jenny.Sebenarnya bukan sedih, tetapi tidak rela karena semua terjadi secara tiba-tiba. Sejujurnya Keluarga Calvin lega melihat Jenny yang pergi dalam keadaan tenang.Sekarang Suzy sedang mengandung kehidupan kecil di dalam perutnya. Ketika orang-orang sedang mengobrol, Robert dan Suzy memperhatikan We
Suzy kembali ke kamar, tetapi tidak menyalakan lampu. Dia beranjak ke balkon dan menatap langit gelap yang diselimuti awan.Ketika Robert masuk, dia melihat Suzy yang duduk di balkon. Karena takut Suzy masuk angin, Robert membawakan jaket untuknya.Suzy tersadar dari lamunan. "Kamu sudah kembali?""Nenek akan dimakamkan tiga hari lagi bersama barang peninggalan Kakek," kata Robert."Em." Suzy mengangguk.Robert memeluk Suzy. "Ada apa?"Suzy bersandar di pundak Robert. "Aku lagi berpikir, seandainya aku memberi tahu kehamilanku lebih awal, mungkin Nenek tidak akan pergi secepat ini ...."Tangan Robert bergetar saat mendengar ucapan Suzy. Robert terdaim sejenak, lalu menghela napas. "Tidak ada gunanya, hati Nenek sudah tidak sabar untuk pergi menemui Kakek. Tidak ada seorang pun bisa membaca isi hati Nenek.""Aku sedih, aku tidak siap .... Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba." Suzy menatap mata Robert."Semuanya akan baik-baik saja. Aku rasa Nenek sudah bahagia di atas sana." Robert menat
Suzy melepaskan benda yang dipegang Jenny, ternyata benda tersebut adalah sebuah sisir.Sisir ini terbuat dari bambu yang dihiasi bunga mawar."Kakek memberikan sisir itu kepada Nenek saat menyatakan cintanya. Kakek sendiri yang memahat sisir itu. Saat meninggalkan rumah, Kakek hanya membawa sisir itu bersamanya," kata Robert dengan mata berkaca-kaca.Suzy memegang sisir tersebut sambil menatap Jenny yang memejamkan matanya dengan tenang.Jenny tidak pernah berhenti mencintai Ambar. Sejak mengetahui Ambar yang masih hidup, tetapi mengorbankan diri demi melindungi ribuan nyawa, Jenny pasti sedih dan menyayangkannya.Setiap hari Jenny tampak tersenyum dan bahagia, tapi sebenarnya dia merindukan Ambar ...."Akhir-akhir ini Nyonya Besar tidak bisa tidur nyenyak," kata Paman Ming. "Aku dengar dari pelayan, Nyonya Besar sering terbangun di tengah malam. Saat kalian tidak ada, Nyonya tidak nafsu makan. Aku mau memanggil dokter, tapi Nyonya Besar melarangku untuk memberi tahu kalian. Siapa san
Suzy tidak bisa tidur. Sebentar lagi dia dan Robert akan pulang ke ibu kota, tetapi mereka belum memberi tahu kehamilannya kepada keluarganya."Sayang, bagaimana kalau besok kita umumkan kehamilanku?" tanya Suzy."Terserah kamu." Robert tersenyum manis.Suzy merenungkan keputusannya secara serius. Setelah membuat keputusan, dia baru memejamkan mata dan memaksakan diri untuk tidur.Manusia hanya bisa berencana, terlalu banyak hal yang tidak bisa diprediksi.Sebelum matahari terbit, pelayan berteriak membangunkan semua orang, "Gawat, gawat ...."Semua orang terkejut mendengar teriakan pelayan. Kemudian mereka keluar dari kamar dan berkumpul di kamar Jenny.Ketika Robert dan Suzy tiba, semua orang telah memenuhi kamar Jenny.Lucy menangis di dalam pelukan Simon yang terlihat sedih.Suzy dan Robert saling bertatapan, mereka merasakan firasat buruk.Robert menarik Suzy ke dalam kamar. Begitu melihat mereka, Lucy berkata dengan terisak-isak, "Nenek ...."Robert dan Suzy melihat ke arah Jenny