"Oke!" Dai mengacungkan jempol.Lance menghela napas sambil menggelengkan kepala."Lance, maaf merepotkan kamu." Aluna merasa bersalah.Lance menoleh dan menjawab, "Kamu yang membantuku untuk mencari petunjuk keberadaan Suzy, mana mungkin merepotkan aku? Justru aku yang merasa bersalah telah membuatmu seperti ini.""Aku baik-baik saja, kok." Aluna tersenyum kecil, dia terlihat ragu-ragu ingin mengatakan sesuatu. "Sepertinya mereka salah paham dengan hubungan kita."Lance tercengang saat mengingat Dai yang memanggil Aluna dengan sebutan kakak ipar. Lance tidak keberatan dengan panggilan itu, tetapi Aluna belum tentu menyetujuinya.Lance belum menyatakan cintanya kepada Aluna. Sekarang, entah apa yang sedang dipikirkan wanita ini."Dai memang suka sembarangan bicara. Lain kali aku akan menegurnya," jawab Lance yang merasa bersalah."Em." Aluna mengangguk lemah.Melihat kelopak mata Aluna yang tampak sayu, Lance baru ingat bahwa Aluna terlalu banyak bicara sesaat sadarkan diri. Aluna past
Meskipun hanya saling berbalas pesan, Lance dapat membayangkan wajah Dai yang tersenyum kepadanya.Lance mengangkat sudut bibir dan membalas pesannya.[ Yang serius! Ini misi penting. ]Dai hanya membalas sebuah tawa singkat.[ Hehe. ]Lance malas meladeni bocah ini. Setelah menutup aplikasi pesan dan hendak menyimpan ponsel, Lance baru menyadari bahwa hari ini adalah tanggal 15 Mei.Sebuah pikiran terbesit di otak Lance. Berarti, beberapa hari lagi tanggal 20 Mei.Di Negara Sanggola, orang-orang memperingati hari kasih sayang pada tanggal 20 bulan Mei.Dulu Lance tidak memedulikan hal semacam ini, tapi sekarang ....Lance menggenggam erat ponselnya, tiba-tiba dia sangat menantikan hari tersebut segera tiba.....Ketika Lance kembali ke kamar Aluna, dia terkejut saat membuka pintu."Hati-hati!" Lance berteriak dan bergegas berlari ke samping Aluna yang berjalan terhuyung-huyung."Lan-Lance?""Kamu masih lemah. Dokter menyuruhmu istirahat, jangan banyak gerak," kata Lance sambil membawa
"Terima kasih," kata Lance kepada perawat."Sama-sama." Perawat tersenyum dan pergi mengurus pemindahan kamar Lance.Jarak antara kasur Lance dan Aluna hanya berkisar 50 cm. Begitu menoleh, mereka dapat melihat satu sama lain.Dengan begini, Lance bisa lebih sigap dalam membantu Aluna. Begitu Aluna membutuhkan sesuatu, Lance langsung melaksanakannya.Selain makan dan ke toilet, tidak ada kegiatan lain yang terlalu menyulitkan Aluna. Sebagian besar waktunya hanya digunakan untuk berbaring, tidur, atau mengobrol.Aluna merasa lebih terhibur dengan keberadaan Lance. Setidaknya dia tidak merasa bosan.Tak terasa, hari sudah malam."Lance, selamat malam," kata Aluna yang berbaring di samping Lance."Selamat malam." Lance memadamkan lampu kamar.Beberapa menit telah berlalu, Lance dan Aluna masih mempertahankan posisi tidur masing-masing."Lance?" Aluna memecah keheningan. "Kamu sudah tidur?""Belum," jawab Lance.Aluna terkejut sekaligus merasa senang. "Baguslah.""Em?"Aluna menjelaskan, "
Tak lama setelah memapah Aluna ke atas kursi roda, Aluna menunjuk ponsel Lance dan memanggilnya, "Lance, ponselmu."Lance tersentak, lalu bergegas mengambil ponselnya yang hampir tertinggal. Lance sekalian membuka ponselnya untuk memeriksa pesan dari Dai.Sejak berhasil menyelinap ke Istana Lusian, setiap hari Dai mengirimkan pesan kepada Lance untuk melaporkan perkembangan penyelidikan.Namun, hari ini Dai belum menghubunginya sama sekali. Lance tidak berpikir panjang, mungkin hari masih terlalu pagi, makanya Dai belum mengirimkan pesan.Jumlah pasien di rumah sakit sangat banyak sehingga antrian pemeriksaan cukup panjang. Setelah menyerahkan dokumen Aluna ke bagian administrasi, Lance kembali ke tempat duduk untuk menunggu dipanggil.Aluna kelihatan gugup dan khawatir. Lance berpikir, mungkin Aluna mencemaskan kondisi kakinya."Jangan takut, kakimu pasti sembuh. Hari ini, dokter menyuruhmu untuk melakukan CT-Scan untuk dilihat perkembangan pemulihannya." Lance berusaha menenangkan Al
"Tidak ada." Lance mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan pesan yang dikirimkan Dai selama beberapa hari ini. "Lihat, setiap hari Dai selalu melaporkan keadaan di sana. Hari ini aku juga masih menunggu kabarnya.""Baca kalimat ini, dia jelas sempat menghubungi kamu, tapi kamu tidak membalasnya. Makanya dari terpaksa menghubungiku dan memintaku untuk menemuimu." James menunjuk pesan yang dikirimkan Dai kepadanya."Benar, seharusnya Dai lebih dulu menghubungiku ...." Lance menatap kalimat itu sambil mengerutkan alis.Di mana letak masalahnya?Fokus James tertuju kepada ponsel yang digenggam Lance. James berpikir sejenak, lalu mengungkapkan asumsinya. "Jangan-jangan ada yang menyentuh ponselmu?""Tidak mungkin! Selama beberapa hari ini aku ada di rumah. Aku hanya bertemu perawat dan Aluna. Aluna tidak pernah memegang ponselku," jawab Lance.James mengangkat kedua alisnya. "Aluna? Kamu bersama wanita itu?"Lance tertegun, lalu bergegas menjelaskan, "Agar lebih mudah merawatnya, aku pindah
"Apa yang terjadi?" Pupil Lance sontak menyusut."Mereka menerobos ke Istana Lusian dan ditangkap Raja Roger."....Lance sulit mencernanya, informasi ini datang terlalu tiba-tiba."Di mana wanita itu?" James menenangkan diri dan bertanya.Lance menatap James dengan ragu, dia terlihat gugup dan bergegas kembali ke ruang pemeriksaan.Melihat Lance yang gugup, James pun mengikutinya dari belakang.Pintu pemeriksaan masih tertutup. Lance dan James berdiri di depan untuk menunggu Aluna.James dan Lance memancarkan aura dingin yang membuat orang lain enggan mendekat.Hati Lance terasa berkecamuk saat mengingat setiap hal yang dilaluinya berlalu Aluna.Lance tidak percaya kalau wanita yang begitu baik dan polos telah mengelabuinya. Sekarang Dai berada dalam bahaya, Lance harus menyelidiki masalah ini hingga tuntas!Meskipun hanya menunggu selama 3 menit, waktu terasa sangat panjang. Akhirnya pintu ruang pemeriksaan dibuka, tetapi yang keluar adalah sebuah sosok asing."Marissa!" Perawat mema
Chuck Noris, sebagai anggota senior yang selalu berada di kantor, saat ini duduk di kursi dengan wajah yang penuh kegelisahan dan sambil merokok. Seluruh kantor dipenuhi oleh asap serta puntung rokok berserakan di lantai.Di meja sebelahnya, beberapa staf sedang merapikan berkas yang telah menumpuk seperti gunung. Mereka memilah dan mengarsipnya dengan cermat. Berkas yang telah dipilah pun diberikan kepada Chuck, lalu dia segera memeriksanya sebelum memerintahkan untuk disimpan atau dihancurkan.Lance dan James memasuki kantor saat mereka sedang sibuk.Seseorang yang melihat Lance, langsung berteriak dengan penuh antusiasme, "Kak Lance datang!"Chuck mengangkat kepalnya, wajahnya yang berkulit cokelat dan penuh keriput menyipit saat menatap Lance.Sesaat kemudian, Chuck mengerutkan alis, lalu berdiri dan mendekati Lance sambil merokok."Kamu yang memerintahkan mereka untuk menyelinap ke sana?" Suara Chuck terdengar parau dan serak. Dia memelintir rokoknya sembari menatap Lance dengan s
James menjawab, "Baik, aku temani.""Tidak perlu." Lance menggelengkan kepala dan tatapannya terlihat tegas. "Tuan James, kamu menunggu kabarku saja."Tanpa menunggu jawaban James, Lance langsung bergegas pergi.James memahami perasaan Lance, dia pasti sedang menyalahkan diri sendiri. James menggelengkan kepala, lalu kembali ke mobil dan pulang ke rumah.Begitu mobil berhenti di halaman, Samantha yang mendengar suara pun langsung beranjak ke jendela. Setelah memastikan James pulang, Samantha buru-buru turun untuk menemuinya.Sesaat James membuka pintu rumah dan masuk, dia melihat Samantha yang berdiri sambil bernapas dengan terengah-engah."Kamu kenapa?" tanya James.Samantha bertanya dengan cemas, "Bagaimana? Aku baru menonton konferensi yang diadakan pemerintah Negara Filic. Apakah itu benar?""Lance sedang mencari tahu," James menjawab dengan singkat, lalu merangkul pinggang Samantha dan mengajaknya ke ruang tamu.Setelah duduk, James menceritakan semuanya kepada Samantha.Samantha
"Kakak!" Tim dan Sam menyapa Welly dan Rose.Di antara keempat anak ini, Welly yang paling besar, Rose nomor dua, lalu disusul Tim dan Sam.Jarak usia Tim dan Sam hanya berbeda 10 hari. Tim adalah anak Tori, sedangkan Sam adalah anaknya Christina.Tori dan Christina melahirkan anak laki-laki, sementara anak yang masih berada di kandungan Aluna pun berjenis kelamin laki-laki. Ditambah dengan Shad, anak dari James dan Samantha, Rose adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga ini.Rose memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan, semua orang sangat menyayanginya.Semua mata tampak berbinar-binar melihat penampilan Rose yang cantik. Semua orang merentangkan tangan dan ingin memeluknya."Rose sayang, sini sama Kakek dan Nenek.""Aku mau sama Kakak dan adik-adik.," jawab Rose.Mobil melaju ke arah desa. Hari ini adalah hari peringatan kepergian Sheila.Setiap tahun Suzy selalu pergi melayat ke makam neneknya sekaligus menjenguk Gilbert.Sebelumnya anak-anak masih terlalu kecil, jadi Suzy
Ivan membawa istri dan anaknya untuk datang menjenguk Suzy. Mereka juga tak lupa membawakan hadiah."Selamat, keluarga kalian sudah lengkap. Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan." Anna memberikan ucapan selamat."Terima kasih." Robert tersenyum sambil menatap Suzy dengan penuh cinta. "Semua berkat istriku."Di tengah suasana bahagia, Ivan memberikan sebuah kabar baik. "Sekarang kami sudah membangun sekitar 10 klinik amal, tapi belum diberikan nama. Bagaimana kalau kamu ...."Ivan melirik Robert, sedangkan Robert malah melirik Suzy."Ngapain melihat aku?" Suzy mengerutkan alis.Robert tersenyum. "Proyek ini adalah milikmu dan Ivan, kamu juga harus ikut memberikan ide. Kamu saja yang memberikan nama untuk kliniknya.""Aku?" Suzy membelalak.Ivan mengangguk. "Em."Suzy memang harus berkontribusi, meski hanya memberikan nama. Dia berpikir sebentar dan menjawab, "Tujuan klinik ini adalah membantu orang-orang susah yang tidak mampu berobat ke rumah sakit. Bagaimana kalau diberi nama P
Ukuran kandungan Suzy lumayan besar sehingga dia tidak bisa kembali ke Kota Hanggola. Akhirnya dia dan Robert memutuskan untuk melahirkan di ibu kota.Sejak tiga bulan lalu, Lucy membawa Welly untuk datang menemani dan menjaga Suzy. Seiring perut Suzy yang makin membesar, Keluarga Xin meminta Suzy untuk pulang ke rumah keluarganya agar bisa ikut merawatnya.Karena Keluarga Xin terus mendesak, akhirnya Suzy, Lucy, dan Welly pindah ke rumah Keluarga Xin. Semuanya adalah satu keluarga, kehidupan sehari-hari dilewati dengan harmonis.Selain Daniel dan Lorraine, rumah Keluarga Xin juga ditempati oleh Wallace dan Tori, Joris dan Christina, serta Lance dan Aluna. Suasana di rumah selalu dipenuhi tawa.Saat usia kandungan Suzy menginjak 9 bulan, Tori dan Christina memberi tahu berita kehamilan mereka. Keluarga Xin sangat bahagia, Daniel dan Lorraine langsung menyiapkan berbagai suplemen untuk ibu hamil.Memasuki usia kandungan 10 bulan, akhirnya hari persalinan telah tiba. Robert menyerahkan p
Ketika masuk ke kamar, Robert melihat Suzy yang serius membaca dokumen. "Kamu lagi ngapain?"Suzy mengangkat kepala dan menceritakan rencana pembangunan klinik amal kepada Robert."Ide yang bagus. Kalau perlu bantuan, jangan ragu memberitahuku." Robert mendukung Suzy.Suzy pun tidak ragu-ragu dan menjawab, "Aku perlu bantuan uang dan orang."Robert tertawa kecil, Suzy sudah tidak sungkan-sungkan kepadanya. "Baik. Kamu perlu berapa banyak dana? Tapi ...."Robert mengambil dokumen yang dibaca Suzy. "Kamu lagi hamil, jangan terlalu capek.""Tapi ....""Biar aku yang mengurusnya." Robert memotong ucapan Suzy.Kemudian Robert duduk di samping Suzy dan membaca proposal tersebut.Suzy menatap wajah Robert yang sedang fokus bekerja, tampak dan menawan.Setelah selesai membaca, Robert meminta Suzy untuk menghubungi Ivan.Suzy menyalakan pengeras suara sehingga Robert bicara berbicara kepada Ivan secara langsung. "Aku sudah baca proposalnya. Ada beberapa tambahan ...."Saat ini kerajaan, Rumah S
"Oh ...." Welly mengangguk, dia terlihat bingung. "Aku mau punya dua adik, kalau bisa kembar.""Dasar, anak ini." Simon dan Lucy tertawa melihat tingkah cucunya."Ibu dan Ayah tidak punya genetik untuk melahirkan anak kembar. Kemungkinannya sangat kecil." Suzy mengusap kepala Welly.Welly mengangguk, seolah memahami maksud penjelasan Suzy.....Begitu mengetahui kabar kehamilan Suzy, Anna dan Ivan membawa Sisi datang untuk menjenguknya.Anna dan Ivan memberikan anaknya nama Sienna yang dipanggil Sisi, sebuah nama yang cantik dan indah. Sisi memiliki mata yang bulat dan hitam, serta wajah cantik bak putri kecil.Keluarga Calvin dan Keluarga Xin kagum melihat kecantikan Sisi."Anak pintar, anak cantik." Simon terkesima melihat mata Sisi yang bulat."Semoga Suzy mengandung anak perempuan," kata Lucy.Lorraine menghela napas. "Aku punya 3 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Suzy, maafkan Ibu yang tidak menemanimu di saat masa kecilmu ....""Semua sudah lewat." Daniel menepun pundak
Sebagian orang masih berusaha mencerna informasi yang diberikan Suzy.Suzy terlihat gugup. Di saat Suzy kebingungan, Robert mewakilinya menjawab, "Kami terlalu sibuk, baru tahu belum lama ini."Tidak ada yang curiga, Suzy dan Robert memang sibuk.Lucy berdecak dan mengomeli mereka, "Kalian berdua ini .... Jangan terlalu sibuk, apalagi Suzy sedang hamil. Ingat, jaga kesehatan.""Robert, jaga Suzy baik-baik," Simon berpesan."Ayah, Ibu, tenang saja, Robert sangat melindungi aku." Suzy membela suaminya.Semua orang tersenyum melihat Suzy yang membela Robert.Berita kehamilan Suzy berhasil mencairkan suasana yang tengah berkabung. Untuk sesaat, semua orang melupakan kesedihan pasca kepergian Jenny.Sebenarnya bukan sedih, tetapi tidak rela karena semua terjadi secara tiba-tiba. Sejujurnya Keluarga Calvin lega melihat Jenny yang pergi dalam keadaan tenang.Sekarang Suzy sedang mengandung kehidupan kecil di dalam perutnya. Ketika orang-orang sedang mengobrol, Robert dan Suzy memperhatikan We
Suzy kembali ke kamar, tetapi tidak menyalakan lampu. Dia beranjak ke balkon dan menatap langit gelap yang diselimuti awan.Ketika Robert masuk, dia melihat Suzy yang duduk di balkon. Karena takut Suzy masuk angin, Robert membawakan jaket untuknya.Suzy tersadar dari lamunan. "Kamu sudah kembali?""Nenek akan dimakamkan tiga hari lagi bersama barang peninggalan Kakek," kata Robert."Em." Suzy mengangguk.Robert memeluk Suzy. "Ada apa?"Suzy bersandar di pundak Robert. "Aku lagi berpikir, seandainya aku memberi tahu kehamilanku lebih awal, mungkin Nenek tidak akan pergi secepat ini ...."Tangan Robert bergetar saat mendengar ucapan Suzy. Robert terdaim sejenak, lalu menghela napas. "Tidak ada gunanya, hati Nenek sudah tidak sabar untuk pergi menemui Kakek. Tidak ada seorang pun bisa membaca isi hati Nenek.""Aku sedih, aku tidak siap .... Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba." Suzy menatap mata Robert."Semuanya akan baik-baik saja. Aku rasa Nenek sudah bahagia di atas sana." Robert menat
Suzy melepaskan benda yang dipegang Jenny, ternyata benda tersebut adalah sebuah sisir.Sisir ini terbuat dari bambu yang dihiasi bunga mawar."Kakek memberikan sisir itu kepada Nenek saat menyatakan cintanya. Kakek sendiri yang memahat sisir itu. Saat meninggalkan rumah, Kakek hanya membawa sisir itu bersamanya," kata Robert dengan mata berkaca-kaca.Suzy memegang sisir tersebut sambil menatap Jenny yang memejamkan matanya dengan tenang.Jenny tidak pernah berhenti mencintai Ambar. Sejak mengetahui Ambar yang masih hidup, tetapi mengorbankan diri demi melindungi ribuan nyawa, Jenny pasti sedih dan menyayangkannya.Setiap hari Jenny tampak tersenyum dan bahagia, tapi sebenarnya dia merindukan Ambar ...."Akhir-akhir ini Nyonya Besar tidak bisa tidur nyenyak," kata Paman Ming. "Aku dengar dari pelayan, Nyonya Besar sering terbangun di tengah malam. Saat kalian tidak ada, Nyonya tidak nafsu makan. Aku mau memanggil dokter, tapi Nyonya Besar melarangku untuk memberi tahu kalian. Siapa san
Suzy tidak bisa tidur. Sebentar lagi dia dan Robert akan pulang ke ibu kota, tetapi mereka belum memberi tahu kehamilannya kepada keluarganya."Sayang, bagaimana kalau besok kita umumkan kehamilanku?" tanya Suzy."Terserah kamu." Robert tersenyum manis.Suzy merenungkan keputusannya secara serius. Setelah membuat keputusan, dia baru memejamkan mata dan memaksakan diri untuk tidur.Manusia hanya bisa berencana, terlalu banyak hal yang tidak bisa diprediksi.Sebelum matahari terbit, pelayan berteriak membangunkan semua orang, "Gawat, gawat ...."Semua orang terkejut mendengar teriakan pelayan. Kemudian mereka keluar dari kamar dan berkumpul di kamar Jenny.Ketika Robert dan Suzy tiba, semua orang telah memenuhi kamar Jenny.Lucy menangis di dalam pelukan Simon yang terlihat sedih.Suzy dan Robert saling bertatapan, mereka merasakan firasat buruk.Robert menarik Suzy ke dalam kamar. Begitu melihat mereka, Lucy berkata dengan terisak-isak, "Nenek ...."Robert dan Suzy melihat ke arah Jenny