Suzy tahu kenapa Lukito bertanya seperti itu. Dia ingin mencari tahu hubungan Suzy dengan Elizabeth.Suzy mengangguk dan menjawab, "Iya, Elizabeth meminta bantuanku. Jadi mulai sekarang, setiap hari harus harus ke sana.""Hmm? Bos minta bantuan apa?" Tatapan Lukito memancarkan kekaguman.Suzy tidak langsung menjawab. Sebaliknya, dia malah mengernyit sambil tersenyum misterius. "Kamu cari mati? Berani-beraninya mencari tahu urusan bosmu."Lukito bergegas menggelengkan kepala. "Tidak, bukan itu maksudku. Aku hanya merasa kamu sangat hebat. Jangankan mengizinkan orang asing masuk ke kamarnya, Bos bahkan sangat jarang berinteraksi dengan kami."Suzy menyeringai dingin saat mendengar sanjungan Lukito. Sesampainya di depan pintu, Lukito membuka pintu dan mempersilakan Suzy masuk.Sebelum pergi, Lukito tersenyum lebar hingga menunjukkan giginya yang kuning akibat kebanyakan merokok. "Kalau membutuhkan sesuatu, jangan sungkan memanggilku.""Terima kasih." Suzy mengangguk dengan ramah.Lukito a
Malam ini Suzy kesulitan tidur. Dia baru terlelap saat matahari terbit.Pagi ini Suzy hampir lupa memberikan pengobatan kepada Elizabeth. Untungnya Lukito datang dan membangunkan Suzy.Dengan kondisi mengantuk, Suzy selesai memberikan pengobatan akupunktur kepada Elizabeth.Setelah selesai melakukan pengobatan, Elizabeth mencoba menggerakan seluruh wajahnya yang masih terasa kaku.Suzy mengemas semua jarum-jarumnya dan mengingatkan, "Hasilnya tidak secepat itu. Pengobatan akupunktur harus dipadankan dengan obat minum. Apakah pagi ini kamu sudah minum obat?"Sesaat Suzy selesai bertanya, seseorang mengetuk pintu sambil bertanya, "Bos, obatnya sudah siap."Suzy tersentak saat mendengar suara itu, sedangkan Elizabeth malah tampak berbinar-binar dan membuka pintu kamar. "Obatku sudah datang!"Elizabeth mengambil ramuan obat tersebut dan meneguknya dengan antusias.Suzy mengamati pelayan yang datang untuk menyajikan obat. Sayangnya, pelayan ini mengenakan topeng dan busana kelinci sehingga
Hari ini Dai datang untuk mengantarkan makanan. Melihat Lance yang melamun dan tidak bersemangat, Dai tersenyum dan bertanya, "Kak Lance, kalau kamu mengkhawatirkan Kakak Ipar, kenapa tidak meneleponnya?"Lance menjawab sambil mengerutkan alis, "Jangan asal bicara."Dai hanya diam, dia tidak menggubris Lance. Namun Lance kesal saat melihat senyuman misterius Dai, Lance tersinggun melihatnya. "Kalau tidak ada urusan lain, kamu pergi saja. Kamu juga tidak perlu menjengukku pagi dan malam. Kalau butuh sesuatu, aku bisa meminta bantuan perawat.""Aduh, Kak Lance, ngapain sungkan-sungkan dengan aku. Ckckck, baiklah, aku pergi." Dai membereskan kotak makan Lance dan berpamitan sambil tersenyum menggoda.Setelah Dai pergi, Lance mengambil ponsel yang terletak di atas lemari. Ketika membuka ponselnya, Lance bru menyadari bahwa dia tidak memiliki kontak Aluna.Di saat Lance cemberut, tiba-tiba pintu kamar kembali terbuka. Dai mengulurkan kepalanya di sela pintu sambil berkata, "Kak Lance, aku s
Lance kembali menelepon hingga belasan kali, tetapi sayangnya tak ada seorang pun yang menjawab panggilan tersebut."Bugh!" Lance melempar ponselnya ke atas tempat tidur. Kemarahan terpancar jelas di matanya.Suara teriakan Aluna terus bergema di dalam kepala Lance. Lance tidak sanggup membayangkan penyiksaan semacam apa yang diterima Aluna. Tidak, Lance tidak bisa tinggal diam, dia harus menyelamatkan Aluna!Kemudian Lance membuka selimutnya dan beranjak turun dari tempat tidur. Karena belum sepenuhnya sembuh, Lance terhuyung-huyung hingga hampir terjatuh. Untungnya dia segera berpegangan pada tembok, lalu mengambil ponsel dan berjalan secara perlahan-lahan."Pak Lance, ada apa? Ada yang bisa dibantu?" tanya perawat yang berjaga di area perawat.Lance menjawab dengan terburu-buru, "Aku mau pulang.""Anda mau pulang?" Perawat cemas dan tidak setuju saat melihat wajah Lance yang pucat. "Anda membutuhkan izin dari dokter ....""Aku harus pulang sekarang juga!" bentak Lance.Setelah dides
Sebelum Dai bertanya, Lance juga sudah memperhatikan sosok itu. Tanpa menjawab Dai, Lance langsung membuka pintu mobil dan beranjak keluar."Ada payung ...." Dai terlambat, Lance sudah keluar dan menerobos hujan.Dengan terhuyung-huyung, Lance berlari ke arah Aluna yang terkapar di depan halaman. Wajah dan sekujur tubuh Lance basah kuyup, pandangannya juga kabur akibat hujan yang lebat.Ketika melihat sosok yang terbaring lemah, Lance merasa seperti disambar petir. Benar, sosok ini adalah Aluna!Aluna berbaring di tengah derasnya hujan. Sekujur tubuhnya membeku dan tidak bergerak. Lance ragu, apakah Aluna masih hidup?Seluruh pakaian Aluna kotor, wajahnya pucat seperti mayat hidup, air hujan yang menggenang di sekelilingnya juga tampak berwarna merah karena bercampur dengan darah.Aluna berbaring seperti seekor kupu-kupu yang tak sanggup mengepakkan sayapnya. Lance merasa seolah hatinya diremas dengan kuat hingga tak bisa bernapas. Perasaan Lance diselimuti rasa bersalah, panik, dan ke
Perawat ingin mengobati lukanya, tetapi Lance menolak dengan tegas. Sebelum memastikan keselamatan Aluna, Lance tidak akan meninggalkan ruang UGD.Perawat terpaksa mengambil kotak obat dan mengobati Lance di depan ruangan UGD. Dengan dibantu Dai, akhirnya Lance bersedia untuk diobati dan diperban.Menit dan detik berlalu. Tak terasa hujan berhenti dan cahaya matahari terbenam perlahan menyinari lorong rumah sakit.Di saat bersamaan, lampu di lorong rumah sakit menyala, sedangkan lampu di ruang UGD padam. Melihat lampu di ruang UGD yang padam, Lance sontak bangkit berdiri dan menghampiri dokter yang beranjak keluar. "Dokter ....""Untuk sementara ini dia berhasil melewati masa krisis, tapi luka luarnya cukup parah. Pasien kehilangan banyak darah dan mengalami hipotermia. Aku sarankan, sebaiknya dia dirawat di rumah sakit," jawab dokter.Lance pun lega setelah mendengar penjelasan dokter. Tubuhnya yang kekar sontak tumbang, untungnya Dai gesit dan menahan tubuh Lance. "Kak ....""Dia dem
Lance berjalan ke samping Aluna. Ketika Lance membungkukkan badan, tiba-tiba Aluna membuka mata dan bergumam, "Lance ....""Aluna ...." Lance terkejut melihat kedua mata Aluna yang terbuka. "Kamu sudah sadar?"Aluna tidak menjawab pertanyaan Lance dan malah lanjut bergumam, "Lance, Lance, aku tahu keberadaan Suzy. Dia .... Aduh, sakit ...."Sekujur tubuh Lance sontak membeku, dia sulit memercayai yang didengarnya. Aluna menerobos ke area terlarang demi mencari keberadaan Suzy? Oleh sebab itu Aluna ketahuan dan disiksa?Hati Lance terasa berapi-api, dia tidak tega mendengar suara Aluna yang lemah dan mengerang kesakitan. Lance tidak berani membayangkan penyiksaan semacam apa yang dialami Aluna hingga berakhir seperti ini.Lance menggenggam erat tangan Aluna, kenapa wanita selemah ini berani mengambil risiko yang begitu besar sampai memasuki area terlarang vila Keluarga Stane?Tiba-tiba Lance teringat dengan percakapannya dengan Aluna. Lance tidak bisa pulang karena harus menemukan Suzy.
Setelah meminum air yang diberikan Lance, wajah Aluna terlihat lebih baik. Hanya saja, dia masih kelihatan pucat.Aluna menggelengkan kepala, dia tidak mau minum lagi. Kemudian Lance menaruh kembali gelasnya dan bertanya, "Bagaimana keadaanmu? Lebih baik?"Aluna mengangguk. "Em."Tiba-tiba Aluna teringat sesuatu, dia menggenggam tangan Lance yang berada di atas tempat tidur dan berkata, "Lance, aku menemukan petunjuk keberadaan adikmu."Sesaat mendengar ucapan Aluna, Dai dan yang lainnya pun kaget dan penasaran. "Kamu menemukan keberadaan Nona Suzy? Serius?""Di mana Suzy?" Dai dan yang lainnya tidak sabar menunggu jawaban Aluna.Lance menatap sinis Dai, lalu berkata kepada Aluna dengan lembut, "Ceritakan pelan-pelan."Lance juga ingin mengetahui kabar Suzy, tetapi sekarang Aluna masih lemah. Lance tak tega melihatnya.Aluna menceritakan secara perlahan semua penemuannya di vila Keluarga Stane. Lance terenyuh mendengar semua usaha yang dilakukan Aluna selama beberapa hari ini untuk men
"Kakak!" Tim dan Sam menyapa Welly dan Rose.Di antara keempat anak ini, Welly yang paling besar, Rose nomor dua, lalu disusul Tim dan Sam.Jarak usia Tim dan Sam hanya berbeda 10 hari. Tim adalah anak Tori, sedangkan Sam adalah anaknya Christina.Tori dan Christina melahirkan anak laki-laki, sementara anak yang masih berada di kandungan Aluna pun berjenis kelamin laki-laki. Ditambah dengan Shad, anak dari James dan Samantha, Rose adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga ini.Rose memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan, semua orang sangat menyayanginya.Semua mata tampak berbinar-binar melihat penampilan Rose yang cantik. Semua orang merentangkan tangan dan ingin memeluknya."Rose sayang, sini sama Kakek dan Nenek.""Aku mau sama Kakak dan adik-adik.," jawab Rose.Mobil melaju ke arah desa. Hari ini adalah hari peringatan kepergian Sheila.Setiap tahun Suzy selalu pergi melayat ke makam neneknya sekaligus menjenguk Gilbert.Sebelumnya anak-anak masih terlalu kecil, jadi Suzy
Ivan membawa istri dan anaknya untuk datang menjenguk Suzy. Mereka juga tak lupa membawakan hadiah."Selamat, keluarga kalian sudah lengkap. Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan." Anna memberikan ucapan selamat."Terima kasih." Robert tersenyum sambil menatap Suzy dengan penuh cinta. "Semua berkat istriku."Di tengah suasana bahagia, Ivan memberikan sebuah kabar baik. "Sekarang kami sudah membangun sekitar 10 klinik amal, tapi belum diberikan nama. Bagaimana kalau kamu ...."Ivan melirik Robert, sedangkan Robert malah melirik Suzy."Ngapain melihat aku?" Suzy mengerutkan alis.Robert tersenyum. "Proyek ini adalah milikmu dan Ivan, kamu juga harus ikut memberikan ide. Kamu saja yang memberikan nama untuk kliniknya.""Aku?" Suzy membelalak.Ivan mengangguk. "Em."Suzy memang harus berkontribusi, meski hanya memberikan nama. Dia berpikir sebentar dan menjawab, "Tujuan klinik ini adalah membantu orang-orang susah yang tidak mampu berobat ke rumah sakit. Bagaimana kalau diberi nama P
Ukuran kandungan Suzy lumayan besar sehingga dia tidak bisa kembali ke Kota Hanggola. Akhirnya dia dan Robert memutuskan untuk melahirkan di ibu kota.Sejak tiga bulan lalu, Lucy membawa Welly untuk datang menemani dan menjaga Suzy. Seiring perut Suzy yang makin membesar, Keluarga Xin meminta Suzy untuk pulang ke rumah keluarganya agar bisa ikut merawatnya.Karena Keluarga Xin terus mendesak, akhirnya Suzy, Lucy, dan Welly pindah ke rumah Keluarga Xin. Semuanya adalah satu keluarga, kehidupan sehari-hari dilewati dengan harmonis.Selain Daniel dan Lorraine, rumah Keluarga Xin juga ditempati oleh Wallace dan Tori, Joris dan Christina, serta Lance dan Aluna. Suasana di rumah selalu dipenuhi tawa.Saat usia kandungan Suzy menginjak 9 bulan, Tori dan Christina memberi tahu berita kehamilan mereka. Keluarga Xin sangat bahagia, Daniel dan Lorraine langsung menyiapkan berbagai suplemen untuk ibu hamil.Memasuki usia kandungan 10 bulan, akhirnya hari persalinan telah tiba. Robert menyerahkan p
Ketika masuk ke kamar, Robert melihat Suzy yang serius membaca dokumen. "Kamu lagi ngapain?"Suzy mengangkat kepala dan menceritakan rencana pembangunan klinik amal kepada Robert."Ide yang bagus. Kalau perlu bantuan, jangan ragu memberitahuku." Robert mendukung Suzy.Suzy pun tidak ragu-ragu dan menjawab, "Aku perlu bantuan uang dan orang."Robert tertawa kecil, Suzy sudah tidak sungkan-sungkan kepadanya. "Baik. Kamu perlu berapa banyak dana? Tapi ...."Robert mengambil dokumen yang dibaca Suzy. "Kamu lagi hamil, jangan terlalu capek.""Tapi ....""Biar aku yang mengurusnya." Robert memotong ucapan Suzy.Kemudian Robert duduk di samping Suzy dan membaca proposal tersebut.Suzy menatap wajah Robert yang sedang fokus bekerja, tampak dan menawan.Setelah selesai membaca, Robert meminta Suzy untuk menghubungi Ivan.Suzy menyalakan pengeras suara sehingga Robert bicara berbicara kepada Ivan secara langsung. "Aku sudah baca proposalnya. Ada beberapa tambahan ...."Saat ini kerajaan, Rumah S
"Oh ...." Welly mengangguk, dia terlihat bingung. "Aku mau punya dua adik, kalau bisa kembar.""Dasar, anak ini." Simon dan Lucy tertawa melihat tingkah cucunya."Ibu dan Ayah tidak punya genetik untuk melahirkan anak kembar. Kemungkinannya sangat kecil." Suzy mengusap kepala Welly.Welly mengangguk, seolah memahami maksud penjelasan Suzy.....Begitu mengetahui kabar kehamilan Suzy, Anna dan Ivan membawa Sisi datang untuk menjenguknya.Anna dan Ivan memberikan anaknya nama Sienna yang dipanggil Sisi, sebuah nama yang cantik dan indah. Sisi memiliki mata yang bulat dan hitam, serta wajah cantik bak putri kecil.Keluarga Calvin dan Keluarga Xin kagum melihat kecantikan Sisi."Anak pintar, anak cantik." Simon terkesima melihat mata Sisi yang bulat."Semoga Suzy mengandung anak perempuan," kata Lucy.Lorraine menghela napas. "Aku punya 3 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Suzy, maafkan Ibu yang tidak menemanimu di saat masa kecilmu ....""Semua sudah lewat." Daniel menepun pundak
Sebagian orang masih berusaha mencerna informasi yang diberikan Suzy.Suzy terlihat gugup. Di saat Suzy kebingungan, Robert mewakilinya menjawab, "Kami terlalu sibuk, baru tahu belum lama ini."Tidak ada yang curiga, Suzy dan Robert memang sibuk.Lucy berdecak dan mengomeli mereka, "Kalian berdua ini .... Jangan terlalu sibuk, apalagi Suzy sedang hamil. Ingat, jaga kesehatan.""Robert, jaga Suzy baik-baik," Simon berpesan."Ayah, Ibu, tenang saja, Robert sangat melindungi aku." Suzy membela suaminya.Semua orang tersenyum melihat Suzy yang membela Robert.Berita kehamilan Suzy berhasil mencairkan suasana yang tengah berkabung. Untuk sesaat, semua orang melupakan kesedihan pasca kepergian Jenny.Sebenarnya bukan sedih, tetapi tidak rela karena semua terjadi secara tiba-tiba. Sejujurnya Keluarga Calvin lega melihat Jenny yang pergi dalam keadaan tenang.Sekarang Suzy sedang mengandung kehidupan kecil di dalam perutnya. Ketika orang-orang sedang mengobrol, Robert dan Suzy memperhatikan We
Suzy kembali ke kamar, tetapi tidak menyalakan lampu. Dia beranjak ke balkon dan menatap langit gelap yang diselimuti awan.Ketika Robert masuk, dia melihat Suzy yang duduk di balkon. Karena takut Suzy masuk angin, Robert membawakan jaket untuknya.Suzy tersadar dari lamunan. "Kamu sudah kembali?""Nenek akan dimakamkan tiga hari lagi bersama barang peninggalan Kakek," kata Robert."Em." Suzy mengangguk.Robert memeluk Suzy. "Ada apa?"Suzy bersandar di pundak Robert. "Aku lagi berpikir, seandainya aku memberi tahu kehamilanku lebih awal, mungkin Nenek tidak akan pergi secepat ini ...."Tangan Robert bergetar saat mendengar ucapan Suzy. Robert terdaim sejenak, lalu menghela napas. "Tidak ada gunanya, hati Nenek sudah tidak sabar untuk pergi menemui Kakek. Tidak ada seorang pun bisa membaca isi hati Nenek.""Aku sedih, aku tidak siap .... Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba." Suzy menatap mata Robert."Semuanya akan baik-baik saja. Aku rasa Nenek sudah bahagia di atas sana." Robert menat
Suzy melepaskan benda yang dipegang Jenny, ternyata benda tersebut adalah sebuah sisir.Sisir ini terbuat dari bambu yang dihiasi bunga mawar."Kakek memberikan sisir itu kepada Nenek saat menyatakan cintanya. Kakek sendiri yang memahat sisir itu. Saat meninggalkan rumah, Kakek hanya membawa sisir itu bersamanya," kata Robert dengan mata berkaca-kaca.Suzy memegang sisir tersebut sambil menatap Jenny yang memejamkan matanya dengan tenang.Jenny tidak pernah berhenti mencintai Ambar. Sejak mengetahui Ambar yang masih hidup, tetapi mengorbankan diri demi melindungi ribuan nyawa, Jenny pasti sedih dan menyayangkannya.Setiap hari Jenny tampak tersenyum dan bahagia, tapi sebenarnya dia merindukan Ambar ...."Akhir-akhir ini Nyonya Besar tidak bisa tidur nyenyak," kata Paman Ming. "Aku dengar dari pelayan, Nyonya Besar sering terbangun di tengah malam. Saat kalian tidak ada, Nyonya tidak nafsu makan. Aku mau memanggil dokter, tapi Nyonya Besar melarangku untuk memberi tahu kalian. Siapa san
Suzy tidak bisa tidur. Sebentar lagi dia dan Robert akan pulang ke ibu kota, tetapi mereka belum memberi tahu kehamilannya kepada keluarganya."Sayang, bagaimana kalau besok kita umumkan kehamilanku?" tanya Suzy."Terserah kamu." Robert tersenyum manis.Suzy merenungkan keputusannya secara serius. Setelah membuat keputusan, dia baru memejamkan mata dan memaksakan diri untuk tidur.Manusia hanya bisa berencana, terlalu banyak hal yang tidak bisa diprediksi.Sebelum matahari terbit, pelayan berteriak membangunkan semua orang, "Gawat, gawat ...."Semua orang terkejut mendengar teriakan pelayan. Kemudian mereka keluar dari kamar dan berkumpul di kamar Jenny.Ketika Robert dan Suzy tiba, semua orang telah memenuhi kamar Jenny.Lucy menangis di dalam pelukan Simon yang terlihat sedih.Suzy dan Robert saling bertatapan, mereka merasakan firasat buruk.Robert menarik Suzy ke dalam kamar. Begitu melihat mereka, Lucy berkata dengan terisak-isak, "Nenek ...."Robert dan Suzy melihat ke arah Jenny