"Terima kasih." Aluna tersenyum lembut dan menyimpan salep pemberian Lance."Seharusnya aku yang berterima kasih," jawab Lance sambil mengamati gaun putih yang dikenakan Aluna. "Aku pulang dulu.""Kamu tidak mau masuk? Kamu sudah beberapa hari tidak melihat aku menari." Tatapan dan nada bicara Aluna terdengar berharap-harap."Aku ...." Lance tidak tega menolak ajakan Aluna.Hati nurani Lance mengingatkan bahwa Aluna telah menyelamatkannya. Apa salahnya menonton pertujukan tarinya sebentar?Namun sepertinya Lance lupa, dia bukanlah orang yang membuat keputusan berdasarkan utang budi.Beberapa lampu berkelap-kelip menerangi bar malam. Orang-orang datang ke sini untuk bersenang-senang dan mabuk-mabukan.Lance duduk di sudut bar sambil memegang segelas bir. Dia menonton pertunjukan Aluna dengan serius. Gaun yang dikenakan Aluna terlihat meliuk-liuk anggun di udara, lalu jatuh secara perlahan ke atas lantai.Dengan terengah-engah, Aluna meletakkan tangannya di dada, lalu membungkuk dan bert
"Kalau kamu mengganggu pacarku lagi, aku tidak akan hanya memberikanmu sebuah tinjuan!" Lance memperingati pemuda berambut merah sambil menunjukkan kepalan tangannya.Pemuda berambut merah hanya berani memaki, tetapi dia tidak berani membalas pukulan Lance.Lance malas meladeni pemuda ini, dia langsung menarik dan mengajak Aluna pergi.Keduanya berjalan berdampingan, menelusuri jalanan yang diterangi lampu neon. Tiba-tiba Aluna berhenti dan berkata, "Maafkan aku."Lance tahu kenapa Aluna meminta maaf. Lance juga menghentikan langkahnya, lalu menoleh dan bertanya, "Tidak apa-apa, hanya masalah kecil. Lagi pula, aku juga berutang budi kepadamu. Sekarang kita impas."Setelah selesai menjawab, Lance menarik kembali tatapannya dan lanjut berjalan. Lance tidak memperhatikan ekspresi Aluna yang tampak kecewa."Impas ...," Aluna bergumam, lalu bergegas mengejar Lance yang berjalan di depan dan bertanya dengan cemas, "Kamu tahu siapa pemuda tadi?""Salah satu penggemarmu, 'kan?" Lance menjawab
Lance dapat merasakan sekujur tubuh Aluna yang bergetar karena marah."Aku membenci Luivan! Meskipun tidak punya pacar, aku juga tidak akan menerima cinta adikmu!" Aluna berteriak dengan lantang sambil menggenggam telapak tangan Lance. "Dia adalah satu-satunya pria yang aku cintai, aku tidak akan meninggalkannya."Lance tersentak mendengar jawaban Aluna. Kemudian Lance menoleh, mereka berdua bertatapan selama beberapa saat. Kedua mata Aluna memancarkan kehangatan yang membuat hati Lance bergejolak.Namun sebelum Lance dan Aluna tersadar dari lamunannya, Jack telah memerintahkan para pengawalnya untuk menyerang Lance.Tidak ada pilihan lain, Lance mengepalkan tangan dan menyambut serangan Jack. Meskipun Lance merupakan seorang anggota militer yang terlatih, sekarang dia tidak sedang menghadapi 10 orang, tetapi lebih dari 30 orang!Lambat laun, Lance pun mulai kewalahan. Namun dia tidak menyerah, sekarang yang ada di kepalanya hanya mencari cara untuk melindungi Aluna.Di tengah kekacaua
Dai tenang melihat Lance yang sudah sadarkan diri. Setelah mengobrol sebentar, Dai pun berpamitan. "Kak Lance, Kakak Ipar, aku pergi dulu."Saat meninggalkan ruangan, Dai tak lupa menutup kembali pintunya. Seketika, suasana di dalam ruangan langsung terasa hening. Lance dan Aluna tampak salah tingkah."Kamu ....""Kamu ...."Lance dan Aluna berbicara serempak. Namun, akhirnya Lance mengalah karena kondisinya yang masih lemah dan tak bisa banyak bicara.Aluna menjelaskan dengan tersipu malu, "Aku sudah menjelaskan semuanya, tapi mereka tidak percaya kalau kita hanya berteman biasa. Kata mereka, kamu jarang berhubungan dengan wanita, kamu juga tidak pernah pacaran. Aku adalah wanita pertama yang ...."Sebelum Aluna menyelesaikan kalimatnya, Lance batuk-batuk seperti tersedak."Kamu kenapa? Aku panggilkan dokter." Aluna terkejut melihat reaksi Lance.Ketika dia berdiri, Lance malah menarik lengannya dan tersenyum. "Benar, kamu adalah wanita pertama dekat denganku."Lance tidak berbohong,
Karena Lance sudah sadar, dia tidak perlu ditemani selama 24 jam terus.Setelah Lance menyantap makanan yang diantarkan perawat, Aluna berpamitan dan pulang. Tak berapa lama, James datang menjenguk Lance. Dia lega melihat Lance yang sudah sadarkan diri.Selain untuk menjenguk Lance, James juga datang untuk memberi tahu Lance mengenai situasi di Pelelangan Baren. Hannes memberi tahu James bahwa dia dan Robert menyelinap ke dalam pelelangan dengan menggunakan identitas tamu VIP. Sesampainya di pulau, Robert dan Hannes berpencar. Sekarang Hannes tidak mengetahui keberadaan Robert, dia tidak bisa menghubunginya."Pasti terjadi sesuatu. Tapi sekarang belum ada kabar, semoga Robert bisa mengatasinya," jawab Lance.James mengganguk, dia tahu Lance hanya berusaha menghiburnya.Jika tidak terjadi sesuatu, Robert tidak mungkin menghilang secara tiba-tiba. Pelelangan Baren adalah tempat yang berbahaya. Kalau salah sedikit saja, nyawa jadi taruhannya.Lance mengerutkan alis sambil berpikir.James
Kedua pengawal sontak terkejut, mereka bergegas mengeluarkan senjata yang berada di belakang punggung. Sayangnya, kedua pengawal tersebut kalah cepat.Yuvan mencekik leher Suzy untuk mengancam kedua pengawal. "Kalau kalian bergerak, aku akan mematahkan lehernya!"Sembari bicara, Yuvan menyeret Suzy keluar. Kedua pengawal asal menembakkan peluru, tetapi mereka tidak berani sungguh-sungguh menembak Yuvan. Kedua pengawal takut tembakannya meleset dan malah mengenai Suzy. Bagaimanapun Suzy memiliki identitas khusus.Kedua pengawal merasa serba salah. Mereka tidak berani asal menembak, tapi juga tidak mungkin membiarkan Suzy diculik begitu saja."Cepat, tutup pintunya!" Pengawal pertama buru-buru berlari dan menekan tombol alarm, sedangkan pengawal kedua menekan tombol pintu.Ketika pintu hampir tertutup, Yuvan menarik Suzy dan berlari secepat angin. Tidak disangka, mereka berhasil meloloskan diri!Boom! Pintu tertutup ....Yuvan menghajar setiap pengawal yang berusaha mencegatnya. Mereka b
Di luar sana, terlihat beberapa pengawal yang mengarahkan senjata ke arah Yuvan dan Suzy. Di tengah pengawal, seorang pria paruh baya bertopeng tampak berdiri dengan ditemani Cole.Cole menatap Suzy dengan tatapan rumit, sedangkan Yuvan menggertakkan giginya dengan mata memerah. Otot-otot di wajahnya bergetar seiring naik turunnya emosi.Yuvan susah payah mendapatkan kebebasan, dia tidak mau kembali dikurung di dalam sangkar yang sempit dan dingin."Aku akan menghabisi kalian!" Yuvan berteriak dan berlari ke arah mereka."Dor, dor!" Pengawal menembakkan senjata ke tanah.Yuvan sontak berhenti dan mematung di tempat."Yuvan ...." Suzy berlari, lalu menarik tangan Yuvan dan menggelengkan kepala. "Kamu masih mau bertemu Lolita, 'kan?""Lolita ...." Gelombang kesedihan terpancar di mata Yuvan.Yuvan bergumam kecil, "Lolita sudah meninggal. Dia kurus dan lemah, dia tidak akan bertahan di tempat ini ....""Kamu sudah bertahan sejauh ini. Bertahanlah sebentar lagi." Suzy menyemangati Yuvan.K
Yuvan dibawa ke arena gladiator, sedangkan Suzy diantar kembali ke laboratorium.Sesampainya di laboratorium, pria paruh baya memerintahkan Cole, "Beri tahu para pengawal, aku sudah membereskan masalah di sini. Hah, orang-orang tidak berguna."Nada bicara pria paruh baya terdengar agak kesal.Sebelum Cole pergi meninggalkan laboratorium, dia berbaik hati mengingatkan Suzy, "Asalkan kamu mematuhi Kakek Ambar, Beliau tidak akan menyakitimu."Kakek Ambar? Suzy tertegun saat mendengar nama pria paruh baya, ini adalah pertama kalinya Suzy mendengar nama pria paruh baya bertopeng yang menculiknya ini."Cepat, pergi!" Kakek Ambar mendesak Cole agar segera memberi tahu para pengawal.Cole bergegas berpamitan dan melaksanakan perintah Kakek Ambar. Sekarang, di dalam laboratorium hanya tersisa Kakek Ambar dan Suzy.Suzy dan Kakek Ambar bertatapan selama beberapa detik. Kemudian Suzy berpikir sebentar dan berkata, "Terima kasih."Kakek Ambar mendengus dingin sambil menjawab, "Aku tidak ingin meli
"Kakak!" Tim dan Sam menyapa Welly dan Rose.Di antara keempat anak ini, Welly yang paling besar, Rose nomor dua, lalu disusul Tim dan Sam.Jarak usia Tim dan Sam hanya berbeda 10 hari. Tim adalah anak Tori, sedangkan Sam adalah anaknya Christina.Tori dan Christina melahirkan anak laki-laki, sementara anak yang masih berada di kandungan Aluna pun berjenis kelamin laki-laki. Ditambah dengan Shad, anak dari James dan Samantha, Rose adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga ini.Rose memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan, semua orang sangat menyayanginya.Semua mata tampak berbinar-binar melihat penampilan Rose yang cantik. Semua orang merentangkan tangan dan ingin memeluknya."Rose sayang, sini sama Kakek dan Nenek.""Aku mau sama Kakak dan adik-adik.," jawab Rose.Mobil melaju ke arah desa. Hari ini adalah hari peringatan kepergian Sheila.Setiap tahun Suzy selalu pergi melayat ke makam neneknya sekaligus menjenguk Gilbert.Sebelumnya anak-anak masih terlalu kecil, jadi Suzy
Ivan membawa istri dan anaknya untuk datang menjenguk Suzy. Mereka juga tak lupa membawakan hadiah."Selamat, keluarga kalian sudah lengkap. Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan." Anna memberikan ucapan selamat."Terima kasih." Robert tersenyum sambil menatap Suzy dengan penuh cinta. "Semua berkat istriku."Di tengah suasana bahagia, Ivan memberikan sebuah kabar baik. "Sekarang kami sudah membangun sekitar 10 klinik amal, tapi belum diberikan nama. Bagaimana kalau kamu ...."Ivan melirik Robert, sedangkan Robert malah melirik Suzy."Ngapain melihat aku?" Suzy mengerutkan alis.Robert tersenyum. "Proyek ini adalah milikmu dan Ivan, kamu juga harus ikut memberikan ide. Kamu saja yang memberikan nama untuk kliniknya.""Aku?" Suzy membelalak.Ivan mengangguk. "Em."Suzy memang harus berkontribusi, meski hanya memberikan nama. Dia berpikir sebentar dan menjawab, "Tujuan klinik ini adalah membantu orang-orang susah yang tidak mampu berobat ke rumah sakit. Bagaimana kalau diberi nama P
Ukuran kandungan Suzy lumayan besar sehingga dia tidak bisa kembali ke Kota Hanggola. Akhirnya dia dan Robert memutuskan untuk melahirkan di ibu kota.Sejak tiga bulan lalu, Lucy membawa Welly untuk datang menemani dan menjaga Suzy. Seiring perut Suzy yang makin membesar, Keluarga Xin meminta Suzy untuk pulang ke rumah keluarganya agar bisa ikut merawatnya.Karena Keluarga Xin terus mendesak, akhirnya Suzy, Lucy, dan Welly pindah ke rumah Keluarga Xin. Semuanya adalah satu keluarga, kehidupan sehari-hari dilewati dengan harmonis.Selain Daniel dan Lorraine, rumah Keluarga Xin juga ditempati oleh Wallace dan Tori, Joris dan Christina, serta Lance dan Aluna. Suasana di rumah selalu dipenuhi tawa.Saat usia kandungan Suzy menginjak 9 bulan, Tori dan Christina memberi tahu berita kehamilan mereka. Keluarga Xin sangat bahagia, Daniel dan Lorraine langsung menyiapkan berbagai suplemen untuk ibu hamil.Memasuki usia kandungan 10 bulan, akhirnya hari persalinan telah tiba. Robert menyerahkan p
Ketika masuk ke kamar, Robert melihat Suzy yang serius membaca dokumen. "Kamu lagi ngapain?"Suzy mengangkat kepala dan menceritakan rencana pembangunan klinik amal kepada Robert."Ide yang bagus. Kalau perlu bantuan, jangan ragu memberitahuku." Robert mendukung Suzy.Suzy pun tidak ragu-ragu dan menjawab, "Aku perlu bantuan uang dan orang."Robert tertawa kecil, Suzy sudah tidak sungkan-sungkan kepadanya. "Baik. Kamu perlu berapa banyak dana? Tapi ...."Robert mengambil dokumen yang dibaca Suzy. "Kamu lagi hamil, jangan terlalu capek.""Tapi ....""Biar aku yang mengurusnya." Robert memotong ucapan Suzy.Kemudian Robert duduk di samping Suzy dan membaca proposal tersebut.Suzy menatap wajah Robert yang sedang fokus bekerja, tampak dan menawan.Setelah selesai membaca, Robert meminta Suzy untuk menghubungi Ivan.Suzy menyalakan pengeras suara sehingga Robert bicara berbicara kepada Ivan secara langsung. "Aku sudah baca proposalnya. Ada beberapa tambahan ...."Saat ini kerajaan, Rumah S
"Oh ...." Welly mengangguk, dia terlihat bingung. "Aku mau punya dua adik, kalau bisa kembar.""Dasar, anak ini." Simon dan Lucy tertawa melihat tingkah cucunya."Ibu dan Ayah tidak punya genetik untuk melahirkan anak kembar. Kemungkinannya sangat kecil." Suzy mengusap kepala Welly.Welly mengangguk, seolah memahami maksud penjelasan Suzy.....Begitu mengetahui kabar kehamilan Suzy, Anna dan Ivan membawa Sisi datang untuk menjenguknya.Anna dan Ivan memberikan anaknya nama Sienna yang dipanggil Sisi, sebuah nama yang cantik dan indah. Sisi memiliki mata yang bulat dan hitam, serta wajah cantik bak putri kecil.Keluarga Calvin dan Keluarga Xin kagum melihat kecantikan Sisi."Anak pintar, anak cantik." Simon terkesima melihat mata Sisi yang bulat."Semoga Suzy mengandung anak perempuan," kata Lucy.Lorraine menghela napas. "Aku punya 3 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Suzy, maafkan Ibu yang tidak menemanimu di saat masa kecilmu ....""Semua sudah lewat." Daniel menepun pundak
Sebagian orang masih berusaha mencerna informasi yang diberikan Suzy.Suzy terlihat gugup. Di saat Suzy kebingungan, Robert mewakilinya menjawab, "Kami terlalu sibuk, baru tahu belum lama ini."Tidak ada yang curiga, Suzy dan Robert memang sibuk.Lucy berdecak dan mengomeli mereka, "Kalian berdua ini .... Jangan terlalu sibuk, apalagi Suzy sedang hamil. Ingat, jaga kesehatan.""Robert, jaga Suzy baik-baik," Simon berpesan."Ayah, Ibu, tenang saja, Robert sangat melindungi aku." Suzy membela suaminya.Semua orang tersenyum melihat Suzy yang membela Robert.Berita kehamilan Suzy berhasil mencairkan suasana yang tengah berkabung. Untuk sesaat, semua orang melupakan kesedihan pasca kepergian Jenny.Sebenarnya bukan sedih, tetapi tidak rela karena semua terjadi secara tiba-tiba. Sejujurnya Keluarga Calvin lega melihat Jenny yang pergi dalam keadaan tenang.Sekarang Suzy sedang mengandung kehidupan kecil di dalam perutnya. Ketika orang-orang sedang mengobrol, Robert dan Suzy memperhatikan We
Suzy kembali ke kamar, tetapi tidak menyalakan lampu. Dia beranjak ke balkon dan menatap langit gelap yang diselimuti awan.Ketika Robert masuk, dia melihat Suzy yang duduk di balkon. Karena takut Suzy masuk angin, Robert membawakan jaket untuknya.Suzy tersadar dari lamunan. "Kamu sudah kembali?""Nenek akan dimakamkan tiga hari lagi bersama barang peninggalan Kakek," kata Robert."Em." Suzy mengangguk.Robert memeluk Suzy. "Ada apa?"Suzy bersandar di pundak Robert. "Aku lagi berpikir, seandainya aku memberi tahu kehamilanku lebih awal, mungkin Nenek tidak akan pergi secepat ini ...."Tangan Robert bergetar saat mendengar ucapan Suzy. Robert terdaim sejenak, lalu menghela napas. "Tidak ada gunanya, hati Nenek sudah tidak sabar untuk pergi menemui Kakek. Tidak ada seorang pun bisa membaca isi hati Nenek.""Aku sedih, aku tidak siap .... Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba." Suzy menatap mata Robert."Semuanya akan baik-baik saja. Aku rasa Nenek sudah bahagia di atas sana." Robert menat
Suzy melepaskan benda yang dipegang Jenny, ternyata benda tersebut adalah sebuah sisir.Sisir ini terbuat dari bambu yang dihiasi bunga mawar."Kakek memberikan sisir itu kepada Nenek saat menyatakan cintanya. Kakek sendiri yang memahat sisir itu. Saat meninggalkan rumah, Kakek hanya membawa sisir itu bersamanya," kata Robert dengan mata berkaca-kaca.Suzy memegang sisir tersebut sambil menatap Jenny yang memejamkan matanya dengan tenang.Jenny tidak pernah berhenti mencintai Ambar. Sejak mengetahui Ambar yang masih hidup, tetapi mengorbankan diri demi melindungi ribuan nyawa, Jenny pasti sedih dan menyayangkannya.Setiap hari Jenny tampak tersenyum dan bahagia, tapi sebenarnya dia merindukan Ambar ...."Akhir-akhir ini Nyonya Besar tidak bisa tidur nyenyak," kata Paman Ming. "Aku dengar dari pelayan, Nyonya Besar sering terbangun di tengah malam. Saat kalian tidak ada, Nyonya tidak nafsu makan. Aku mau memanggil dokter, tapi Nyonya Besar melarangku untuk memberi tahu kalian. Siapa san
Suzy tidak bisa tidur. Sebentar lagi dia dan Robert akan pulang ke ibu kota, tetapi mereka belum memberi tahu kehamilannya kepada keluarganya."Sayang, bagaimana kalau besok kita umumkan kehamilanku?" tanya Suzy."Terserah kamu." Robert tersenyum manis.Suzy merenungkan keputusannya secara serius. Setelah membuat keputusan, dia baru memejamkan mata dan memaksakan diri untuk tidur.Manusia hanya bisa berencana, terlalu banyak hal yang tidak bisa diprediksi.Sebelum matahari terbit, pelayan berteriak membangunkan semua orang, "Gawat, gawat ...."Semua orang terkejut mendengar teriakan pelayan. Kemudian mereka keluar dari kamar dan berkumpul di kamar Jenny.Ketika Robert dan Suzy tiba, semua orang telah memenuhi kamar Jenny.Lucy menangis di dalam pelukan Simon yang terlihat sedih.Suzy dan Robert saling bertatapan, mereka merasakan firasat buruk.Robert menarik Suzy ke dalam kamar. Begitu melihat mereka, Lucy berkata dengan terisak-isak, "Nenek ...."Robert dan Suzy melihat ke arah Jenny